Media Islam online untuk pemberitaan, syi'ar Islam, dakwah dan kajian.

Thursday, December 31, 2015

Yakinlah, Bahwa Allah Telah Berjanji Menambah Rezeki Bagi Orang Yang Menikah

Satu tujuan yang menjadi mimpi setiap orang adalah bersanding di pelaminan dengan pasangan idaman. Apalagi jika jumlah umur sudah semakin banyak, rasanya ada harap-harap cemas terus menggelayut dikepala setiap malam. Namun tak bisa dipungkiri, bahwa selalu ada beberapa masalah krusial yang seringkali menerpa sebagian orang untuk menyegerakan berlayar dalam bahtera rumah tangga. salah satunya adalah masalah dompet. Ya! Keuangan.
Masalah keuangan adalah salah satu faktor yang membuat banyak orang merasa takut membina rumah tangga dengan pasangan yang telah mereka agung-agungkan. Membiayai diri sendiri saja sudah jungkir balik apalagi membiayai anak dan istri? Jangan panik dulu tapi. Perkara rezeki sudah diatur oleh Allah. Tinggal bagaimana cara kita menjemputnya.
Allah Azza wa Jalla berfirman, 
وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ 
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mengayakan mereka dengan karunia-Nya. Allah Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. An-Nur:32)
Ayat tersebut telah jelas menyatakan bahwa dengan menikah maka Allah akan membantu memberikan rezeki untuk anak dan istri. Percayalah bahwa perkara rezeki adalah hal yang sangat mudah bagi Allah. Menghidupkan orang mati saja Allah bisa, apalagi hanya memunculkan rezeki dari arah yang tak pernah sekalipun kita duga.
Jadi jangan pernah takut tak bisa mencukupi anak dan istri kelak. Istri dan anak mempunyai rezeki masing-masing, dan jika dikumpulkan maka akan menyatu dengan rezeki suami. Kita hanya perlu berdoa, percaya dan lakukan ikhtiar semampu kita bisa. Ingat, bahwa Allah tak akan pernah merubah nasib suatu kaum, sebelum kaum tersebut berusaha untuk mengubahnya.

Pesan Mbah KH. Maemun Zubair

KH. Maemun Zubair - fiqhmenjawab.net
1. Wong Yahudi iku biyen gelem mulang angger dibayar, tapi akehe kiyai saiki ngalor ngidul karo rokoan ora gelem mulang nak ora dibayar, gelem mulang angger dibayar. (Orang Yahudi dulu mau mengajar kalau dikasih uang, tetapi kebanyakan kyai sekarang mondar-mandir sambil rokoan tidak mau mengajar kalau tidak dikasih uang).
2. Wong neng dunyo iku ono bungahe lan ono susahe, kabeh iku supoyo biso dadek’ake parek marang Allah, Tapi nak neng akhirat nak susah susah tok rupane nang neroko, tapi nak seneng yo seneng tok rupane neng suargo (Orang di dunia itu ada yang senang dan ada yang susah. Semua itu supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah, tetapi kalau di akhirat susah terus yaitu ketika di Neraka, dan senang terus ketika di Surga).
3. Kanggone wong islam nak susah yo disabari nak bungah disyukuri. (Untuk orang Islam ketika susah disabari dan ketika senang disyukuri).
4. Apik-apik’e dunyo iku nalikone pisah antarane apik lan olo. Sakwali’e, elek-elek’e dunyo iku nalikone campur antarane apik lan olo. Mulane apik iku kanggone wong Islam, lan elek iku kanggone wong kafir. (Bagusnya dunia itu ketika pisah antara bagus dan jelek, sebaliknya jeleknya dunia itu ketika campur antara bagus dan jelek).
5. Apik-apik’e wong iku taqwo marang Allah yoiku ora ngelakoni doso mboh iku doso cilik utowo doso gede kabeh iku di tinggal. (Bagus-bagusnya orang itu ialah orang yang bertaqwa, yaitu tidak mau melakukan dosa, baik dosa kecil maupun besar semuanya ditinggal).
6. Zaman akhir iku senengane podo ngatur pangeran. yaiku podo akeh-akehan istighosahan koyo-koyo demo marang pangeran. (Zaman akhir itu banyak orang yang mendemo Tuhan yaitu dengan cara Istighosah, seolah-olah seperti mengatur Tuhan).
Semoga beliau selalu diberi kesehatan dan panjang umur. Aamiin
Sumber foto: Nyai Rodliyah Anam (Putri Mbah Maemun)

Wednesday, December 30, 2015

Biografi Pengarang Kitab Maulid Barzanji (Sayyid Ja'far Al-Barzanji)

Nama Barzanji diambil dari nama pengarangnya, seorang sufi bernama Sayyid Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji. Beliau adalah pengarang kitab Maulid yang termasyur dan terkenal dengan nama Mawlid Al-Barzanji. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (kalung permata) atau ‘Iqd Al-Jawhar fi Mawlid An-Nabiyyil Azhar. Barzanji sebenarnya adalah nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzanj.
Kitab Maulid Al-Barzanji karangan beliau ini termasuk salah satu kitab maulid yang paling populer dan paling luas tersebar ke pelosok negeri Arab dan Islam, baik Timur maupun Barat. Bahkan banyak kalangan Arab dan non-Arab yang menghafalnya dan mereka membacanya dalam acara-acara keagamaan yang sesuai. Kandungannya merupakan Khulasah (ringkasan) Sirah Nabawiyah yang meliputi kisah kelahiran beliau, pengutusannya sebagai rasul, hijrah, akhlaq, peperangan hingga wafatnya. Sayyid Ja’far Al-Barzanji dilahirkan pada hari Kamis awal bulan Zulhijjah tahun 1126 di Madinah Al-Munawwaroh dan wafat pada hari Selasa, selepas Asar, 4 Sya’ban tahun 1177 H di Kota Madinah dan dimakamkan di Jannatul Baqi`, sebelah bawah maqam beliau dari kalangan anak-anak perempuan Junjungan Nabi saw.
Sayyid Ja’far Al-Barzanji adalah seorang ulama’ besar keturunan Nabi Muhammad saw dari keluarga Sa’adah Al Barzanji yang termasyur, berasal dari Barzanj di Irak. Datuk-datuk Sayyid Ja’far semuanya ulama terkemuka yang terkenal dengan ilmu dan amalnya, keutamaan dan keshalihannya. Beliau mempunyai sifat dan akhlak yang terpuji, jiwa yang bersih, sangat pemaaf dan pengampun, zuhud, amat berpegang dengan Al-Quran dan Sunnah, wara’, banyak berzikir, sentiasa bertafakkur, mendahului dalam membuat kebajikan bersedekah,dan pemurah. Nama nasabnya adalah Sayid Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad ibn Sayid Rasul ibn Abdul Sayid ibn Abdul Rasul ibn Qalandar ibn Abdul Sayid ibn Isa ibn Husain ibn Bayazid ibn Abdul Karim ibn Isa ibn Ali ibn Yusuf ibn Mansur ibn Abdul Aziz ibn Abdullah ibn Ismail ibn Al-Imam Musa Al-Kazim ibn Al-Imam Ja’far As-Sodiq ibn Al-Imam Muhammad Al-Baqir ibn Al-Imam Zainal Abidin ibn Al-Imam Husain ibn Sayidina Ali r.a.
Semasa kecilnya beliau telah belajar Al-Quran dari Syaikh Ismail Al-Yamani, dan belajar tajwid serta membaiki bacaan dengan Syaikh Yusuf As-So’idi dan Syaikh Syamsuddin Al-Misri.Antara guru-guru beliau dalam ilmu agama dan syariat adalah : Sayid Abdul Karim Haidar Al-Barzanji, Syeikh Yusuf Al-Kurdi, Sayid Athiyatullah Al-Hindi. Sayid Ja’far Al-Barzanji telah menguasai banyak cabang ilmu, antaranya: Shoraf, Nahwu, Manthiq, Ma’ani, Bayan, Adab, Fiqh, Usulul Fiqh, Faraidh, Hisab, Usuluddin, Hadits, Usul Hadits, Tafsir, Hikmah, Handasah, A’rudh, Kalam, Lughah, Sirah, Qiraat, Suluk, Tasawuf, Kutub Ahkam, Rijal, Mustholah.
Syaikh Ja’far Al-Barzanji juga seorang Qodhi (hakim) dari madzhab Maliki yang bermukim di Madinah, merupakan salah seorang keturunan (buyut) dari cendekiawan besar Muhammad bin Abdul Rasul bin Abdul Sayyid Al-Alwi Al-Husain Al-Musawi Al-Saharzuri Al-Barzanji (1040-1103 H / 1630-1691 M), Mufti Agung dari madzhab Syafi’i di Madinah. Sang mufti (pemberi fatwa) berasal dari Shaharzur, kota kaum Kurdi di Irak, lalu mengembara ke berbagai negeri sebelum bermukim di Kota Sang Nabi. Di sana beliau telah belajar dari ulama’-ulama’ terkenal, diantaranya Syaikh Athaallah ibn Ahmad Al-Azhari, Syaikh Abdul Wahab At-Thanthowi Al-Ahmadi, Syaikh Ahmad Al-Asybuli. Beliau juga telah diijazahkan oleh sebahagian ulama’, antaranya : Syaikh Muhammad At-Thoyib Al-Fasi, Sayid Muhammad At-Thobari, Syaikh Muhammad ibn Hasan Al A’jimi, Sayid Musthofa Al-Bakri, Syaikh Abdullah As-Syubrawi Al-Misri.
Syaikh Ja’far Al-Barzanji, selain dipandang sebagai mufti, beliau juga menjadi khatib di Masjid Nabawi dan mengajar di dalam masjid yang mulia tersebut. Beliau terkenal bukan saja karena ilmu, akhlak dan taqwanya, tapi juga dengan kekeramatan dan kemakbulan doanya. Penduduk Madinah sering meminta beliau berdo’a untuk hujan pada musim-musim kemarau.

Salah satu kegiatan yang di prakarsai oleh Sultan Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini!

Kitab Al-Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan meningkatkan gairah umat. Dalam kitab itu riwayat Nabi saw dilukiskan dengan bahasa yang indah dalam bentuk puisi dan prosa (nasr) dan kasidah yang sangat menarik. Dalam Barzanji diceritakan bahwa kelahiran kekasih Allah ini ditandai dengan banyak peristiwa ajaib yang terjadi saat itu, sebagai genderang tentang kenabiannya dan pemberitahuan bahwa Nabi Muhammad adalah pilihan Allah.
Salah satu hal yang mengagumkan sehubungan dengan karya Ja’far Al-Barzanji adalah kenyataan bahwa karya tulis ini tidak berhenti pada fungsinya sebagai bahan bacaan. Dengan segala potensinya, karya ini kiranya telah ikut membentuk tradisi dan mengembangkan kebudayaan sehubungan dengan cara umat Islam diberbagai negeri menghormati sosok dan perjuangan Nabi Muhammad saw.
Kitab Maulid Al-Barzanji ini telah disyarahkan oleh Al-’Allaamah Al-Faqih Asy-Syaikh Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Ba`ilisy yang wafat tahun 1299 H dengan satu syarah yang memadai, cukup elok dan bermanfaat yang dinamakan ‘Al-Qawl Al-Munji ‘ala Mawlid Al-Barzanji’ yang telah banyak kali diulang cetaknya di Mesir.
Secara sederhana kita dapat mengatakan bahwa karya Ja’far Al-Barzanji merupakan biografi puitis Nabi Muhammad saw. Dalam garis besarnya, karya ini terbagi dua: ‘Natsar’ dan ‘Nadhom’.
Bagian Natsar terdiri atas 19 sub bagian yang memuat 355 untaian syair, dengan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya menurutkan riwayat Nabi Muhammad saw, mulai dari saat-saat menjelang beliau dilahirkan hingga masa-masa tatkala paduka mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian Nadhom terdiri atas 16 sub bagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima akhir “nun”.
Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu, terasa betul adanya keterpukauan sang penyair oleh sosok dan akhlak Sang Nabi. Dalam bagian Nadhom misalnya, antara lain diungkapkan sapaan kepada Nabi pujaan” Engkau mentari, Engkau rebulan dan Engkau cahaya di atas cahaya“.

Saturday, December 26, 2015

Kisah Uwais Al Qarni Penghuni Langit

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

 "Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Cerita Kehidupan Uwais Al-Qarni

Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Al-Qarni Pergi ke Madinah

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga di kota Madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit. Subhanallah

Saturday, December 19, 2015

Leluhur Nabi Muhammad yang Wajib Diketahui

Salah satu bentuk kecintaan seseorang pada sesuatu atau pada orang lain maka dia akan berusaha mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan barang atau orang tersebut. Begitu juga kecintaan kita terhadap Baginda Sayyidul 'alam Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kita perlu mengetahui garis keturunan atau leluhur Rasulullah, agar semakin bertambah rasa mahabbah kita kepada beliau. Berikut leluhur Nabi sampai ke kakek yang kedua puluh:
1. ABDULLOH, sang ayahanda.
Ketika beliau berjalan pada siang hari, aroma misik dan ambar menyebar dari tubuhnya dan ketika beliau berjalan pada malam hari, cahaya terang bagaikan lampu memancar dari wajahnya. Karena itulah penduduk Mekkah menyebut beliau dgn sebutan Misbahul Harom (lampunya tanah harom).

2. ABDUL MUTHTHOLIB, kakek pertama.
Nama aslinya adalah Syaibatul Hamdi (sehelai uban yang terpuji). Dinamakan begitu karena beliau lahir dalam keadaan mempunyai sehelai uban di rambut kepalanya. Beliau digelari Abdul Muththolib karena ketika paman beliau yang bernama Muththolib pulang bersamanya dari kota Madinah dan memasuki kota Mekkah, para penduduk melihat cahaya di wajahnya yang memancar ke segala arah. Mereka pun menghampiri Sayyid Muththolib dan menanyakan siapakah anak yang bersamanya ttersebut Sayyid Muththolib menjawab: 
"Hadza 'Abdii" (ini adalah hambaku, maksudnya: keponakanku). Maka mereka pun berseru: "Alangkah banyaknya cahaya dari Abdul Muththolib (keponakannya Muththolib), alangkah tampannya Abdul Muththolib.
Beliau wafat di Burman dan dimakamkan di Hajun (daerah Yaman). Beliau wafat dalam usia 140 tahun menurut pendapat yg mu'tamad, ada yang mengatakan 110 tahun.

3. HASYIM, kakek kedua.
Nama aslinya adalah 'Amr. Beliau digelari Hasyim (penumbuk) karena beliau pernah menumbuk daging lalu dijadikan tsarid (makanan orang Arab) yang kemudian dibagikan kepada kaumnya ketika musim paceklik.
Ketika beliau berjalan, bebatuan dan pepohonan yang beliau lewati berkata kepadanya: "Bergembiralah wahai Hasyim, karean sesungguhnya nanti akan lahir darimu seorang Nabi yang akan menjadi penutup para nabi dan para rosul."
Para sejarahwan berbeda pendapat mengenai usia hidup beliau. ada yang mengatakan 20 tahun, ada yg mengatakan 25 tahun.

4. ABDU MANAF, kakek ketiga.
Nama aslinya adalah Mughiroh. Beliau digelari Abdu Manaf (orang yang tinggi) karena beliau adalah orang mulia di tengah kaumnya. Ada juga yang mengatakan karena beliau adalah orang yang jangkung. Sebelumnya, beliau juga digelari Qomarul Bath-haa (rembulannya tanah Mekkah) karena ketampanannya.
Beliau adalah kakek ketiganya Baginda Nabi, kakek keempatnya Sayyidina Utsman, dan kakek kesembilannya Imam Syafi'i. Beliau wafat di Gaza, Palestina.

5. QUSHOYY, kakek keempat.
Nama aslinya adalah Mujammi' (pemersatu). Dinamakan begitu karena melalui beliau Alloh mempersatukan suku-suku keturunan Sayyid Fihr (Quroisy).
Beliau digelari Qushoyy (orang yang jauh) karena beliau pernah tinggal jauh dari sanak keluarganya yang berada di Mekkah. Ceritanya, setelah ayah beliau meninggal, ibu beliau (Fathimah binti Sa'ad) membawanya pergi ke Yaman dan tinggal bersama suku Qudlo'ah.

6. KILAB, kakek kelima (kalau dari garis ibu, beliau adalah kakek keempat).
Nama aslinya adalah Hakim. Beliau digelari Kilab (orang yang banyak anjingnya) karena beliau hobi berburu menggunakan anjing pemburu.

7. MURROH, kakek keenam.
Beliau juga kakek keenamnya Sayyidina Abu Bakar. Nasab Imam Malik dan nasab Baginda Nabi juga bertemu di beliau.

8. KA'AB, kakek ketujuh.
Beliau dinamakan Ka'ab (bambu) karena beliau adalah orang yang tinggi/jangkung. Beliau adalah kakek kedelapannya Sayyidina Umar.

9. LU-AYY, kakek kedelapan.
10.GHOLIB, kakek kesembilan.
Beliau dinamakan Gholib (pemenang) karena beliau selalu dapat mengalahkan musuh-musuhnya.

11. FIHR, kakek kesepuluh.
Nama aslinya adalah Quroisy. Keturunan beliau disebut Jama'ah Qurosyiyyah (golongan Quroisy).

12. MALIK, kakek kesebelas.
Beliau dinamakan Malik (pemilik) karena beliau adalah orang yang memiliki tanah Arab.

13. NADLOR, kakek keduabelas.
Nama aslinya adalah Qois. Beliau digelari Nadlor (orang yang elok rupanya/tampan) karena wajahnya memancarkan cahaya.

14. KINANAH, kakek ketigabelas.
Beliau disebut dengan sebutan Kinanah (tukang sembunyi) karena beliau selalu berada di rumah persembunyian di tengah-tengah kaumnya. Ada yang mengatakan karena beliau selalu menyembunyikan (melindungi) kaumnya dan menjaga rahasia mereka.

15. KHUZAIMAH, kakek keempatbelas.
Beliau meninggal dalam keadaan memeluk millah (agama) Nabi Ibrohim AS.

16. MUDRIKAH, kakek kelimabelas.
Nama aslinya adalah 'Amr. Kuniyahnya/julukannya adalah Abu Hudzail. Beliau disebut dengan sebutan Mudrikah (orang yang mengejar sampai dapat) karena suatu ketika untanya melihat seekor kelinci lalu ia lari, kemudian beliau mengejarnya sampai dapat.

17. ILYAS, kakek keenambelas.
Beliau adalah orang yang pertama kali menggiring unta ke Baitul Harom untuk disembelih. Dari tulang iga beliau terdengar bacaan talbiyah Baginda Nabi seperti bacaan talbiyah yang diucapkan ketika melaksanakan ibadah haji. Kedudukan beliau di tengah bangsa Arab persis seperti kedudukan Luqman Al Hakim di tengah kaumnya.

18. MUDLOR, kakek ketujuhbelas.
Nama aslinya adalah 'Amr. Beliau digelari Mudlor (orang yang suka masam atau orang yang memikat hati) karena beliau menyukai susu masam, kalau sekarang mungkin disebut yoghurt. Ada juga yang mengatakan karena beliau selalu memikat hati orang yang memandangnya. Orang yang memandangnya pasti langsung menyukainya, karena beliau adalah orang yang tampan. Beliau juga orang yang paling bagus suaranya di antara kaumnya.

19. NIZAR, kakek kedelapanbelas.
Beliau disebut dgn sebutan Nizar (sedikit dagingnya) karena beliau adalah orang yang berbadan kurus/krempeng. Di wajah beliau terpancar cahaya kenabian Baginda Nabi. Beliau adalah orang yang pertama kali menulis kitab berbahasa arab. Nasab Imam Ahmad bin Hambal dan nasab Baginda Nabi bertemu di beliau.

20. MA'ADD, kakek kesembilanbelas.
Beliau adalah orang yang mempersiapkan strategi perangnya Bani Israil. Jika beliau memerangi musuh pasti beliau menang. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa beliau adalah Nabi Armiyaa AS.

21. 'ADNAN, kakek keduapuluh.
Beliau hidup pada zaman Nabi Musa.

Sumber: Kitab Madarijush Shu'ud - Syaikh Muhammad Nawawi Banten via Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB (PISS-KTB)

Habib Umar bin Hafidz; Hormatilah Guru Agar Ilmu Bermanfaat

Seorang pemuda bertanya kepada Habib Umar: "Kenapa engkau membiarkan murid-muridmu menunduk bandannya dan mencium tanganmu berbolak balik? Tidak tahukah engkau itu perbuatan yang syirik? Engkau seoalah-olah membuat murid-muridmu menyembah sesama mahkluk?, tidakkah hanya Allah lah yang layak disembah? Tunduk atau menunduk kepada makhluk adalah perbuatan syirik."
Habib Umar hanya tersenyum mendengar ucapan dan pertanyaan dari seorang pemuda tersebut. Lantas Habib Umar memanggil pemuda tadi dan mendekatinya. Habib Umar mengambil pen yang ada di dalam saku baju pemuda tersebut kemudian menjatuhkannya kebawah.
Ketika si pemuda ini menundukkan kepala dan badannya kebawah guna mengambil pen tersebut, Habib Umar menahannya dan berkata:
"Jangan menunduk!, tidakkah menunduk kepada makhluk adalah bathil?
"Tidak, aku hanya ingin mengambil penaku dibawah."
Lantas Habib Umar berkata:
"Aku ini ibaratkan pen, seorang pencari ilmu tidak akan mendapat ilmu jika tidak mempunyai pen, begitu juga dengan murid-muridku, mereka menghargai dan menghormatiku bukan atas permintaaanku, aku tidak pernah memaksa, aku tidak pernah menyuruh mereka mencium tanganku, tetapi ketahuilah wahai pemuda; Seorang tholabul ilim tidak akan mendapatkan setetespun ilmu yang bermanfaat jika dia tidak menghormati gurunya."
Diceritakan dari Al-habib Umar bin Agil Al-Hamid 

Tuesday, December 15, 2015

Tanya Jawab Seputar Perayaan Maulid Nabi

Dalam diskursus Perayaan Maulid Nabi banyak dari kalangan ikhwan yang masih belum tahu mengenai sumber dalil yang digunakan agar bisa memberikan pemahaman bahwa maulid memang pekerjaan yang sesuai syariat sehingga perlu adanya kita menghadirkan dalil-dalil ilmiah dengan konsep tanya jawab seputar maulid.

Tanya    : Apakah maulid itu?

Jawab  : Maulid diambil dari kata bahasa arab “Walada-yalidu” yang bermakna ‘Kelahiran.’ yaitu kelahiran baginda Nabi Muhammad Saw. adapun dalam pelaksanaannya maulid merupakan kegiatan keagamaan yang terkandung asensi ayat suci al Qur’an, dan disertakan kisah-kisah seputar kehidupan Nabi Muhammad Saw. dan di dalamnya terdapat pujian dan sholawat dalam bentuk syair. Di akhir acara terkadang sebagian orang bersedekah makanan untuk sesama.

Tanya   : Siapakah orang yang pertama kali merayakan maulid?

Jawab  : Yang merayakan maulid pertama kali adalah penguasa kota Irbil yaitu Raja Mudzoffar Abu Said Kaukabari bin Zainuddin yang merupakan raja yang terpuji dan pembesar yang dermawan. Ibnu Katsir berkomentar tentangnya  “beliau melaksanakan maulid pada robiul awal dan memperingatinya dengan meriah, merupakan sosok yang santun,  pemberani, cerdik, dan adil semoga Alloh merahmati beliau. (Hawi lil fatawi hal.292)

Tanya   : “Apa pandangan Ulama mengenai Maulid Nabi?”

Jawab  : Imam jalaluddin As-Suyuthi ketika ditanya perihal maulid beliau menjawab secara Eksplisit dengan sebuah karya kitab yang diberi nama ‘husnul maqosid Fi Amalil maulid’ menurut beliau:: “hukum asal maulid nabi yang mana di dalamnya terdapat orang yang membaca ayat suci al Quran dan hadits nabi tentang perangai Rosululloh. Begitu juga ayat yang ada hubungan dengan kisah kenabiannya. Dilanjutkan dengan acara ramah tamah lalu bubar tidak lebih dari itu, maka itu adalah Bid’ah Hasanah dan diberi pahala  bagi pelakunya (Husnul Maqsod Hal.251-252).

Imam Suyuti juga berkata bahwa suatu ketika Imam Ibnu Hajar ditanya tentang Maulid beliau menjawab: “asal-muasal amalan maulid (seperti yg ada saat ini) adalah Bid’ah, dan tidak pernah dinuqil dari para salafus sholih, bersamaan dengan hal tersebut terdapat amalan yang baik di dalamnya dan menjauhi sebaliknya. Maka barangsiapa yang berusaha mengamalkan (yang baik didalamnya) dan menjauhi sebaliknya maka amalan ini hukumnya Bid’ah hasanah dan tidak begitu jika sebaliknya. (Hawi Lilfatawi Hal.282). 

Dari dua komentar diatas jelas mengatakan merayakan maulid itu boleh selama tidak ada kemungkaran di dalamnya.

Ibnu Taimiah berpendapat: "memulyakan hari kelahiran dan menjadikannya sebagai ritual musiman telah dikerjakan oleh sebagian orang dan menjadikannya mendapat pahala yang sangat agung karena bagusnya tujuannya  dan memulyakannya kepada Rosululloh Saw. "(siroh halabiah juz.1 hal.84-85)

Sayyid Zaini Dahlan berkata: "termasuk sebagian cara pemghormatan kepada Nabi adalah merasa senang pada hari kelahirannya." (addurorus saniyah hal.190)

Tanya   : “Adakah ulama yang mengarang kitab tetang kebolehan maulid?”

Jawab  : Tentu saja, berikut diantara nama-nama Ulama beserta karyanya.:

1. Kusnul maqsod fi amalil maulid (Imam Jalaluddin As-Suyuthi)
2. Khulasotul kalam fi ihtifal bi maulidi khoiril anam (Syeh Abdulloh bin Syeh Abu Bakar bin Salim)
3. Ihtifal bil maulid (DR. Said Ramadhon Buthi)                                                                 4. Haulal ihtifal bil maulid nabawi (Prof DR Muhammad bin Alwi al Maliki)
5. Ihtifal bil maulid bainal muayyidin wal muaridlin (Abil Hasanain Abdulloh al Husaini al Makky) dll.

Sementara ulama ahli hadits yang merangkum sejarah Nabi dalam bentuk maulid sangat banyak sekali diantaranya:

1. Al Hafidz Abil Fida’ ibn Katsir 774 H (maulidnya ditahqiq DR. Sholahuddim Munjid)
2. Al Hafidz Abil Fadhl Abdurrochim al kurdi 806 H
3. Al Hafidz Abul Khoir Muhammad As-Sakhowi 902 H
4. Al Hafidz Abdurrohman Ali Assyibani 994 H (maulidnya yang ditahqiq Sayyid Muhammad al Maliki)
5. Al Hafidz Mula Ali Al Qori 104H (mauridurrowi fi maulid nabawi)
6. Al Hafidz Muhammad bin Abu Bakar al Qisi 842 H (jamiul atsar fi maulidil mukhtar)
7. Al Hafidz Al Iroqi 808 H (mauridul hani fi maulid assunni) dan masih banyak ulama lainnya.

Tanya   :  Apakah dalil kebolehan Maulid?

Jawab  : Sebelumnya kita perlu melihat interpertasi maulid itu sendiri. Asensinya kalau kita mau tau hukumnya kita liat apa pekerjaannya. Adapun pekerjaan dalam maulid diantaranya adalah membaca ayat suci al Quran, membaca sejarah nabi, mahallul qiyam, i’tikaf di masjid, membaca syair di masjid, doa mendekatkan diri kepada Alloh, Dzikir berjamaah, Tausiah dan nasehat, menghidupkan syiar islam, sedekah.

Beberapa hal yang disebutkan di atas para ulama sepakat mengenai kebolehannya mungkin sebagian orang kurang percaya mengenai dalil kebolehan dua hal yaitu mahallul Qiyam dan menbaca syair pujian sebenarnya bagaimana hukumnya?

Tanya : Mengapa kita pada hari kelahiran Nabi harus senang, apakah mendapatkan pahala?

Jawab : Ungkapan rasa bahagia di saat kelahiran baginda Nabi adalah wujud rasa syukur kepada Alloh sebab dengan lahirnya beliau agama Islam ini ada. Dan agama Islam sampai di tangan kita semua. Dikisahkan seorang wanita yang bernadzar ingin menabuh rebana di dekat nabi bahkan di dekat kepala beliau jika Nabi datang dalam keadaan selamat, maka apa jawaban Nabi “laksanakan nadzarmu”!.

Bukankah kita semua tahu akan tidak bolehnya bernadzar dalam perkara yang mubah dalam fiqh, dan tidak ada yg lebih mulia dari kepala Nabi Muhammad di alam semesta ini. Tetapi dalam kenyataannya Nabi memperbolehkan. mengapa begitu? Karena Nabi mengetahui bahwa hal ini di barengi dengan perasaan senang, cinta dan ta'dzim kepada beliau.

Dikisahkan juga bahwa Abu Lahab yang merupakan orang yang sangat kejam terhadap Nabi diriwayatkan dalam hadits shohih bahwa setiap hari Senin ia diringankan dari siksa neraka karena disaat Nabi lahir Abu Lahab bergembira dan memerdekakan budaknya yang bernama Tsuwaibah yang menjadi ungkapan kebahagiaan atas kelahiran ponakannya. dalam hal ini imam Al Hafidz Syamsyuddin Muhammad Nasirruddin ad Dimsyiqi:

اذا كان هذا كافرا جاء ذمه # وتبت يداه في الجحيم مخلدا

اتى انه في يوم الاثنين دائما  # يخفف عنه للسرور بأحمد

فما الظن بالعبد الذي كان عمره # باحمد مسرورا ومات موحدا

”Jika orang seperti Abu Lahab saja yang jelas-jelas jahat dan disiksa di neraka,setiap hari Senin diringankan siksanya sebab ia bergembira dengan lahirnya Nabi Muhammad, maka apalagi jika yang bergembira seorang muslim yang sepanjang hidupnya bergembira atas lahirnya Nabi Muhammad dan wafat dalam keadaan Islam.”

Tanya  : Apakah landasan hukum Mahallul qiyam?

Jawab  : Mahallul Qiyam jika kita artikan ke dalam bahasa Indonesia bermakna tempat kita berdiri. Yaitu saat moment detik-detik kelahiran baginda besar Nabi Muhammad Saw. ketika kita berdiri itu menunjukkan ekspresi kebahagiaan dan dan penghormatan atas lahirnya Rosululloh Saw. sebagian orang menganggap tidak boleh berdiri memulyakan orang lain. Namun dalam hadits sendiri Rosululloh s.a.w memerintahkan sahabat Anshor untuk berdiri saat kedatangan pemimpin mereka nabi berkata:

    قوموا لسيدكم 

"berdirilah atas kedatangan pemimpin kalian."

Sementara ulama menjelaskan apa kandungan mahallul qiyam:

وقد سن اهل العلم والفضل والتقى # قياما على الاقدام مع حسن الامعان

بتشخيص ذات المصطفى وهو حاضر باي مقام فيه يذكر بل دان

"Para ulama memulai pekerjaan ini (mahallul qiyam) dengan meresapi kisah beliau dan membayangkan sosoknya yang agung bahkan dan tidak hanya dalam hal ini namun dalam segala kondisi.”

Contoh lain hadits dari Sayyidah Fatimah Azzahra putri Nabi yang berdiri jika Nabi hadir, Rosululloh pun begitu saat Fatimah hadir dalam Sunan Abi Dawud no.5217 yang artinya:

“Sayyidatina Fatimah saat masuk menghadap Nabi, maka beliau (Nabi) berdiri dan mencium fatimah lalu mempersilahkan duduk di tempatnya. Begitupun Rosul saat masuk kehadapan Fatimah maka Fatimah berdiri dari tempat duduknya lalu Nabi menciumnya dan Fatimah mempersilahkan Nabi duduk di tempatnya.”

Pada prakteknya saat kita berdiri yang kita lakukan adalah memuji, bersholawat, bersyukur atas anugerah Aalloh yang menghadirkan keistimewaan dari kehadiran kekasihnya Nabi Muhammad Saw. Alloh subhanahu wata’ala menyuruh kita berdikir kapan saja dimana saja dan kondisi apa saja.

قال الله تعالى : واذكرو الله قياما وقعودا وعلى جنوبكم

Bahkan ulama juga angkat bicara mengenai kebolehan mahallul qiyam dan secara detail dijelaskan dalam satu kitab khusus yang bernama ‘Attarkhis Bil Qiyam lidzawil fadhl wal maziyyah min ahlil islam’ yang dikarang oleh Al Imam Nawawi.

Tanya   :  Apakah Nabi memperbolehkan sahabat memuji Beliau?

Jawab   : Tentu saja Nabi memperbolehkan. Ccoba kita telisik kitab ‘Al Isti’ab fi ma’rifatil Ashab’ tentang hadits Khorim bin Aus bin Haritsah yang mana ia berkata : “aku berhijrah kepada Rosululloh selepas dari perang tabuk dan aku memutuskan untuk masuk Islam, lalu aku mendengar Abbas bin Abdul Mutholib berkata : “Ya Rosulalloh sesungguhnya aku ingin memujimu." Nabi menjawab: "katakanlah tidak akan pecah gigimu. Lalu Abbas mengutakan syair pujian

من قبلها طبت في الظلال وفي # مستودع حين يخصف الورق

ثم هبطت البلاد لا بشر # انت ولا مضغت ولا علق

Dan setiap orang yang didoakan Nabi seperti kepada Abbas giginya awet sampai tua.

Tanya  : Adakah bukti lain sahabat memuji Nabi?

Jawab  : Berikut nama beberapa sahabat beserta syairnya yang dalam sejarah pernah memuji Nabi diantaranya:

Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma

بانت سعاد فقلبي اليوم متبول # متيم إثرها لم يجز مكبول

Hasan bin tsabit

شق له من اسمه كي يجله # فذوا العرش محمود وهذا محمد

Bujair Bin Zuhair al Muzani

اتانا نبي بعد يأس وفترة # من الله والأوثان في الأرض تعبد

Abbas bin Madras

وانت لما ولدت اشرقت ال #  ارض وضائت بنورك الأفق

Nabigho Al Ja’di

ونحن أناس لا نعود خيلنا # إذا ما التقينا ان تحيد وتنفرا

Tanya   : Tolong disebutkan siapa ulama yang juga memuji Rosululloh ?

Jawab  : Ulama juga tak ingin ketinggalan dalam menggapai cinta Rosululloh Saw. mereka ramai-ramai mengarang syair pujian akan saya sebutkan beserta penggalan syairnya seperti: 

Al imam al Hafidz Ibnu Daqiq berkata

شرف المصطفى رفيع عماده # ليس يحصى بكثرة تعداده

Al imam Al Hafidz Ibnu Hajar al Atsqolani berkata dalam syairnya

 يا سعد لو كنت إمرأ مسعودا # ما كان صبري فى النوى مفقودا

Al Imam Aminus Syuaro’ Ahmad Syauqi berkata

ولد الهدى فاكائنات ضياء #  وفم الزمان تبسم

Tanya :  Kenapa banyak orang melakukan maulidan pada hari kamis dan bulan robiul awal?

Jawab : Sebenarnya melaksanakan maulid boleh kapan saja, adapun maulidan di hari Jumat sebab berlandasan kepada hadits Nabi

اكثروا الصلاة علي يوم الجمعة وليلة الجمعة فمن صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا )سنن البيهقي ٥٤٩٠)

"Perbanyaklah sholawat atasku di hari Jumat dan malam Jumat, dan barangsiapa bersholawat sekali maka Alloh akan beraholawat atasnya 10 kali.”

Mengenai perayaan di bulan Robiul Awal maka ada baiknya kita lihat sejarah, ketika seseorang berpuasa Asyuro mereka berpuasa atas keberhasilan Nabi Musa, dan ketika hari Idul Adha kita berkorban mengenang jasa Nabi Ismail, dan saat Robiul Awal kita memperingati lahirnya Nabi Muhammad Saw. Rosululloh bersabda:

قال شارخ البخاري شهاب الدين القصطلاني : فرحم الله امرء اتخد ليالي شهر مولده المبارك اعيادا ليكون اشد علة على من في قلبه مرض

“Maka Alloh mengasihani seseorang yang menjadikan hari kelahirannya sebagai hari raya (untuk mensyukuri) agar menjadi penyakit yang parah bagi orang yg dihatinya terdapat penyakit.”

Kelahiran Nabi Muhammad merupakam kelahiran yang istimewa karena pada bulan ini tidak perayaan lain selain kelahirannya. sementra kalau kita lihat bulan lain terdapat banyak keistimewaannya. oleh karena itu, ini menunjukkan bahwa keagungannya secara istiqlaliyah atau terkhusus kepada beliau saja.

Dari beberapa pertanyaan di atas kita bisa simpulkan bahwa Maulid Nabi bukanlah hal yang dilarang agama karena Maulid Nabi adalah ungkapan kita dan bentuk syukur kita dengan adanya Nabi Muhammad Saw.
Tarim 15 Desember 2015
Oleh : Moh Nasirul Haq (Santri Rubat Syafi’ie Mukalla Yaman) via santri.net

Nasib Lukisan Seharga Dua Milyar Karya Gus Mus

Pameran lukisan yang digelar di daerah Bantul itu lesu. Pengunjung sepi. Tinggal beberapa jam lagi pemeran yang digelar oleh anak-anak muda LKIS ini harus segera diakhiri. Hanya ada satu dua pengunjung datang, namun tak satupun lukisan terjual. Muhammad Jadul Maula yang sehari-hari dipanggil Jadul, sang panitia penyelenggara yang sudah beberapa hari menjadi tuan rumah, seperti orang kalah perang. Asanya sudah habis. Ia sudah bersiap untuk kukut (Bahasa Jawa: mengemasi barang) ketika sepasang suami istri sekonyong-konyong datang melihat-lihat lukisan. Sama seperti pengunjung lainnya. Pengunjung ini tak tertarik pada lukisan-lukisan yang telah dipajang, hingga akhirnya berhenti pada sebuah lukisan. Sebuah goresan abstrak berupa sketsa dengan pigura kecil seukuran buku. "Ini karya Gus Mus?" Jadul mengiyakan dan menjawab seperlunya. Dalam goresan sketsa itu memang tertera tanda tangan Kyai Mustofa Bisri yang dikenal dengan sebutan Gus Mus. "Kami sangat tak'zim sama Gus Mus. Kami akan beli lukisan ini". Rupanya calon pembeli ini seorang pengusaha. Namun, Jadul tidak begitu bersemangat melayani. Ia hanya membatin, paling-paling orang ini akan menawar dengan harga yang tidak seberapa. Sebab, hanya sebuah lukisan kecil berisi sketsa yang tidak jelas maknanya. Beberapa hari lalu, menjelang pameran, Jadul menelpon Gus Mus. Ia sudah lama kenal dekat kyai yang juga dikenal penyair itu. Ia biasa memanggil Gus Mus dengan sebutan Abah. "Abah... masih punya stok lukisan?", tanyanya lewat telepon. "Lukisanku wis entek. Ini tinggal ada satu saja. Sketsa, kalau mau", jawab Gus Mus. Jadilah lukisan itu ikut meramaikan pameran. Jadul memajang lukisan karya Kyai Mustofa Bisri yang dikenal sebagai kyai sesepuh NU dari Rembang, Jawa Tengah, untuk melengkapi koleksi. "Jadi bagaimana mas? Boleh saya beli lukisan ini?" "Oh iya.... silahkan". "Saya beli satu ya. Satu milyar..!" Sontak Jadul terperanjat. Sungguh tidak percaya, lukisan goresan sketsa yang hanya seukuran buku itu ditawar satu miliar rupiah. Tubuhnya gemetar. Kalaupun jika semua luksian yang dipajang di pameran itupun terjual, mungkin tidak akan sampai sebesar itu. Jadul segera menghubungi Gus Mus. Ia tidak berani membuat keputuan sendiri. "Ono opo Dul. Ojo suwi-suwi aku lagi ngajar kitab kuning ini", jawab Gus Mus di ujung sana. "Gus... lukisannya ada yang mau beli". "Yo..wis jual aja". Gus Mus hanya menjawab singkat. Telepon terputus. Padahal, Jadul belum selesai mengemukakan niatnya menyampaikan kabar bahwa lukisannya ditawar orang seharga satu miliar rupiah. "Jadi apa kata Gus Mus?" Pengusaha ini sepertinya tidak sabar dan ingin mendapat ketegasan. Namun, Jadul hanya diam tidak bisa menjawab karena sang pemilik lukisan sudah menutup telepon. "Ya sudah... Dua ya? Dua milyar". Di tengah kebengongannya, Jadul hanya bisa mengiyakan tawaran pembeli itu. Saat ditawar satu miliar saja sudah gugup. Ini malah tambah lagi menjadi dua miliar. Duh Gusti...! Selanjutnya pembeli menanyakan pembayaran lewat cek atau cash. Jadul, minta cash saja dan uang diambil di rumah pembeli itu yang sudah dimasukkan dalam satu koper perjalanan. Karena jumlah uang yang tidak sedikit, akhirnya uang dalam koper itu diantar ke kediaman Gus Mus di Rembang oleh Jadul bersama empat kawannya. Hal ini untuk keamanan kalau-kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan di perjalanan. Sampailah mereka di kediaman Gus Mus. "Kamu kok bawa koper segala ke sini buat apa Dul?" "Ini uang lukisannya Abah". "Wong duit saja kok dimasukkan koper?" Jadul pun segera membuka koper itu. "Walah... duitnya kok banyak sekali buat apa Dul?" "Ya..ini Gus. Uang penjualan lukisan itu. Dua Milyar". "Uang sebanyak ini buat apa. Bikin aku pusing saja". "Terus gimaan Gus?" "Gini aja... Aku ambil sepuluh juta. Buat biaya nambal ruang pondok yang bocor. Kalian berlima masing-masing lima juta," ujar Gus Mus. Jadul dan empat kawannya ini hanya diam sambil memandang satu sama lainnya. Mereka tidak percaya, kalau Gus Mus hanya akan memberi mereka lima juta. Mereka sudah terlanjut berharap bahwa, Gus Mus akan mengambil setengah dari uang itu dan setengahnya pasti akan diberikan mereka. Atau, kalau pun tidak sebesar itu, mereka masih akan dapat jatah yang cukup besar. Jadi uang sebanyak dua miliar itu, praktis hanya diambil Rp 35 juta saja. "Terus sisanya buat apa Gus?" "Sisanya, gunakan untuk kepentingan umat". Jawab Gus Mus. Dengan perasaan berat dan kecewa, mereka kembali ke Jogja dengan membwa uang sisa sebesar Rp 1,9 miliar yang bukan jatah mereka. Dalam perjalanan, mereka sempat tergoda oleh pikiran kotor. Bagaimana kalau uang yang mereka bawa itu dibagi saja berlima. Merekapun berdebat dan bersitegang. "Sudah..sudah...sudah", sergah Jadul. "Apa kalian tidak takut kualat? Kalau kita ambil uang ini, kita pasti akan susah di kemudian hari. Sebab makan uang yang bukan hak kita". Demikian Jadul. Merekapun sadar. Akhirnya mereka sepakat dan memutuskan. Uang sisa penjualan lukisan sketsa karya Gus Mus dibelikan tanah tidak jauh dari terminal di kawasan ring road Jogja, yang diwakafkan untuk lokasi pembangunan sebuah lembaga pendidikan. Saya tak bisa membayangkan, bila itu menimpa saya. Saya pasti akan mengambil dalam jumlah yang saya inginkan, untuk kepentingan saya sendiri mengingat itu adalah uang halal hasil penjualan karya saya. Kok masih ada ya manusia seperti ini? Justru di tengah santernya saat ini kita lihat orang-orang yang seharusnya jadi panutan, ternyata banyak yang masih berebut materi bahkan dengan cara tidak wajar. Cerita ini saya dengar dari sahabat saya Thowaf Zuharon, yang ikut menggarap buku Ayat-Ayat yang Disembelih. Peristiwa ini terjadi sekitar lima tahun lalu. Thowaf mendengar kisah ini dari Joni Ariadinata, seorang penulis yang juga sahabat Jadul. Sumber: Anab Afifi

Sunday, December 13, 2015

Meluruskan Sejarah Perayaan Maulid Nabi Pertama Kali

Setiap tahunnya, umat Islam di berbagai belahan dunia tidak pernah absen dari perayaan Maulid Nabi SAW. Bahkan, perayaan ini seakan sudah menjadi sebuah adat tersendiri di berbagai belahan bumi. Momen hari kelahiran Nabi SAW. yang bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal dipergunakan oleh umat Islam untuk semakin meningkatkan kecintaan kepada beliau. Perayaan yang selalu diselenggarakan setiap tahunnya ini telah menjadi pembicaraan menarik sepanjang abad. Akan tetapi, ada sebagian kelompok yang berpendapat bahwa merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW. adalah bid’ah sayyi’ah (buruk) dan hukumnya haram. Oleh karena itu dalam tulisan singkat ini, penulis ingin menjelaskan tentang hukum merayakan Maulid Nabi SAW. menurut syariat dan dalil-dalil beserta pendapat sebagian ulama mengenainya. Pengertian Maulid Kata “maulid” secara bahasa berarti waktu kelahiran. Dalam kitab Lisanul Arab[1] karya Ibnu Mandhûr disebutkan bahwa kata maulid bermakna: “Maulid al-rajul: wilâdatuhu.” Jadi, yang dimaksud dengan kata maulid adalah waktu kelahiran seseorang. Adapun pengertiannya secara istilah adalah sebuah perkumpulan yang di dalamnya terdapat pembacaan ayat Al-Quran dan sirah Nabi SAW., serta boleh juga ditambahkan dengan menghidangkan makanan bagi para hadirin. Dan perbuatan semacam ini tergolong dalam amalan bid’ah hasanah[2]yang mendapat pahala karena bertujuan mengagungkan Nabi Muhammad SAW. dan menampakkan kegembiraan atas kelahiran beliau.[3] Sejarah Awal Mula Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW Jika kita berbicara tentang sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW. maka orang yang pertama kali merayakan Maulid Nabi adalah Shahibul Maulid (pemiliknya sendiri) yaitu Nabi Muhammad SAW., sebagaimana keterangan dalam hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: “Ketika Nabi SAW. ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab: “Hari Senin adalah hari kelahiranku.” Hadis ini adalah dalil yang paling kuat dalam legalitas perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.. Setelah itu, dalam perkembangannya, perayaan Maulid Nabi SAW. dirayakan secara meriah untuk pertama kalinya pada masa penguasa daerah Irbil, yaitu Raja Mudzaffar Abu Said Kaukabry bin Zainuddin Ali bin Baktakin. Ia adalah seorang raja yang sangat dermawan. Ibnu Katsir dalam “tarikh”-nya mengatakan bahwa Raja Mudzaffar adalah seorang pahlawan pemberani serta pandai dan cerdik. Yusuf bin Qaz (cucu Abu Farj Ibnul Jauzi) dalam kitabnya “Mir’ah al-Zaman” menceritakan bahwasanya dalam setiap perayaan Maulid Nabi SAW., Raja Mudzaffar menyediakan hidangan 5000 potong kepala kambing bakar, 10.000 potong ayam, 100 kuda, 100.000 zabady, dan 30.000 piring yang berisi manisan. Dan yang menghadiri perayaan maulid kala itu adalah para pembesar ulama dan tokoh sufi. Dalam perayaan maulid setiap tahunnya Sang Raja mengeluarkan biaya sekitar 300.000 dinar. Ia juga menyediakan tempat tinggal khusus bagi para tamu yang datang dari penjuru dunia dengan total dana operasional sekitar 100.000 dinar setiap tahunnya. Ia juga mengucurkan dana untuk perawatan dan kemakmuran Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinah serta pengairan di Hijaz sekitar 30.000 dinar setiap tahunnya. Seluruh dana yang ia keluarkan ini belum termasuk sedekah-sedekahnya di sektor lainnya. Istri Sang Raja yang bernama Rabi’ah Khatun binti Ayyub (saudari Panglima Besar Islam Shalahuddin al-Ayyubi) pernah menceritakan mengenai suaminya, bahwa ia (raja) hanya berpakaian yang terbuat dari kain katun yang harganya tidak sampai 5 dirham. Istrinya pernah mencela hal itu, dan Sang Raja menjawab: “Aku berpakaian dengan pakaian seharga kurang dari 5 dirham dan menyedekahkan sisa uangnya lebih baik daripada aku berpakaian yang mahal dengan menterlantarkan orang fakir dan miskin.” Ibnu Khalikan ketika menulis biografi al-Hafiz Abu Khattab Ibnu Dihyah berkata: “Ia (Ibnu Dihyah) adalah termasuk pembesar pada ulama yang melanglang buana, pergi ke Maghrib (Maroko), Syam (Suriah), Irak, dan kemudian menetap di Irbil tahun 604 H.. Di sana ia mendapati raja daerah itu (Raja Mudzaffar) sedang merayakan Maulid Nabi, lantas ia pun menulis kitab “Al-Tanwîr fî Maulid al-Basyîr al-Nadzîr” dan membacanya di hadapan Sang Raja. Lantas Sang Raja memberinya hadiah sebesar 1000 dinar atas hal itu.[4] Terkait tuduhan bahwa Perayaan Maulid Nabi pertama kali diadakan pada masa Dinasti Fathimiyah (Syiah), Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki berkata: “Dan tidak perlu memperdulikan ucapan seseorang yang mengatakan bahwa yang pertama kali merayakan Maulid Nabi adalah al-Fathimiyun sebab hal ini bisa jadi karena suatu kebodohan atau pura-pura tidak tahu kebenaran.”[5] Dalil dalam Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Dalil Al Quran Surat Yunus ayat 58 قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون “Katakanlah: ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58) Dalam ayat tersebut, Ibnu Abbas r.a. menafsirkan bahwa karunia dan rahmat Allah itu adalah Nabi Muhammad SAW.. Dengan ayat tersebut, Allah menganjurkan umat Islam untuk bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW.. Imam Suyuthi menukil tafsiran ayat tersebut dari Ibnu Abbas r.a.: Karunia Allah dan rahmat-Nya adalah Nabi Muhammad SAW..[6] Dalil Sunnah وعن أبي قتادة : أن النبي صلى الله عليه وسلم سئل عن صوم يوم الاثنين فقال : ذلك يوم ولدت فيه، وأنزل علي فيه. “Dari Abu Qatadah, sesungguhnya Nabi SAW. ditanya tentang puasa hari Senin, lantas beliau menjawab: “Hari Senin itu adalah hari dimana aku dilahirkan, dan hari dimana aku diutus (sebagai Rasul).” (HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud) Hadis tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah SAW. berpuasa pada hari Senin untuk bersyukur kepada Allah SWT.. Hal ini memberikan pesan tersirat kepada umat Islam bahwa jika Rasulullah SAW. bersyukur atas kelahirannya, maka sepantasnya kaum muslimin juga bersyukur atas hal itu, baik dilakukan dengan cara berpuasa, membaca Al-Quran, membaca sirah Nabi SAW., bersedekah, maupun melakukan perbuatan baik lainnya. Dan hadis di atas juga bisa dijadikan dalil bahwa orang pertama yang merayakan Maulid adalah Nabi Muhammad SAW. sendiri. (bersambung) Oleh: Ust. Fawwas Khan; Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Al-Azhar Kairo-Mesir [1] Ibnu al-Mandzur, Lisân al-‘Arab (Kairo: Dar al-Hadis), vol. 9, hal. 398 [2] Segala sesuatu yang terpuji yang diada-adakan setelah zaman Rasulullah SAW.. [3] Jalaluddin, al-Suyuthy, Husnul al-Maqshid fi ‘Amalil Maulid, hal. 41 [4] Ibnu Khalikan, Waffiyah al- A’yân, vol. 2, hal. 420, 421 [5] Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki,Dhiya’utthullab. [6] Jalaluddin, al-Suyuthy, al-Durr al-Mantsur, vol. 2, hal. 308. Sumber: ruwaq azhar via suara-nu.com