Thoriq bin Ziyad Sang Penakluk Spanyol
Posted by
Unknown
on
Monday, February 11, 2013
with
No comments
Setelah Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas.
Tiga benua lama -Asia, Afrika, dan Eropa-pernah merasakan rahmat dan
keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol
(Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam
pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.
Sebelumnya,
sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick
yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat
Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja,
bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah.
Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai
negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor
pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat
memeras rakyat.
Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan
kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan
pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu
rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.
Akibat
klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar
mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang
dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak,
keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan
beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan
putrinya Florinda -yang dinodai Roderick-ikut mengungsi.
Melihat
kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat
Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid
bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400
pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat
antara Afrika Utara dan daratan Eropa.
Kamis, 4 Ramadhan 91
Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara
menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian.
Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini
mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran
serangan pertama.
Di petang harinya, pasukan ini berhasil
menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang
berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah
penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini
membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh
Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk
penaklukan yang kedua.
Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho
bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah
putra suku Ash-Shadaf, suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas,
Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang
kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.
Senin, 3 Mei 711
M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan
kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di
sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar
-diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia
memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.
Pasukannya
kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu
dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.
Dengan
pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini
bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan
negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!”
Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.
Lalu
Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah
begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di
depan kalian ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat
ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian
andalkan.
Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan
yang lengkap telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian
hanyalah pedang. Kalian akan terbantu jika kalian berhasil merebut
senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian
harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan
kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang
mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita
akan bangkit.
Musuh kalian itu sudah bertekad bulat akan
mempertahankan negeri mereka sampai titik darah penghabisan. Kenapa kita
juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka hingga mati syahid?
Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian. Tetapi marilah
kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang
keberanian yang merupakan salah satu modal utama perjuangan kita.
Kita
harus bahu membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah membulatkan
tekad serta semangat sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa. Untuk itu
kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga
memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu karena
kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya.
Percayalah,
sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang
pertama yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan
hadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu. Mudah-mudahan saya bisa
membunuhnya. Namun, jika ada kesempatan, kalian boleh saja membunuhnya
mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa lalim itu, negeri ini
dengan mudah kita kuasai. Saya yakin, para pasukannya akan ketakutan.
Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah bendera Islam.”
Mendengar
pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000
tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya
itu. Musa bin Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan 5.000
orang. Sehingga total pasukan Thariq hanya 12.000 orang.
Ahad, 28
Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur
di muara Sungai Barbate. Pasukan muslimin yang kalah banyak terdesak.
Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia
menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah,
tetapi hanya untuk menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick
terbunuh, peperangan akan dihentikan.
Usaha Julian berhasil.
Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan medan
pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick kacau. Thariq
memanfatkan situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya
sendiri. Mayat Roderick tengelam lalu hanyat dibawa arus Sungai Barbate.
Terbunuhnya
Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka
dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut gembira Musa bin
Nusair. Baginya ini adalah awal yang baik bagi penaklukan seluruh
Spanyol dan negara-negara Eropa.
Setahun kemudian, Rabu, 16
Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa 10.000 pasukan menyusul
Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan
Sevilla. Sementara pasukan Thariq memabagi pasukannya untuk menaklukkan
Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya
menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa
perlawanan.
Pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo.
Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak
menuju wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh
daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis
mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat).
Sungguh
itu keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad
berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh
Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa
menghadap mereka. Namun, niat itu tidak tereaslisasi karena Khalifah
Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke Damaskus.
Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun
pemerintahan baru di Spanyol.
Setelah bertemu Khalifah, Thariq
bin Ziyad ditakdirkan Allah swt. tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan
menghembuskan nafas. Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di lembar
sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan
Eropa.
Categories:
Tokoh Islam
0 komentar :
Post a Comment