Membunuh Sebab Ditolak Lamarannya
Posted by
Unknown
on
Saturday, January 24, 2015
with
No comments
Datanglah seorang lelaki yang patah hati.
Saat itu, dunia seraya hancur; langit runtuh, bumi ambruk. Sebabnya,
lamarannya kepada seorang gadis ditolak. Belum lunas sedih yang
menggelayut di dalam hati dan pikiran laki-laki itu, duka berikutnya
bertambah. Persis seperti makna peribahasa “Sudah jatuh tertimpa
tangga”.
Tangga yang menimpanya saat masih
terjatuh itu, adalah duka di atas nestapa. Sebab, setelah menolak
lamaran laki-laki itu, sang gadis pujaan hati justru menerima lamaran
pemuda lain. Barangkali, pemuda kedua ini pula yang menjadi alasan
tertolaknya lamaran laki-laki pertama. Sebab gelap mata, pikiran dan
hatinya, maka dibunuhlah pemuda kedua ini. Duh, malangnya. Pata hati
berujung maut.
Beberapa masa kemudian, karena perasaan
bersalahnya telah menjadi pembunuh, laki-laki itu mendatangi salah satu
sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam. Kala itu, yang menjadi
tujuannya adalah Ibnu Abbas.
Seketika setelah bertemu dan menceritakan apa yang dia lakukan, bertanyalah laki-laki pembunuh itu, “Apakah aku masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat?”
Merespon tanya laki-laki nan dirundung
nestapa itu, Ibnu Abbas balik bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?”
Serta merta, laki-laki itu menyambar tanya dengan berkata, “Tidak.”
Mendengar jawaban laki-laki itu, Ibnu
Abbas memberinya nasihat nan menenangkan, “Bertaubatlah kepada Allah
Ta’ala,” lanjutnya mengakhiri, “mendekatlah kepada-Nya semampumu.”
Dalam riwayat yang dikutip dari Imam
al-Bukhari ini, disebutkan bahwa Atha’ bin Yasir berkata, “Maka aku
pergi menemui Ibnu Abbas untuk bertanya, ‘Mengapa engkau bertanya
tentang ibunya?’”
Kemudian, Ibnu Abbas menerangkan, “Aku
tidak mengetahu amalan yang lebih dekat kepada Allah Ta’ala daripada
berbakti kepada ibu.”
Berbakti kepada kedua orang tua, terutama
ibu, merupakan salah satu amalan terbaik yang bisa memberatkan
timbangan kebaikan seseorang di Hari Kiamat. Amalan ini menduduki
peringkat teratas sebagiamana shalat lima waktu di awal waktu secara
berjama’ah, membaca al-Qur’an dan mentadabburi artinya, dan
amalan-amalan lain sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wa sallam.
Dalam riwayat ini juga disebutkan tentang
sikap bijak terhadap mereka yang telah menyesali perbuatan dosanya.
Bahwa mereka yang bersalah, sama sekali tak butuh penghakiman atau
vonis; karena ia telah menyadari kesalahannya.
Yang perlu dilakukan adalah menasihati
dan memotivasinya untuk senantiasa memperbaiki diri dengan mendekat
kepada Allah Ta’ala. Dengan melakukan kebaikan itulah, kelak Allah
Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa yang telah dilakukan oleh seorang
hamba. Karena berbuat baik adalah salah satu tanda serius atau tidaknya
seseorang dalam menyesali kesalahan dan komitmen untuk menjadi hamba
yang lebih baik
Categories:
Hikmah
0 komentar :
Post a Comment