Dalil Komposisi Bacaan Tahlil
Posted by
Unknown
on
Thursday, January 08, 2015
with
No comments
Secara bahasa tahlil adalah membaca kalimat laa ilaha illallah. Dalam masyarakat, terutama kaum nahdliyyin sangat populer tradisi yang biasa disebut "tahlilan". Ketika memaknai tradisi tersebut dengan melihat pemakaian kata tahlil yang diakhiri dengan akhiran -an maka sepintas akan bermakna "kegiatan membaca lafadz laa ilaha illallah, baik dilakukan secara bersama-sama ataupun sendirian".
Melihat praktik yang ada, tradisi tahlilan bukan hanya sekedar membaca satu jenis kalimat tahlil saja, melainkan membaca juga kalimat-kalimat lain yang sangat beraneka ragam, seperti: istighfar, tasbih, tahmid, takbir, shalawat, potongan-potongan ayat al-Qur'an, suaratan-suratan pendek dalam al-Qur'an serta masih banyak lainnya lagi.
Bisa diambil kesimpulan dari pengertian tahlilan adalah tradisi atau amalan masyarakat yang di dalamnya dibacakan kombinasi (campuran) dari berbagi bacaan dzikir, baik pelaksanaanya dilakukan secara bersama-sama atau sendiri, akan tetapi umumnya dilakukan secara berjama'ah. Apakah hal seperti itu mempunyai dasar yang melegalitasi akan adanya dzikir dari berbagai kombinasi beberapa kalimat yang bervariasi?
Sebuah hadis riwayat Anas menyatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه عَنِ
النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : إِنَّ للهِ سَيَّارَةً مِنَ
الْمَلاَئِكَةِ يَطْلُبُوْنَ حِلَقَ الذِّكْرِ فَإِذَا أَتَوْا عَلَيْهِمْ
وَحَفُّوْا بِهِمْ ثُمَّ بَعَثُوْا رَائِدَهُمْ إِلىَ السَّمَاءِ إِلَى
رَبِّ الْعِزَّةِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَيَقُوْلُوْنَ : رَبَّنَا
أَتَيْنَا عَلىَ عِبَادٍ مِنْ عِبَادِكَ يُعَظِّمُوْنَ آَلاَءَكَ
وَيَتْلُوْنَ كِتَابَكَ وَيُصَلُّوْنَ عَلىَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صلى الله
عليه وسلم وَيَسْأَلُوْنَكَ لآَخِرَتِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ فَيَقُوْلُ
تَبَارَكَ وَتَعَالَى : غَشُّوْهُمْ رَحْمَتِيْ فَيَقُوْلُوْنَ : يَا رَبِّ
إِنَّ فِيْهِمْ فُلاَناً الْخَطَّاءَ إِنَّمَا اعْتَنَقَهُمْ اِعْتِنَاقًا
فَيَقُوْلُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : غَشُّوْهُمْ رَحْمَتِيْ فَهُمُ
الْجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيْسُهُمْ . (رواه البزار قال الحافظ
الهيثمي في مجمع الزوائد: إسناده حسن، والحديث صحيح أو حسن عند الحافظ ابن
حجر، كما ذكره في فتح الباري 11/212)
"Dari Anas ra.,
Nabi Saw. bersabda: "Sesungguhnya Allah
memiliki para malaikat yang selalu mengadakan perjalanan mencari
majelis-majelis dzikir. Apabila para malaikat itu mendatangi orang-orang
yang sedang berdzikir dan mengelilingi mereka, maka mereka mengutus
pemimpin mereka ke langit menuju Tuhan Maha Agung – Yang Maha Suci dan
Maha Luhur. Para malaikat itu berkata: "Wahai Tuhan kami, kami telah
mendatangi hamba-hamba-Mu yang mengagungkan nikmat-nikmat-Mu, membaca
kitab-Mu, bershalawat kepada nabi-Mu Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam dan memohon kepada-Mu akhirat dan dunia mereka." Lalu Allah
menjawab: "Naungi mereka dengan rahmat-Ku." Lalu para malaikat itu
berkata: "Di antara mereka terdapat si fulan yang banyak dosanya, ia
hanya kebetulan lewat lalu mendatangi mereka." Lalu Allah – Yang Maha
Suci dan Maha Luhur – menjawab: "Naungi mereka dengan rahmat-Ku, mereka
adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama
mereka." (HR. al-Bazzar. Al-Hafizh al-Haitsami berkata dalam Majma’
al-Zawaid [16769, juz 10, hal. 77]: “Sanad hadits ini hasan.” Menurut
al-Hafizh Ibnu Hajar, hadits ini shahih atau hasan).
Hadits di
atas menjadi dalil keutamaan dzikir berjamaah, dan isi bacaannya juga
campuran, ada dzikir, ayat-ayat al-Qur’an dan sholawat.”
Bahkan Ibnu Taimiyah yang diakui sebagai imam atau panutan golongan yang anti tehadap tahlilan dengan jelas memberi nilai baik pada tradisi tahlilan seperti apa yang terjadi prakteknya di sekitar kita.
وَسُئِلَ:
عَنْ رَجُلٍ يُنْكِرُ عَلَى أَهْلِ الذِّكْرِ يَقُولُ لَهُمْ : هَذَا
الذِّكْرُ بِدْعَةٌ وَجَهْرُكُمْ فِي الذِّكْرِ بِدْعَةٌ وَهُمْ
يَفْتَتِحُونَ بِالْقُرْآنِ وَيَخْتَتِمُونَ ثُمَّ يَدْعُونَ
لِلْمُسْلِمِينَ الْأَحْيَاءِ وَالْأَمْوَاتِ وَيَجْمَعُونَ التَّسْبِيحَ
وَالتَّحْمِيدَ وَالتَّهْلِيلَ وَالتَّكْبِيرَ وَالْحَوْقَلَةَ
وَيُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم؟” فَأَجَابَ :
الِاجْتِمَاعُ لِذِكْرِ اللهِ وَاسْتِمَاعِ كِتَابِهِ وَالدُّعَاءِ عَمَلٌ
صَالِحٌ وَهُوَ مِنْ أَفْضَلِ الْقُرُبَاتِ وَالْعِبَادَاتِ فِي
الْأَوْقَاتِ فَفِي الصَّحِيحِ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ
قَالَ : ( إنَّ للهِ مَلَائِكَةً سَيَّاحِينَ فِي الْأَرْضِ فَإِذَا
مَرُّوا بِقَوْمِ يَذْكُرُونَ اللهَ تَنَادَوْا هَلُمُّوا إلَى حَاجَتِكُمْ
) وَذَكَرَ الْحَدِيثَ وَفِيهِ ( وَجَدْنَاهُمْ يُسَبِّحُونَك
وَيَحْمَدُونَك )… وَأَمَّا مُحَافَظَةُ الْإِنْسَانِ عَلَى أَوْرَادٍ لَهُ
مِنْ الصَّلَاةِ أَوْ الْقِرَاءَةِ أَوْ الذِّكْرِ أَوْ الدُّعَاءِ
طَرَفَيْ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنْ اللَّيْلِ وَغَيْرُ ذَلِكَ : فَهَذَا
سُنَّةُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِ
اللهِ قَدِيمًا وَحَدِيثًا. (مجموع فتاوى ابن تيمية، ٢٢/٥٢٠).
“Ibnu
Taimiyah ditanya, tentang seseorang yang memprotes ahli dzikir
(berjamaah) dengan berkata kepada mereka, “Dzikir kalian ini bid’ah,
mengeraskan suara yang kalian lakukan juga bid’ah”. Mereka memulai dan
menutup dzikirnya dengan al-Qur’an, lalu mendoakan kaum Muslimin yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal. Mereka mengumpulkan antara
tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah (laa haula wa laa quwwata illaa
billaah) dan shalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.?” Lalu
Ibn Taimiyah menjawab: “Berjamaah dalam berdzikir, mendengarkan
al-Qur’an dan berdoa adalah amal shaleh, termasuk qurbah dan ibadah yang
paling utama dalam setiap waktu. Dalam Shahih al-Bukhari, Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki
banyak Malaikat yang selalu bepergian di muka bumi. Apabila mereka
bertemu dengan sekumpulan orang yang berdzikir kepada Allah, maka mereka
memanggil, “Silahkan sampaikan hajat kalian”, lanjutan hadits tersebut
terdapat redaksi, “Kami menemukan mereka bertasbih dan bertahmid
kepada-Mu”. Adapun memelihara rutinitas aurad (bacaan-bacaan wirid)
seperti shalat, membaca al-Qur’an, berdzikir atau berdoa, setiap pagi
dan sore serta pada sebagian waktu malam dan lain-lain, hal ini
merupakan tradisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan
hamba-hamba Allah yang saleh, zaman dulu dan sekarang.” (Majmu’ Fatawa
Ibn Taimiyah, juz 22, hal. 520).
Pernyataan Syaikh Ibnu Taimiyah
di atas memberikan kesimpulan bahwa dzikir berjamaah dengan komposisi
bacaan yang beragam antara ayat al-Qur’an, tasbih, tahmid, tahlil,
shalawat dan lain-lain seperti yang terdapat dalam tradisi tahlilan
adalah amal shaleh dan termasuk qurbah dan ibadah yang paling utama
dalam setiap waktu.
Categories:
Syariah
0 komentar :
Post a Comment