Media Islam online untuk pemberitaan, syi'ar Islam, dakwah dan kajian.

Saturday, January 31, 2015

Sejarah Berdirinya NU

Lambang NU
Kalangan pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916. Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
 

Friday, January 30, 2015

Profil Syaikh Ibrahim al-Bajuri

Nama al-Bajuri merupakan nama yang tak asing lagi di kalangan para pelajar Madzhab Syafi'i. Hal ini karena salah satu kitab fiqih yang menjadi kurikulum menengah adalah Hasyiah al-Bajuri syarah dari Matan Ghayah wa Taqrib. Hampir di pesantren-pesantren kitab ini menjadi kajian wajib untuk para santri dalam mendalami fiqh. Perlu di ambil hikmah dari profil Syeikh Ibrahim al-Bajuri sebagai penambah himmah semangat dalam mengikuti langkah-langkah mengikuti jejek beliau.
 

Alasan Wanita Tidak Mau Memakai Jilbab


Kenapa wanita tidak mau diajak memakai jilbab? Kenali alasannya, lalu nasehatilah dengan baik dan carikanlah solusinya.

10 Alasan Wanita yang Tidak Memakai Jilbab

Bila seorang muslimah dewasa dan masih belum menutup auratnya dengan hijab dan jilbab yang benar, maka ada baiknya merenungkan kembali alasan anda dengan menyimak dialog pemikiran dibawah ini.


Thursday, January 29, 2015

Ulama Salaf Bertabarruk Dengan Kuburan

Makam Sunan Drajat, Lamongan
Tidak jarang, orang-orang ketika memiliki sebuah keinginan akan suatu hal, baik itu yang bersifat duniawi, seperti mempunyai hajat agar cita-citanya tercapai, rejekinya lancar, mendapatkan jodoh, diterima kerja, dan sebagainya. Ataupun keinginan yang bersifat ukhrawi seperti ingin meninggal dalam keadaan husnul khatimah, bahagia dunia akhirat dan lain-lain, mereka berdoa dengan bertabarruk (mengharap barakah) kepada orang-orang shalih yang telah meninggal dengan menziarahi makamnya. Baik dilakukan sendiri atau beramai-ramai melakukan wisata religi dengan menziarahi makam-makam aulia seperti wali sanga, para ulama, kyai dan sebagainya.

Apakah tradisi atau kebiasaan bertabarruk di makam-makam tersebut tidak bersumber dari para ulama salafus shalih terdahulu?

Asal Mula Perjalanan Spiritual Ibrahim Bin Adham

Ibrahim bin Adham adalah salah satu tokoh ulama shufi yang dikenal zuhud. Pada mulanya, beliau adalah anak seorang raja. Suatu ketika beliau ditanya oleh muridnya, Syaqiq al-Balkhi, tentang awal pengembaraan spiritualnya. Syaqiq bertanya: "Guru, bagaimana awal mula perjalanan spiritual Anda sehingga mencapai maqam kezuhudan ini, dan meninggalkan kemilau kehidupan duniawi, padahal Anda anak seorang raja?"


KH. Yusuf Chudlori (Gus Yusuf), Tegalrejo

Gus Yusuf Chudlori
Dalam perjalanan Magelang-Purworejo, Redaksi Majalah Tebuireng A. Fathurrohman Rustandi dan M. Arief Auly melakukan wawancara Ekslusif dengan KH. Yusuf Chudlori yang akrab disapa Gus Yusuf. Kiai sekaligus Budayawan yang energik ini sebagai salah satu pengasuh Pesantren Tegalrejo, telah sukses membidangi Pesantren Entrepreuner (PARTNEUR), tokoh yang lahir di Magelang, 9 Juli 1973 ini juga sebagai pengagum sosok Gus Dur


Apa Aktifitas kiai saat ini?
Kalau aktifitas saya saat ini disamping ikut bantu ngajar di Pesantren, saya juga merintis usaha seperti mengelola radio swasta, dua restoran dan minimarket. Ini juga saya seriusi karena itu juga menjadi semacam modal utama, saya ingin mengajak teman-teman pesantren juga lebih serius di kewirausahaan. Tafaquh fi ad-din memang sudah kewajiban. dan juga saya ceramah , diskusi dan mengisi seminar-seminar.


Wednesday, January 28, 2015

Hukum Tidur Sebelum Shalat

Tidur merupakan aktifitas alamiah yang tidak bisa dihindari. Meskipun begitu, tidur bukan berarti lepas dari jangkauan hukum syariat islam. Dalam beberapa keadaan tertentu tidur yang asal hukumnya adalah jawaz (boleh untuk dilakukan atau ditinggalkan) bisa menjadi haram. Tentu hal ini sangat erat kaitannya dengan ibadah mahdlah sebagaimana tidurnya orang yang mengabiskan waktu sholat dengan ceroboh ataupun memang disengaja untuk meninggalkan sholat. Berikut hukum tidur baik setelah masuk waktu sholat maupun sebelum waktunya shalat.
 
إذا نام قبل دخول الوقت ففاتته الصلاة فلا إثم عليه وإن علم أنه يستغرق الوقت ولو جمعة على الصحيح ولا يلزمه القضاء فوراً ... وأما إن نام بعد دخوله فإن علم أنه يستغرق الوقت حرم عليه النوم ويأثم إثمين: ثم الذي حصل بسبب النوم فلا يرتفع إلا بالاستغفار، وإن غلب على ظنه الاستيقاظ قبل خروج الوقت فخرج ولم يصل فلا إثم عليه وإن خرج الوقت لكنه يكره له ذلك إلا إن غلبه النوم بحيث لا يستطيع دفعه، وإن لم يغلب على ظنه الاستيقاظ أثم،


Tuesday, January 27, 2015

Mbah Dalhar (KH. Nahrowi bin Abdurrahman)

Beliau memang masih keturunan dari laskar pejuang Pangeran Diponegoro di eks Karsidenan Kedu. Tak heran selain berdakwah, Mbah Dalhar juga mewarisi semangat perjuangan dalam merebut dan mempertahankan Kemerdekaan RI.

Mbah Kiai Dalhar lahir di komplek pesantren Darussalam, Watucongol, Muntilan, Magelang pada hari Rabu, 10 Syawal 1286 H (12 Januari 1870 M). Ketika lahir ia diberi nama oleh ayahnya dengan nama Nahrowi. Ayahnya adalah seorang mudda’i ilallah bernama Abdurrahman bin Abdurrauf bin Hasan Tuqo.

Kiai Abdurrauf adalah salah seorang panglima perang Pangeran Diponegoro. Nasab Kiai Hasan Tuqo sendiri sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Oleh karenanya sebagai keturunan raja, Kiai Hasan Tuqo juga mempunyai nama lain dengan sebutan Raden Bagus Kemuning.


Monday, January 26, 2015

Hukum Wanita Memakai Cadar


Menurut pendapat yang mu’tamad (terkuat dan terpercaya) aurat wanita dalam penglihatan lelaki lain keseluruhan tubuhnya hingga wajah dan telapak tangannya sehingga haram bagi laki-laki lain melihat sesuatu dari tubuhnya dan wajib bagi wanita menutup tubuhnya dari pandanga lelaki lain, sedang menurut pendapat lainnya wajah dan telapaknya boleh terbuka dan juga bagi lelaki lain melihatnya.

و منها : المرأة في العورة لها أحوال : حالة مع الزوج : و لا عورة بينهما و في الفرج وجه و حالة مع الأجانب : و عورتها كل البدن حتى الوجه و الكفين في الأصح و حالة مع المحارم و النساء : و عورتها ما بين السرة و الركبة و حالة في الصلاة و عورتها كل البدن إلا الوجه و الكفين و صرح الإمام في النهاية : بأن الذي يجب ستره منها في الخلوة هي العورة الصغرى و هو المستور من عورة الرجل


Tabarruj


Bagaimanakah hukumnya wanita yang keluar dengan berdandan sekedarnya, seperti  menggunakan bedak dan lipstik ? Dan sebenarnya apa yang di maksud dengan tabarrujal jahiliyah itu?

Jawaban:

ويجب على المرأة في حال الخروج التزام الستر الشرعي، لا تظهر شيئاًمن جسدها غير الوجه والكفين؛ لأن في كشف شيء مما أوجب الله ستره تعريضاً للفتنة والتطلع إليها، قال تعالى: {ولا تبرجن تبرج الجاهلية الأولى} [الأحزاب:33/33]. ومن التبرج: المشي بتكسر وحركات مثيرة، ومن التبرج أيضاً أن تلبس المرأة ثوباً رقيقاً يصف ما تحته، قال صلّى الله عليه وسلم : «صنفان من أهل النار لم أرهما بعد: نساء كاسيات عاريات، مائلات مميلات (2) ، على رؤوسهن أمثال أسنمة البخت المائلة (3) ، لا يدخلن الجنة، ولا يجدن ريحها، وإن ريحها ليوجد من مسيرة كذا وكذا. ورجال معهم سياط كأذناب البقر يضربون بها الناس» (4) وقال عليه الصلاة والسلام أيضاً : «أيما امرأة استعطرت، فخرجت فمرت على قوم ليجدوا ريحها، فهي زانية» (5) .والتزام المرأة البيت لا بمعنى حبسها فيه أو التضييق عليها هو خير شيء للمرأة، قال عليه الصلاة والسلام: «إن المرأة عورة، فإذا خرجت استشرفها الشيطان، وأقرب ما تكون من رحمة ربها، وهي في قعر بيتها» (1) وهو يدل على وجوب الستر وعدم إظهار المرأة شيئاً من بدنها، وأن في الخروج العمل على إغواء الشياطين لها وإغراء الرجال بها حتى تقع الفتنة.

Sunday, January 25, 2015

Tiga Tokoh Lirboyo

Lirboyo adalah nama sebuah desa yang terletak di Kecamatan Mojoroto Kotamadya Kediri Jawa Timur. Di desa inilah telah berdiri hunian atau pondokan para santri yang dikenal dengan sebutan Pondok Pesantren Lirboyo. Berdiri pada tahun 1910 M. Diprakarsai oleh Kyai Sholeh, seorang yang Alim dari desa Banjarmelati dan dirintis oleh salah satu menantunya yang bernama KH. Abdul Karim, seorang yang Alim berasal dari Magelang Jawa Tengah.


Doa Suami Untuk Istri Yang Hamil

Kepada anda yang mendapatkan kabar gembira karena istri sedang hamil. Ini kami ijazahkan doa kepada anda.  Dibaca oleh suami.

1. الفَاتحة الى حضرة النبي المصطفى محمد صلى الله عليه وسلم وعلى اله واصحابه والتابعين وتابع التابعين لهم باحسان الى يوم الدين والى من اجازني هذه الورد الفاتحة
2. الفاتحة الي هذا الحمل الفاتحة 
3. صلوات × 100
4. رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارْ × 3 (بلا تنفس)
يقرأ كل ليلة الجمعة عند زوجة الحاملة ويوضع مصبحت الزوج (القارئ) في سرة الزوجة
(اجازنا حضرة الشيخ كياهي أنوار منصور الحاج)

1. al-Fatihah ditujukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beserta segenap keluarganya dan segenap sahabat serta para tabi’in dan para pengikut tabi’in juga kepada orang-orang yang mengijazahkan doa berikut ini, al-Fatihah….
2. al-Fatihah ditujukan kepada kandungan ini, al-Fatihah
3. Baca sholawat 100 x (terserah sholawat apa saja)
4. Rabbanaa maa kholaqta haadza baathilaa sub-haanaka faqinaa ‘adzaabannaar……. 3 x tanpa nafas.

Dibaca setiap malam jum’at dengan cara menaruh jari telunjuk suami di pusar istri. Semoga bermanfaat.

Ijiazah doa ini dari Hadratus Syekh KH. Anwar Manshur Lirboyo

Ada tambahan keterangan yang mengatakan menggunakan sholawat sebagai berikut :

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله كما لانهاية لكمالك وعدد كماله

Allaahumma shalli wasallim wabaarik a'laa sayyidinaa Muhamadin waa'la aalihi kamaa laa nihayata likamalika wa a'dada kamaalihi. (Piss-ktb)

Saturday, January 24, 2015

Takhalli, Tahalli, dan Tajalli

Manusia dilengkapi oleh Allah dua hal pokok, yaitu jasmani dan rohani. Dua hal ini memiliki keperluan masing-masing. Jasmani membutuhkan makan, minum, pelampiasan syahwat, keindahan, pakaian, perhiasan-perhiasan dan kemasyhuran. Rohani, pada sisi lain, membutuhkan kedamaian, ketenteraman, kasih-sayang dan cinta. 
 
Para sufi menegaskan bahwa hakekat sesungguhnya manusia adalah rohaninya. Ia adalah muara segala kebajikan. Kebahagiaan badani sangat tergantung pada kebahagiaan rohani. Sedang, kebahagiaan rohani tidak terikat pada wujud luar jasmani manusia. Sebagai inti hidup, rohani harus ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi. Semakin tinggi rohani diletakkan, kedudukan manusia akan semakin agung. Jika rohani berada pada tempat rendah, hina pulalah hidup manusia. Fitrah rohani adalah kemuliaan, jasmani pada kerendahan. Badan yang tidak memiliki rohani tinggi, akan selalu menuntut pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rendah hewani. Rohani hendaknya dibebaskan dari ikatan keinginan hewani, yaitu kecintaan pada pemenuhan syahwat dan keduniaan. Hati manusia yang terpenuhi dengan cinta pada dunia, akan melahirkan kegelisahan dan kebimbangan yang tidak berujung. Hati adalah cerminan ruh. Kebutuhan ruh akan cinta bukan untuk dipenuhi dengan kesibukan pada dunia. Ia harus bersih.

Dalam rangkaian metode pembersihan hati, para sufi menetapkan dengan tiga tahap: Takhalli, Tahalli, dan Tajalli. Takhalli, sebagai tahap pertama dalam mengurus hati, adalah membersihkan hati dari keterikatan pada dunia. Hati, sebagai langkah pertama, harus dikosongkan. Ia disyaratkan terbebas dari kecintaan terhadap dunia, anak, istri, harta dan segala keinginan duniawi. 

Dunia dan isinya, oleh para sufi, dipandang rendah. Ia bukan hakekat tujuan manusia. Manakala kita meninggalkan dunia ini, harta akan sirna dan lenyap. Hati yang sibuk pada dunia, saat ditinggalkannya, akan dihinggapi kesedihan, kekecewaan, kepedihan dan penderitaan. Untuk melepaskan diri dari segala bentuk kesedihan, lanjut para saleh sufi, seorang manusia harus terlebih dulu melepaskan hatinya dari kecintaan pada dunia. 

Tahalli, sebagai tahap kedua berikutnya, adalah upaya pengisian hati yang telah dikosongkan dengan isi yang lain, yaitu Allah Swt. Pada tahap ini, hati harus selalu disibukkan dengan dzikir dan mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, melepas selain-Nya, akan mendatangkan kedamaian. Tidak ada yang ditakutkan selain lepasnya Allah dari dalam hatinya. Hilangnya dunia, bagi hati yang telah tahalli, tidak akan mengecewakan. Waktunya sibuk hanya untuk Allah, bersenandung dalam dzikir. Pada saat tahalli, lantaran kesibukan dengan mengingat dan berdzikir kepada Allah dalam hatinya, anggota tubuh lainnya tergerak dengan sendirinya ikut bersenandung dzikir. Lidahnya basah dengan lafadz kebesaran Allah yang tidak henti-hentinya didengungkan setiap saat. Tangannya berdzikir untuk kebesaran Tuhannya dalam berbuat. Begitu pula, mata, kaki, dan anggota tubuh yang lain. Pada tahap ini, hati akan merasai ketenangan. Kegelisahannya bukan lagi pada dunia yang menipu. Kesedihannya bukan pada anak dan istri yang tidak akan menyertai kita saat maut menjemput. Kepedihannya bukan pada syahwat badani yang seringkali memperosokkan pada kebinatangan. Tapi hanya kepada Allah. Hatinya sedih jika tidak mengingat Allah dalam setiap detik. 

Setelah tahap pengosongan dan pengisian, sebagai tahap ketiga adalah Tajalli. Yaitu, tahapan dimana kebahagian sejati telah datang. Ia lenyap dalam wilayah Jalla Jalaluh, Allah subhanahu wata'ala. Ia lebur bersama Allah dalam kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Ia bahagia dalam keridhoan-Nya. Pada tahap ini, para sufi menyebutnya sebagai marifah, orang yang sempurna sebagai manusia luhur. 

Syekh Abdul Qadir Jaelani menyebutnya sebagai insan kamil, manusia sempurna. Ia bukan lagi hewan, tapi seorang malaikat yang berbadan manusia. Rohaninya telah mencapai ketinggian kebahagiaan. Tradisi sufi menyebut orang yang telah masuk pada tahap ketiga ini sebagai waliyullah, kekasih Allah. Orang-orang yang telah memasuki tahapan Tajalli ini, ia telah mencapai derajat tertinggi kerohanian manusia. Derajat ini pernah dilalui oleh Hasan Basri, Imam Junaidi al-Baghdadi, Sirri Singkiti, Imam Ghazali, Rabiah al-Adawiyyah, Ma'ruf al-Karkhi, Imam Qusyairi, Ibrahim Ad-ham, Abu Nasr Sarraj, Abu Bakar Kalabadhi, Abu Talib Makki, Sayyid Ali Hujweri, Syekh Abdul Qadir Jaelani, dan lain sebagainya. Tahap inilah hakekat hidup dapat ditemui, yaitu kebahagiaan sejati.

Membunuh Sebab Ditolak Lamarannya

Datanglah seorang lelaki yang patah hati. Saat itu, dunia seraya hancur; langit runtuh, bumi ambruk. Sebabnya, lamarannya kepada seorang gadis ditolak. Belum lunas sedih yang menggelayut di dalam hati dan pikiran laki-laki itu, duka berikutnya bertambah. Persis seperti makna peribahasa “Sudah jatuh tertimpa tangga”.
 
Tangga yang menimpanya saat masih terjatuh itu, adalah duka di atas nestapa. Sebab, setelah menolak lamaran laki-laki itu, sang gadis pujaan hati justru menerima lamaran pemuda lain. Barangkali, pemuda kedua ini pula yang menjadi alasan tertolaknya lamaran laki-laki pertama. Sebab gelap mata, pikiran dan hatinya, maka dibunuhlah pemuda kedua ini. Duh, malangnya. Pata hati berujung maut.

Beberapa masa kemudian, karena perasaan bersalahnya telah menjadi pembunuh, laki-laki itu mendatangi salah satu sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam. Kala itu, yang menjadi tujuannya adalah Ibnu Abbas.

Seketika setelah bertemu dan menceritakan apa yang dia lakukan, bertanyalah laki-laki pembunuh itu, “Apakah aku masih mempunyai kesempatan untuk bertaubat?”
Merespon tanya laki-laki nan dirundung nestapa itu, Ibnu Abbas balik bertanya, “Apakah ibumu masih hidup?” Serta merta, laki-laki itu menyambar tanya dengan berkata, “Tidak.”
Mendengar jawaban laki-laki itu, Ibnu Abbas memberinya nasihat nan menenangkan, “Bertaubatlah kepada Allah Ta’ala,” lanjutnya mengakhiri, “mendekatlah kepada-Nya semampumu.”

Dalam riwayat yang dikutip dari Imam al-Bukhari ini, disebutkan bahwa Atha’ bin Yasir berkata, “Maka aku pergi menemui Ibnu Abbas untuk bertanya, ‘Mengapa engkau bertanya tentang ibunya?’”
Kemudian, Ibnu Abbas menerangkan, “Aku tidak mengetahu amalan yang lebih dekat kepada Allah Ta’ala daripada berbakti kepada ibu.”

Berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu, merupakan salah satu amalan terbaik yang bisa memberatkan timbangan kebaikan seseorang di Hari Kiamat. Amalan ini menduduki peringkat teratas sebagiamana shalat lima waktu di awal waktu secara berjama’ah, membaca al-Qur’an dan mentadabburi artinya, dan amalan-amalan lain sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa sallam.

Dalam riwayat ini juga disebutkan tentang sikap bijak terhadap mereka yang telah menyesali perbuatan dosanya. Bahwa mereka yang bersalah, sama sekali tak butuh penghakiman atau vonis; karena ia telah menyadari kesalahannya.

Yang perlu dilakukan adalah menasihati dan memotivasinya untuk senantiasa memperbaiki diri dengan mendekat kepada Allah Ta’ala. Dengan melakukan kebaikan itulah, kelak Allah Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa yang telah dilakukan oleh seorang hamba. Karena berbuat baik adalah salah satu tanda serius atau tidaknya seseorang dalam menyesali kesalahan dan komitmen untuk menjadi hamba yang lebih baik

Pemuja Rahasia

Bagaimana tidak dibikin stres, Zaid yang sejak tiga tahun lalu berkenalan dengan Barkah, tanpa henti-hentinya selalu memanjat doa di setiap malam, hingga timbul kemantapan bahwa kelak Barkahlah yang akan bersanding di pelaminan bersamanya. Ternyata tanpa disangka-sangka, Barkah malah takluk oleh lamaran Joko Widodo anak sulung Pak Lurah di desanya. 

Move on!! Begitulah yang kira-kira sedang dijalani Zaid dengan mengerahkan sisa-sisa kekuatan batin yang ia miliki untuk menghapus asa yang telah dibangunnya sekian lama. Salah satu yang ia lakukan adalah dengan sowan mengunjungi Guru Ngajinya, besar harapan mendapatkan barokah dan doa serta petuah bijak agar nantinya bisa teribur hatinya yang sedang galau dan bisa lebih tenang.

Benar sekali, sehabis sowan pada Gurunya, Zaid merasa terlahir kembali dengan semangat anti galau setelah mendengar Gurunya dengan halus dan penuh wibawa dawuh:

"Jika akhirnya kamu tidak bersama dengan orang yang sering kau sebut dalam doamu, mungkin kamu akan dibersamakan dengan orang yang diam-diam sering menyebut namamu dalam doanya."
Setelah hati dan pikirannya dirasa cukup tenang, Zaid pulang ke rumahnya dengan senyum ceria. Namun, di tengah perjalanan keceriaan itu terhenti sejenak saat sebuah pertanyaan yang bekaitan dengan dawuh Guru Ngaji tadi kembali muncul dalam pikirannya:

"Siapakah orang yang diam-diam sering menyebut namaku dalam doanya? Emang ada ?" gerutu dalam hatinya penuh tanya sambil sedikit senyum tanpa seorangpun yang melihatnya.

Pada saat Zaid berpamitan pulang, Guru Ngajinya juga tidak lupa berpesan agar muridnya itu selalu mengingat ayat Allah, "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." [QS. Al Baqarah : 216]

Friday, January 23, 2015

Perempuan Setara

Sang Pemimpin gundah gulana. Gosip kejam itu telah menguasai seluruh kota. Istri sang pemimpin digosipkan “ada main” dengan salah seorang anak buahnya. Istri yang digosipkan itu adalah perempuan muda yang sangat ia cintai dan sangat mencintainya, anak sahabatnya yang sangat ia cintai pula

Karena tidak ada bukti maupun saksi, sang pemimpin hanya dapat meminta pendapat para tokoh-tokoh pembantunya mengenai kebenaran dan tidaknya gosip tersebut. Payahnya, beberapa tokoh yang dimintai pendapat, ada yang tampak membenarkan meski banyak yang terang-terangan menolak dan memustahilkan. Bahkan pro dan kontra tentang masalah ini nyaris menimbulkan fitnah.

Sang pemimpin (Rasulullah, Nabi Muhammad SAW) akhirnya menemui sang istri yang sudah beberapa hari, atas permintaannya, berada di kediaman kedua orangtuanya. Sang istri (sayyidatina Aisyah r.a.) yang sudah dua hari dua malam tidak tidur itu sedang ditunggui kedua orangtuanya (sayyidina Abu Bakar Shiddiq dan Ummu Ruman), saat sang pemimpin masuk dan duduk di dekat pembaringan.

“Aisyah, aku mendengar suara-suara begini-begitu tentang dirimu;” sabda Rasulullah kemudian, “apabila kamu tidak bersalah, Allah akan menyatakan kamu tidak bersalah. Bila ternyata kamu melakukan dosa, beristighfarlah kepada Allah dan bertaubatlah. Hamba apabila mengaku salah dan bertaubat, Allah akan menerima taubatnya.”

Mendengar sabda sang suami tercinta itu, sayyidatina Aisyah-yang selama ini terus menangis-seketika airmatanya terhenti dan berkata ditujukan kepada kedua orangtuanya, “Kalian jawablah Rasulullah.” Kedua orangtuanya menjawab, “Demi Allah, kami tidak tahu harus berkata apa.”

Sayyidatina Aisyah, sang istri belia itu pun berkata dengan tegarnya: “Sesungguhnya, saya tahu kalian semua telah mendengar omongan gosip ini, sehingga sudah tertanam dalam diri kalian dan kalian telah mempercayainya. Kalau pun saya mengatakan kepada kalian bahwa saya tidak bersalah, kalian tidak akan mempercayai saya. Sebaliknya, bila saya mengakui perbuatan yang Allah tahu semata bahwa saya tidak melakukannya, kalian pasti mempercayainya. Demi Allah, saya tidak menemukan contoh untuk kalian kecuali ayahnya Nabi Yusuf ketika berkata, Fashobrun jamiil wallaahul must’aanu ‘alaa maa tashifuun (Kesabaran yang baiklah pilihanku dan Allah sajalah tempat memohon pertolongan terhadap apa yang kalian ceritakan).” (Bacalah kisah menarik yang menjadi sebab turunnya ayat 4 dan seterusnya di surah 24. al- Nur antara lain di kitab Nurul Yaqin oleh Syeikh Muhammad Khudhari Bek).

Menyimak kata-kata sayyidatina ‘Aisyah di hadapan tokoh-tokoh agung - Rasulullah SAW dan shahabat Abu Bakar Shiddiq sekalian-itu mungkin orang tidak mengira bahwa ketika itu usianya baru belasan tahun. Sayyidatina Aisyah sepertinya memang disiapkan Allah menjadi contoh perempuan pendekar. Apabila Rasulullah SAW diasuh dan dididik langsung oleh Allah, maka sayyidatina Aisyah diasuh dan dididik langsung oleh Rasulullah SAW.

Maka, tidak heran bila dalam sejarah Islam, sayyidatina Aisyah yang lahir 8 tahun sebelum hijrah dan wafat tahun 58 H, dikenal sebagai perempuan paling alim. Menguasai ilmu-ilmu agama dan kesusastraan, bahkan ketabiban. Guru dari banyak tokoh-tokoh ulama dan mufti yang menjawab masalah-masalah keagamaan dan kehidupan yang diajukan. Ia dianggap perempuan yang paling mengetahui tentang al-Quran dan Sunnah Rasul SAW; di samping penyebar ilmu-ilmu agama terkemuka.

Sayyidatina Aisyah pun boleh dikata menjadi-atau tepatnya mungkin: dijadikan Allah-simbol penolakan terhadap stigma bahwa perempuan adalah kaum lemah, konco wingking yang hanya swarga nunut neraka katut. Ia merupakan bantahan telak terhadap opini bahwa yang hebat hanya laki-laki. Tanpa menuntut kesetaraan dengan kaum laki-laki, sayyidatina Aisyah telah menunjukkan kesataraan.

Di negeri kita sendiri, (dulu) banyak Muslimah yang mengikuti jejak sayyidatina Aisyah. Tanpa menggembar-gemborkan kesetaraan gender, mereka berbuat dan berkhidmah setara dengan kaum laki-laki. Sekedar contoh, Ibu Nyai Nur Chodijah yang merintis pondok pesantren puteri di Denanyar Jombang dan Ibu Rahmah Al-Yunusiyah di Sumatra Barat. Ibu Nyai Fatimah, Nyai Mahmudah Mawardi, Nyai Khairiyah Hasyim, dan Nyai Nuri Maksum yang mengajar santri-santri laiknya kyai-kyai. Nyai Sholichah Munawwarah aktivis sosial yang tidak kalah gigih dari aktivis laki-laki.

Raden Ajeng Kartini, yang pernah ngaji dan berguru kepada Mbah Kyai Saleh Darat dan diperingati hari lahirnya tanggal 21 April, saya kira juga tidak hanya menuntut kesetaraan. Tapi, mengajak kaumnya untuk mensetarakan diri dengan ilmu pengetahuan dan pencerdasan. (GusMus.NET)

Tamim Ad-Daari, Sahabat Nabi Yang Pernah Bertemu Dajjal

Simbol Dajjal
Rasulullah Saw. bersabda, "Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada makhluk di muka bumi ini sejak Allah menciptakan Adam sampai hari kiamat yang fitnahnya lebih besar daripada Dajjal." (HR. Muslim no. 2946)
 
Beliau juga bersabda, "Aku benar-benar akan memperingatkan kalian tentang Dajjal. Tidak ada seorang nabi melainkan ia pernah memperingatkan kaumnya tentang masalah tersebut. Tetapi aku akan mengatakan kepada kalian suatu ucapan yang belum pernah dikatakan oleh seorang nabi pun sebelumku. Dia itu (Dajjal) picak (bermata sebelah) sedangkan Allah tidaklah picak." (HR. Bukhari)
  
Adalah Tamim Ad-Daari, yang pernah berjumpa dengan Dajjal. Tamim adalah salah satu sahabat Rasulullah Saw. yang sebelumnya adalah pemeluk agama Nasrani. Setelah bertemu Dajjal, akhirnya dia berbaiat dan memeluk Islam. Dalam hadits riwayat Muslim dikisahkan cerita pertemuan Tamim Ad-Daari dengan Al-Masih Ad-Dajjal. Hadits tersebut adalah:
 
Ketika Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam sudah selesai shalat, beliau duduk diatas mimbar sambil tersenyum beliau bersabda, "Tetapkanlah setiap orang untuk menpati tempat sholatnya", kemudian beliau bersabda, "Apakah kalian mengerti kenapa aku mengumpulkan kalian?" para sahabat menjawab, "Allah dan Rosulnya yang lebih mengetahui!" Rasulullah bersabda, "Demi Allah sesungguhnya aku mengumpulkan kalian bukanlah untuk suatu kabar gembira atau kabar buruk, akan tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim Ad-Daari yang dahulunya seorang laki-laki pemeluk agama Nasrani datang padaku kemudian berbaiat dan memeluk agama islam. Ia telah berkata kepadaku dengan suatu perkataan yan pernah aku katakan kepada kalian tentang Al-Masih Ad-Dajjal.

Ia mengisahkan perjalanannya kepadaku bahwa ia berlayar dengan sebuah kapal laut bersama 30 orang laki-laki dari kabilah Lakham dan Judzam. Kemudian mereka terombang-ambing oleh ombak selama satu bulan. Hingga mereka terdampar pada sebuah pulau di (tengah) laut yang terletak di daerah tempat terbenamnya matahari, lalu mereka duduk (istirahat) pada tempat yang lebih dekat dengan kapal. 

Setelah itu mereka masuk ke dalam pulau tersebut lalu mereka bertemu dengan seekor binatang yang berbulu lebat (sehingga) mereka tidak dapat memperkirakan mana bagian belakang (ekornya) dan mana bagian depan (kepalanya) karena bulunya yang terlalu banyak. 

Mereka berkata, "Celaka kamu, (hewan jenis) apakah kamu ini?" Ia (hewan) itu menjawab, "Saya adalah Al-Jassasah." Mereka bertanya lagi, "Apakah Al-Jassasah itu?" (tanpa menjawab) Ia berkata, "Wahai kaum pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita dari kalian!"

Tamim ad Dari berkata, "Ketika hewan itu telah menjelaskan kepada kami tentang laki-laki itu, kami pun ketakutan bahwa ia adalah setan." Tamim berkata, "Lalu kami segera berangkat sehingga kami memasuki biara tersebut, di sana terdapat seorang manusia yang paling besar yang (pernah) kami lihat, dalam keadaan terikat belenggu yang sangat kuat. Kedua tangannya terikat ke lehernya di antara dua lutut dan kedua mata kakinya terbelenggu dengan besi. 

Kami berkata, "Celaka, siapakah kamu ini?" Ia menjawab, "Takdir telah menentukan bahwa kalian akan menyampaikan kabar-kabar kepadaku, maka kabarkanlah kepadaku siapakah kalian ini?" Mereka menjawab, "Kami adalah orang-orang Arab yang berlayar dengan sebuah kapal, tiba-tiba kami menghadapi sebuah laut yang berguncang, lalu ombak mengombang-ambingkan kapal kami selama satu bulan dan kami berlabuh (terdampar) di pulaumu ini. Lalu kami duduk di tempat yang terdekat dengan kapal kemudian kami masuk pulau ini maka kami bertemu dengan seekor binatang yang sangat banyak bulunya yang tidak dapat diperkirakan mana ekor dan mana kepalanya karena banyak bulunya. Maka kami bertanya kepadanya, 'Celaka kamu, (hewan jenis) apakah kamu ini?’ ia menjawab, 'Aku adalah Al-Jassasah.' Ia berkata, 'Pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita yang kalian bawa!' Lalu kami segera menuju tempat kamu ini dan kami terkejut bercampur takut karena mengira bahwa kamu ini adalah setan."

Laki-laki besar yang terikat itu berkata, "Beritakanlah kepada saya tentang pohon-pohon kurma yang ada di (daerah) Baisan!" Kami berkata, "Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?" Ia berkata, "Saya menanyakan tentang pohon-pohon kurma apakah berbuah?" Kami menjawab, "Ya!" Ia berkata, "Adapun pohon-pohon kurma itu maka ia (sebentar lagi) hampir saja tidak akan berbuah lagi." 

Kemudian ia berkata lagi, "Beritakanlah kepadaku tentang laut Tobariyah (Tiberia)!" Mereka berkata, "Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?" Ia bertanya, "Apakah ada airnya?" kami menjawab, "laut itu airnya sangat banyak." Ia berkata, "Adapun airnya, maka ia (sebentar lagi) hampir saja akan habis."

Kemudian ia berkata lagi, "Beritakanlah kepada saya tentang mata air Zaghor!" Mereka menjawab, "Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?" Ia bertanya, "Apakah di sana masih ada air dan penduduk di sana masih bertani dengan menggunakan air dari mata air Zaghor itu?" Kami menjawab, "Benar, ia berair banyak dan penduduknya bertani dari mata air itu." 

Lalu ia berkata lagi, "Beritakanlah kepadaku tentang nabi yang ummi, apa sajakah yang sudah ia perbuat?" Mereka menjawab, "Dia telah keluar dari Mekah dan tinggal di Yatsrib (Madinah)." Lalu ia bertanya, "Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?" Kami menjawab, "Ya!!" Ia bertanya lagi, "Apakah yang ia lakukan terhadap mereka?" Maka kami memberitahukan kepadanya bahwa ia (Nabi) itu telah menundukkan orang-orang Arab yang bersama dengannya dan mereka menaatinya." Lalu ia berkata, "Apakah itu semua telah terjadi?" kami menjawab, "Ya!!" Ia berkata, "Sesungguhnya adalah lebih baik bagi mereka untuk menaatinya. dan sungguh aku akan mengatakan kepada kalian tentang diriku. Aku adalah Al-Masih (Ad-Dajjal) dan sesungguhnya aku hampir saja diizinkan untuk keluar.

Maka aku akan keluar dan berjalan (menjelajah) di muka bumi dan tidak ada satu pun kampung (negeri) kecuali aku memasukinya dalam waktu 40 malam selain Mekah dan Thaibah (Madinah), kedua negeri itu terlarang bagiku. Setiap kali aku ingin memasuki salah satu dari negeri itu maka aku dihadang oleh malaikat yang ditangannya ada pedang berkilau dan sangat tajam untuk menghambatku dari kedua negeri tersebut. Dan disetiap celahnya terdapat malaikat yang menjaganya." 

Fatimah Binti Qais berkata, "Rasulullah shollallohu alaihi wasallam bersabda sambil menghentakkan tongkat pendek beliau diatas mimbar, "Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah (maksudnya kota Madinah). Bukankah aku sudah menyampaikan kepada kalian tentang hal itu?" para sahabat menjawab, "Benar." (Beliau shollallohu alaihi wasallam bersabda), "Sesungguhnya Saya tertarik dengan cerita Tamim Ad-Dariy, karena ia bersesuaian dengan apa-apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang Madinah dan Mekkah. Bukankah ia (tempat Dajjal) terletak di laut Syam atau laut Yaman? tidak tapi dia di arah timur, dia di arah timur, dia di arah timur. Ia (perempuan) berkata : "(Hal) ini saya hafalkan dari Rosululloh shollallohu alaihi wasallam."
 
Hadits Muslim nomer 2942 Bab Qissotul Jasasah:

فلما قضى رسول الله صلى الله عليه وسلم صلاته جلس على المنبر وهو يضحك فقال ليلزم كل إنسان مصلاه ثم قال أتدرون لم جمعتكم قالوا الله ورسوله أعلم قال إني والله ما جمعتكم لرغبة ولا لرهبة ولكن جمعتكم لأن تميما الداري كان رجلا نصرانيا فجاء فبايع وأسلم وحدثني حديثا وافق الذي كنت أحدثكم عن مسيح الدجال حدثني أنه ركب في سفينة بحرية مع ثلاثين رجلا من لخم وجذام فلعب بهم الموج شهرا في البحر ثم أرفئوا إلى جزيرة في البحر حتى مغرب الشمس فجلسوا في أقرب السفينة فدخلوا الجزيرة فلقيتهم دابة أهلب كثير الشعر لا يدرون ما قبله من دبره من كثرة الشعر فقالوا ويلك ما أنت فقالت أنا الجساسة قالوا وما الجساسة قالت أيها القوم انطلقوا إلى هذا الرجل في الدير فإنه إلى خبركم بالأشواق قال لما سمت لنا رجلا فرقنا منها أن تكون شيطانة قال فانطلقنا سراعا حتى دخلنا الدير فإذا فيه أعظم إنسان رأيناه قط خلقا وأشده وثاقا مجموعة يداه إلى عنقه ما بين ركبتيه إلى كعبيه بالحديد قلنا ويلك ما أنت قال قد قدرتم على خبري فأخبروني ما أنتم قالوا نحن أناس من العرب ركبنا في سفينة بحرية فصادفنا البحر حين اغتلم فلعب بنا الموج شهرا ثم أرفأنا إلى جزيرتك هذه فجلسنا في أقربها فدخلنا الجزيرة فلقيتنا دابة أهلب كثير الشعر لا يدرى ما قبله من دبره من كثرة الشعر فقلنا ويلك ما أنت فقالت أنا الجساسة قلنا وما الجساسة قالت اعمدوا إلى هذا الرجل في الدير فإنه إلى خبركم بالأشواق فأقبلنا إليك سراعا وفزعنا منها ولم نأمن أن تكون شيطانة فقال أخبروني عن نخل بيسان قلنا عن أي شأنها تستخبر قال أسألكم عن نخلها هل يثمر قلنا له نعم قال أما إنه يوشك أن لا تثمر قال أخبروني عن بحيرة الطبرية قلنا عن أي شأنها تستخبر قال هل فيها ماء قالوا هي كثيرة الماء قال أما إن ماءها يوشك أن يذهب قال أخبروني عن عين زغر قالوا عن أي شأنها تستخبر قال هل في العين ماء وهل يزرع أهلها بماء العين قلنا له نعم هي كثيرة الماء وأهلها يزرعون من مائها قال أخبروني عن نبي الأميين ما فعل قالوا قد خرج من مكة ونزل يثرب قال أقاتله العرب قلنا نعم قال كيف صنع بهم فأخبرناه أنه قد ظهر على من يليه من العرب وأطاعوه قال لهم قد كان ذلك قلنا نعم قال أما إن ذاك خير لهم أن يطيعوه وإني مخبركم عني إني أنا المسيح وإني أوشك أن يؤذن لي في الخروج فأخرج فأسير في الأرض فلا أدع قرية إلا هبطتها في أربعين ليلة غير مكة وطيبة فهما محرمتان علي كلتاهما كلما أردت أن أدخل واحدة أو واحدا منهما استقبلني ملك بيده السيف صلتا يصدني عنها وإن على كل نقب منها ملائكة يحرسونها قالت قال رسول الله صلى الله عليه وسلم وطعن بمخصرته في المنبر هذه طيبة هذه طيبة هذه طيبة يعني المدينة ألا هل كنت حدثتكم ذلك فقال الناس نعم فإنه أعجبني حديث تميم أنه وافق الذي كنت أحدثكم عنه وعن المدينة ومكة ألا إنه في بحر الشأم أو بحر اليمن لا بل من قبل المشرق ما هو من قبل المشرق ما هو من قبل المشرق ما هو وأومأ بيده إلى المشرق قالت فحفظت هذا من رسول الله صلى الله عليه وسلم
 

Thursday, January 22, 2015

Be Your Self (Kisah Penjual Buah Segar)

Dan yang lebih tragis lagi pada ending cerita adalah seorang pembeli yang bertanya, "Bapak sebenarnya jualan apa ya? kok tidak ada keterangannya?"
Beberapa waktu yang lalu ada seorang pedagang buah yang memulai berjualan di pasar dipagi hari. Ketika hari masih pagi ia sudah mulai sibuk menata dagangannya, tidak seperti pedagang buah pada umumumya, Ia berinisiatif bagaimana cara agar dapat menarik pembeli untuk mendekati dagangannya, kemudian ia memasang papan pengumuman bertuliskan “HARI INI DI SINI DIJUAL BUAH SEGAR”

Tidak selang beberapa lama kemudian datang seorang pengunjung yang menanyakan tentang papan pengumuman yang ia pasang, pengunjung tadi menanyakan tentang tulisannya. “Mengapa Bapak tuliskan kata HARI INI? Bukankah Bapak memang hari ini berjualan, bukan kemarin atau besok?” tanya pembeli itu. Kemudian Pedagang buah itu berpikir sejenak dan kemudian menjawab, “Iya, kau benar.” Lalu ia menghapus tulisan “HARI INI” sehingga di papan pengumuman tersebut tulisan berkurang menjadi “DISINI JUAL BUAH SEGAR”

Kemudian beberapa saat datang pembeli lain yang ke dua. Pembeli kedua tersebut juga menanyakan tulisan yang ada di papan pengumuman itu, “Mengapa Bapak tulis kata DI SINI ? Bukankah semua orang sudah tau kalau kau berjualan DI SINI , bukan DI SANA atau di tempat lain?” tanya pengunjung kedua.
“Benar juga!” pikir si pedagang buah tersebut, lalu dihapusnya kata “DI SINI” dan tinggallah tulisan “JUAL BUAH SEGAR”.

Tidak lama kemudian datang pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya.
“Mengapa Bapak pakai kata SEGAR ? bukankah semua orang sudah tau kalau yang Bapak jual adalah Buah yang segar, bukan buah busuk?” tanya pengunjung ketiga. “Benar juga” pikir si pedagang buah, lalu dihapusnya kata “SEGAR” dan tinggallah tulisan “JUAL BUAH”

Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke empat yang juga menanyakan tulisannya, “Mengapa Bapak tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tahu kalau buah ini untuk dijual, bukan dipamerkan atau dibagikan?” tanya pengunjung ke empat. Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggalah tulisan “BUAH”

Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke lima, yang juga menanyakan tulisannya : “Mengapa Bapak tulis kata BUAH?, bukankah semua orang sudah tau kalau ini BUAH bukan Daging atau Sayur?” tanya pengunjung kelima. “Benar juga” pikir si penjual buah, lalu diturunkannya papan pengumuman itu. Tinggallah pedagang buah tersebut berjualan tanpa memasang papan tulisan, dan keinginan menarik pembeli gagal sudah.

Cerita di atas adalah salah satu dari sekian kasus hidup yang tidak jarang dialami oleh kita. Dalam hidup di dunia terkadang manusia membutuhkan masukan atau nasihat dari manusia lainnya untuk benar-benar memantapkan keyakinan atau memang hanya sekedar sharing akan jalan atau langkah yang akan diambilnya. Di sisi lain, rasa percaya diri sangat perlu dalam menyikapi berbagai problem kehidupan. Bijaklah dalam menyikapi keduanya.
 
Teringat sebuah nasihat Luqman as. kepada anaknya, "Janganlah terlalu memperhatikan manusia, jangan pula terlalu memperdulikan atau terpengaruh ucapan serta cacian mereka. Tidak mungkin akan bisa menyatukan ucapan atau pendapat mereka yang masing-masing punya pandangan bermacam-macam." (Mizaj at Tasnim wa Afwaj an Nasim hlm 13)

Empat Skenario Kehilangan

Andaikan kita sedang naik di dalam sebuah kereta ekonomi. Karena tidak mendapatkan tempat duduk, kita berdiri di dalam gerbong tersebut. Suasana cukup ramai meskipun masih ada tempat bagi kita untuk menggoyang-goyangkan kaki. Kita tidak menyadari handphone kita terjatuh.

Skenario 1
Ada orang yang melihat handphone kita terjatuh, kemudian memungutnya dan langsung mengembalikannya kepada kita. “Pak, handphone bapak barusan jatuh nih,” kata orang tersebut seraya memberikan handphone milik kita. Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut? Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih dan berlalu begitu saja.

Skenario 2 
Sekarang kita beralih kepada skenario kedua. Handphone kita terjatuh dan ada orang yang melihatnya dan memungutnya. Orang itu tahu handphone itu milik kita tetapi tidak langsung memberikannya kepada kita. Hingga tiba saatnya kita akan turun dari kereta, kita baru menyadari handphone kita hilang. Sesaat sebelum kita turun dari kereta, orang itu ngembalikan handphone kita sambil berkata, “Pak, handphone bapak barusan jatuh nih.”  

Apa yang akan kita lakukan kepada orang tersebut? Mungkin kita akan mengucapkan terima kasih juga kepada orang tersebut. Rasa terima kasih yang kita berikan akan lebih besar daripada rasa terima kasih yang kita berikan pada orang di skenario pertama (orang yang langsung memberikan handphone itu kepada kita). Setelah itu mungkin kita akan langsung turun dari kereta.

Skenario 3  
Marilah kita beralih kepada skenario ketiga. Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, hingga kita menyadari handphone kita tidak ada di kantong kita saat kita sudah turun dari kereta. Kita pun panik dan segera menelepon ke nomor handphone kita, berharap ada orang baik yang menemukan handphone kita dan bersedia mengembalikannya kepada kita. Orang yang sejak tadi menemukan handphone kita (namun tidak memberikannya kepada kita) menjawab telepon kita. “Halo, selamat siang, Pak. Saya pemilik handphone yang ada pada bapak sekarang,” kita mencoba bicara kepada orang yang sangat kita harapkan berbaik hati mengembalikan handphone itu kembali kepada kita. Orang yang menemukan handphone kita berkata, “Oh, ini handphone bapak ya. Oke deh, nanti saya akan turun di stasiun berikut. Biar bapak ambil di sana nanti ya.” Dengan sedikit rasa lega dan penuh harapan, kita pun pergi ke stasiun berikut dan menemui “orang baik” tersebut. Orang itu pun memberikan handphone kita yang telah hilang. 

Apa yang akan kita lakukan pada orang tersebut? Satu hal yang pasti, kita akan mengucapkan terima kasih, dan seperti nya akan lebih besar daripada rasa terima kasih kita pada skenario kedua bukan? Bukan tidak mungkin kali ini kita akan memberikan hadiah kecil kepada orang yang menemukan handphone kita tersebut.

Skenario 4  
Terakhir, mari kita perhatikan skenario keempat. Pada skenario ini, kita tidak sadar handphone kita terjatuh, kita turun dari kereta dan menyadari bahwa handphone kita telah hilang, kita mencoba menelepon tetapi tidak ada yang mengangkat. Sampai akhirnya kita tiba di rumah. Malam harinya, kita mencoba mengirimkan SMS: “Bapak/ Ibu yang budiman. Saya adalah pemilik handphone yang ada pada bapak/ ibu sekarang. Saya sangat mengharapkan kebaikan hati bapak/ ibu untuk dapat mengembalikan handphone itu kepada saya. Saya akan memberikan imbalan sepantasnya.”
 
SMS pun dikirim dan tidak ada balasan. Kita sudah putus asa. Kita kembali mengingat betapa banyaknya data penting yang ada di dalam handphone kita. Ada begitu banyak nomor telepon teman kita yang ikut hilang bersamanya.  Hingga akhirnya beberapa hari kemudian, orang yang menemukan handphone kita menjawab SMS kita, dan mengajak ketemuan untuk mengembalikan handphone tersebut. 

Bagaimana kira-kira perasaan kita? Tentunya kita akan sangat senang dan segera pergi ke tempat yang diberikan oleh orang itu. Kita pun sampai di sana dan orang itu mengembalikan handphone kita. Apa yang akan kita berikan kepada orang tersebut? Kita pasti akan mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepadanya, dan mungkin kita akan memberikannya hadiah (yang kemungkinan besar lebih berharga dibandingkan hadiah yang mungkin kita berikan di skenario ketiga).

Moral of the story
Apa yang kita dapatkan dari empat skenario cerita di atas? Pada keempat skenario tersebut, kita sama-sama kehilangan handphone, dan ada orang yang menemukannya. Orang pertama menemukannya dan langsung mengembalikannya kepada kita. Kita berikan dia ucapan terima kasih. Orang kedua menemukannya dan memberikan kepada kita sesaat sebelum kita turun dari kereta. Kita berikan dia ucapan terima kasih yang lebih besar. Orang ketiga menemukannya dan memberikan kepada kita setelah kita turun dari kereta. Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah dengan sedikit hadiah. Orang keempat menemukannya, menyimpannya selama beberapa hari, setelah itu baru mengembalikannya kepada kita. Kita berikan dia ucapan terima kasih ditambah hadiah yang lebih besar.

Ada sebuah hal yang aneh di sini. Cobalah pikirkan, di antara keempat orang di atas, siapakah yang paling baik? Tentunya orang yang menemukannya dan langsung memberikannya kepada kita, bukan? Dia adalah orang pada skenario pertama. Namun ironisnya, dialah yang mendapatkan reward paling sedikit di antara empat orang di atas. Manakah orang yang paling tidak baik? Tentunya orang pada skenario keempat, karena dia telah membuat kita menunggu beberapa hari dan mungkin saja memanfaatkan handphone kita tersebut selama itu. Namun, ternyata dia adalah orang yang akan kita berikan reward paling besar.

Apa yang sebenarnya terjadi di sini?
Kita memberikan reward (hadiah) kepada keempat orang tersebut secara tulus, tetapi orang yang seharusnya lebih baik dan lebih pantas mendapatkan banyak, kita berikan lebih sedikit. OK, kenapa bisa begitu?

Ini karena rasa kehilangan yang kita alami semakin bertambah di setiap skenario.
Pada skenario pertama, kita belum berasa kehilangan karena kita belum sadar handphone kita jatuh, dan kita telah mendapatkannya kembali. Pada skenario kedua, kita juga sudah mulai merasakan kehilangan karena saat itu kita baru sadar, dan kita sudah membayangkan rasa kehilangan yang mungkin akan kita alami seandainya saat itu kita sudah turun dari kereta. Pada skenario ketiga, kita sempat merasakan kehilangan, namun tidak lama kita mendapatkan kelegaan dan harapan kita akan mendapatkan handphone kita kembali. Pada skenario keempat, kita sangat merasakan kehilangan itu. Kita mungkin berpikir untuk memberikan sesuatu yang besar kepada orang yang menemukan handphone kita, asalkan handphone itu bisa kembali kepada kita. Rasa kehilangan yang bertambah menyebabkan kita semakin menghargai handphone yang kita miliki.

Kesimpulan. Saat ini, adakah sesuatu yang kurang kita syukuri? Apakah itu berupa rumah, handphone, teman-teman, kesempatan berkuliah, kesempatan bekerja, atau suatu hal lain. Namun, apakah yang akan terjadi apabila segalanya hilang dari genggaman kita. Kita pasti akan merasakan kehilangan yang luar biasa. Saat itulah, kita baru dapat  mensyukuri segala sesuatu yang telah hilang tersebut.

Namun, apakah kita perlu merasakan kehilangan itu agar kita dapat bersyukur? Sebaiknya tidak. Syukurilah segala yang kita miliki, termasuk hidup kita, selagi itu masih ada. Jangan sampai kita menyesali karena tidak bersyukur ketika itu telah lenyap dari diri kita.

Jangan pernah mengeluh dengan segala hal yang belum diperoleh. Bahagialah dengan segala hal yang telah diperoleh. Sesungguhnya, hidup ini berisikan banyak kebahagiaan. Bila kita mampu memandang dari sudut yang benar.

Doa Mempermudah Rejeki

Berikut ini ijazah amalan doa dari Syaikhina KH. Maimun Zubair Rembang, untuk mempermudah mendapatkan rizqi sebagai usaha atau ihtiyar dari dalam tetapi tetap usaha luar dengan bekerja layaknya orang pada umumnya.

- Membaca asma al husna "Yaa Lathiif ( يالطيف )" sebanyak 129 kali setelah shalat fardlu.
- Kemudian diteruskan dengan membaca doa satu kali, sebagai berikut:

  اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ الْقَوِيُّ الْعَزِيزُ

"Allahu lathiifun bi'ibaadihi yarzuqu man yasyaa-u wahuwal qawii-yul 'aziiz."

Artinya : "Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya; Dia memberi rejeki, kepada siapa yang di kehendaki-Nya, dan Dialah Yang Maha Kuat, lagi Maha Perkasa."  (QS.Asy-Syuura: 19)


اَللَّهُمَّ اِنِّيْ أَسْأَلُكَ رِزْقًا حَلَالًا كَثِيْرًا طَيِّبًا

"Allahumma inni as'aluka rizqan halalan katsiran thoiyiban."

Artinya : "Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepada Engkau rizqi yang halal, banyak, dan bersih."