Thursday, August 27, 2015

KH. Idris Kamali; Ulama kelahiran Mekkah menantu Mbah Hasyim Asy'ari

KH. Idris Kamali
Nama lengkap beliau adalah KH Idris bin Kamali bin Abdul Jalil Asy-Syarbuni. Kakeknya, Kiai Abdul Jalil berasal dari Ndoro, Pekalongan. Saat masih muda, kakeknya pergi ke Kedondong salah satu daerah di Cirebon, dan mendirikan pondok di daerah tersebut. Kiai Abdul Jalil dikaruniai dua anak yang bernama Kiai Kamali dan Kiai Harun. 

Kiai Kamali berangkat ke Mekkah, dan mukim di tanah suci tersebut. Karena kealimannya terutama dalam bidang ilmu falak, qiroat, fiqh dan tasawuf beliau dipercaya mengajar di Masjidil Haram. Sebuah prestasi yang jarang dicapai kaum terpelajar Nusantara yang menuntut ilmu disana. Semua anaknya pun lahir di Mekkah. Salah satu diantara putranya yaitu Kiai Idris. 

Setelah kembali ke Indonesia, Kiai Idris dipondokkan di Tebuireng Jombang asuhan Hadratus Syaikh Kiai Hasyim Asy’ari. Karena kealiman dan kepandaian Kiai Idris, oleh Mbah Hasyim diambil menjadi menantu dengan dinikahkan sama putrinya yaitu Nyai Izzah. Dari pernikahan tersebut, beliau mempunyai anak satu yaitu Gus Abdul Haq. Setelah istri Kiai Idris wafat, beliau kembali ke Mekkah tahun 1973 dan kembali tahun 1981. 

Menurut KH. Said Aqil Siradj yang masih ada hubungan kerabat dengan Kiai Idris. Ibunya Kiai Said adalah sepupu Kiai Idris, yaitu Afifah binti Harun bin Abdul Jalil menceritakan bahwa Kiai Idris mempunyai kelebihan/karomah yang banya. Konon kata kebanyakan orang, terkadang beliau memberi uang hanya dengan ngronggoli (asal ambil saja). Anehnya setiap beliau mengambil pasti nominalnya pas seperti yang dikehendaki. 

Ketika di Mekkah, Said Aqil juga menyempatkan diri ikut mengaji kitab Shahih Bukhari dan Ihya’ Ulumiddin ke Kiai Idris. Di Mekkah Kiai Idris menghabiskan waktunya di Masjidil Haram setiap saat. Kiai Idris ketika di Mekkah tinggal di rumah Syaikh Khatib al-Maduri. Beliau tinggal satu rumah dengan Prof. Dr. Djamaluddin Mirri, Rektor Ma’had ‘Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng dan Dekan Fak. Ushuluddin IAIN Surabaya. 

Banyak cerita unik tentang sosok Kiai Idris, salah satunya di Pesantren Kempek. Suatu ketika ada jin yang mengganggu suasana pondok. Semua panik, tanpa pikir panjang Said Aqil maju sambil berteriak, “Saya adukan kamu ke Mbah Idris!!!” Mendengar kata-kata saya, jin yang mengganggu itu lari dan tidak berani kembali. Ini terjadi sampai sekarang, kalau nama Kiai Idris disebut maka jin akan takut. Ayah saya, Aqil Siradj, adalah santri Kiai Idris. Ayah mengaji kepada Kiai Idris waktu nyantri di Pesantren Kempek.

Suatu ketika di saat bulan Ramadhan, Kiai Idris pergi ke Mesir hanya untuk mengkhatamkan kitab al-Umm di samping makam Imam Syafi’i. Ketika kembali ke Mekkah, beliau cerita tentang hal itu kepada saya, “Kalau bacaan saya salah, dibenarkan oleh Imam Syafi’I” tutur Kiai Said Aqil.

Kiai Idris adalah sosok yang sederhana dalam hal penampilan, beliau sama sekali tidak terlihat seperti ulama besar yang memakai sorban besar. Beliau hanya memakai imamah (sorban) biasa dan sarung. Tetapi kalau ada orang yang tahu tentang kema’rifatan Kiai Idris, jika beliau berjalan saja, maka orang pasti akan bersalaman dengan beliau meskipun tidak kenal. Banyak sekali ulama Arab, seperti ulama Mekkah, Syiria, Mesir, Palsetina, dll. yang menyalami tangan beliau padahal belum pernah ketemu.

Kiai Idris adalah kiai yang hidupnya dikhidmahkan untuk mengaji kitab, mengajar dan beribadah. Beliau telah banyak membaca berbagai kitab disiplin ilmu yang beraneka ragam. Banyak kitab beliau khatamkan berkali-kali. Saking seringnya mengkhatamkan kitab, seakan-akan beliau hafal isi kitab. Ketika ada santrinya yang membaca kitab kepada beliau, lalu bacaannya salah, maka Kiai Idris tahu kesalahannya, padahal beliau sering kali hanya menyimak bacaan santrinya tanpa melihat kitab. Kelebihan lain, beliau dapat mengetahui jika ada kitab salah cetak.

KH.Idris mempunyai kebiasaan unik, beliau senang memelihara hewan-hewan ternak seperti sapi, kambing, bebek dll. Kegemaran tersebut bukan untuk mencari kekayaan semata tapi digunakan untuk sedekah kepada orang lain, kadang kala beliau memberikan susu perahan sapi kepada para ustadz di lingkungan Tebuireng, bahkan ketika cucu gurunya menikah (Gus Dur), KH Idris memberikan dengan ikhlas beberapa ekor kambingnya untuk acara walimahan cucu gurunya.

Ada cerita yang berkembang dalam lingkungan masyarakat Tebuireng tentang hewan-hewan piaraan KH Idris. Umumnya masyakat percaya bahwa bila hewan-hewan piaraan KH. Idris yang memakan tanaman atau dagangan miliknya maka oleh orang tersebut akan dibiarkan saja hewan-hewan itu untuk memakannya. Dan mereka menganggap bahwa Hewan tersebut akan memberikan berkah tersendiri bagi mereka. Menurut penuturan Murid beliau, bahwa KH Idris adalah seorang wali Mastur. Allah menutup kewaliaannya dengan keilmuaanya.

Salah satu murid kesayangan beliau yang sekarang menjadi Ulama ternama di Jakarta adalah KH. Abdul Hayyie Cipete. Sewaktu menjadi santrinya, KH Abdul Hayyie yang selalu mencukur rambut beliau, bahkan KH Idris melarang Abdul Hayyie untuk pulang ke rumah dan dipenuhi semua kebutuhannya. Sungguh besar perhatian dan cinta beliau kepada murid-muridnya.

No comments:

Post a Comment