Shalat fardhu yang tidak dilaksanakan pada waktunya baik karena ketiduran atau lupa, maka hukumnya wajib
diqadha pada waktu yang lain segera setelah dia ingat. Kecuali bagi
wanita haid dan nifas maka sholat yang ditinggalkan tidak boleh diqadha
bahkan haram. Hal ini berdasarkan sabda Rosululloh saw,
مَنْ نَامَ عَنْ صَلاَةٍ أَوْ نَسِيَهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا لاَ كَفَارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ
“Barangsiapa
yang meninggalkan shalat karena tertidur atau lupa, maka hendaknya ia
melakukan salat setelah ingat dan tidak ada kafarat (pengganti) selain
itu.” (HR. Bukhari Muslim)
Dalam Kitab Safinatunnaja hal 45 dikatakan, “Udzurnya sholat hanya ada dua : Karena tidur; dan karena lupa.”
حاصل
المذهب : أنه إذا فاتته فريضة وجب قضاؤها ، وإن فاتت بعذر استحب قضاؤها
على الفور ويجوز التأخير على الصحيح . وحكى البغوي وغيره وجها : أنه لا
يجوز وإن فاتته بلا عذر وجب قضاؤها على الفور على الأصح ، وقيل : لا يجب
على الفور ، بل له التأخير ، وإذا قضى صلوات استحب قضاؤهن مرتبا ، فإن خالف
ذلك صحت صلاته عند الشافعي ومن وافقه سواء كانت الصلاة قليلة أو كثيرة
“Kesimpulan
madzhab (atas hadits qadha): bahwasanya apabila tertinggal satu solat
fardhu, maka wajib mengqadh-nya. Apabila tertinggal shalat karena udzur,
maka disunnahkan mengqadha-nya sesegera mungkin tapi
boleh mengakhirkan qadha menurut pendapat yang shahih. Imam Baghawi dan
lainnya menceritakan suatu pendapat: bahwasanya tidak boleh mengakhirkan
qadha apabila lalainya solat tanpa udzur, maka wajib
mengqadha sesegera mungkin menurut pendapat yang lebih shahih. Menurut
pendapat lain, tidak wajib menyegerakan qadha. Artinya, boleh
diakhirkan. Dan apabila meng-qadha beberapa solat fardhu, maka
disunnahkan mengqadha-nya secara urut. Apabila tidak dilakukan secara
berurutan, maka solatnya tetap sah menurut Imam Syafi'i dan yang sepakat
dengannya baik solat yang tertinggal sedikit atau banyak. “ (Syarh an-Nawawi 'ala-l Muslim hal 308)
مباحث
قضاء الصلاة الفائتة حكمه قضاء الصلاة المفروضة التي فاتت واجب على الفور
سواء فاتت بعذر غير مسقط لها أو فاتت بغير عذر أصلا باتفاق ثلاثة من الأئمة
( الشافعية قالوا : إن كان التأخير بغير عذر وجب القضاء على الفور وإن كان
بعذر وجب على التراخي
“Hukum mengqadha shalat fardhu
menurut kesepakatan tiga madzhab (Hanafi, Maliki dan Hanbali) adalah
wajib dan harus dikerjakan sesegera mungkin baik shalat yang
ditinggalkan sebab adanya udzur (halangan) atau tidak. Sedangkan menurut
Imam Syafi’i qadha shalat hukumnya wajib dan harus dikerjakan sesegera
mungkin bila shalat yang ditinggalkan tanpa adanya udzur dan bila karena
udzur, qadha shalatnya tidak diharuskan dilakukan sesegera mungkin.” (Al-Fiqh ‘alaa Madzaahiba l-Arba’ah juz I hal 755)
Mengqadha Sholat Bertahun-tahun
Jika
seseorang mempunyai hutang sholat dengan jumlah banyak, seperti tidak
sholat selama bertahun-tahun maka dia harus mengqadha sholat sejumlah
yang dia yakini telah meninggalkannya.
شَكَّ فِى
قَدْرِفَوَائِتَ عَلَيْهِ لَزِمَهُ الاِتْيَانُ بِكُلِّ مَالَمْ
يَتَيَّقَنْ فِعْلَهُ كَمَا قَلَ اِبْنُ حَجَرٍوَمَ ر. وَقَالَ
القَفَّالُ: يَقْضِى مَا تَحَقَّقَ تَرْكَهُ.
"Seseorang
yang ragu mengenai jumlah shalat-shalat yang ia tinggalkan, maka wajib
baginya untuk melakukan shalat yang ia yakini telah meninggalkannya, hal
ini sebagaimana pendapat Imam Ibnu Hajar dan Imam Romli, Imam Qoffal
berkata: Dia harus mengqadla shalat sesuai apa yang telah yakin ia
meninggalkanya." (Bughyatul Mustarsyidin hal 36)
Referensi lain yang senada dengan ta'bir di atas
- (Kitab Hasyiyah asy Syarqowi juz 1 hal 277)
- (Kitab Hasyiyah Qulyubi juz 1 hal 111)
- (Kitab Al Madzahib Al Arba'ah juz 1 hal 496)
Wallahu a'lam bish shawwab
File Dokumen Fiqh Menjawab
No comments:
Post a Comment