Media Islam online untuk pemberitaan, syi'ar Islam, dakwah dan kajian.

Wednesday, January 30, 2013

Cara Rasulullah Hormati Orang Miskin

Rasa cinta mendalam kepada Nabi Muhammad saw juga dimiliki seorang budak perempuan bernama Barirah. Perempuan miskin ini berharap sekali Rasulullah dapat berkunjung ke gubuknya. Belum ada keberanian untuk mengundang karena di rumah reyot itu memang tak tersedia apa-apa.

Suatu saat Barirah menerima makanan cukup mewah dari salah seorang sahabatnya. Makanan lezat semacam ini belum pernah ia nikmati seumur hidup. Sebelum mencicipi, tiba-tiba batinnya melintaskan sesuatu: Selagi ada, sebaiknya makanan ini disuguhkan untuk orang istimewa yang selama ini ia rindukan, Rasulullah saw.

Begitu diundang, Rasulullah pun datang bersama para sahabatnya. Sahabat Nabi yang menyaksikan hidangan enak dan mahal itu tiba-tiba berpikir, budak perempuan ini tak mungkin membelinya sendiri.

“Wahai Rasulullah bisa jadi ini makanan zakat atau sedekah. Sedangkan engkau tidak boleh memakan zakat dan sedekah. Jadi Engkau jangan memakannya, ya Rasulullah,” kata sahabat.

Kecintaan Barirah yang menggebu membuatnya lupa bahwa Rasulullah tak menerima zakat dan shadaqah. Mendengar ucapan sahabat tersebut, hati Barirah seolah meledak. Perasaan takut, gelisah, malu, dan sedih kini merusak kegembiraannya. Menyajikan hidangan yang diharamkan bagi Rasulullah adalah kesalahan fatal.

Dalam kondisi ini, Rasulullah menampilkan kemuliannya. Dengan lembut dan bijak beliau berucap, “Makanan ini memang sedekah untuk Barirah, dan karenanya sudah menjadi milik Barirah. Lalu Barirah menghadiahkannya kepadaku. Maka aku boleh memakannya.” Kemudian Rasulullah saw pun memakannya tanpa segan

Kesaktian Gus Doer

Salah satu saksi hidup dari kemampuan spiritual Gus Dur adalah seorang sopirnya, Khoirul atas beberapa kejadian yang dialami bersama ketua umum PBNU tiga periode ini. Tentu saja, kejadian yang dialami berputar soal kisah di jalan raya.                                                                                                                                                  

Suatu ketika, ia sedang berada di Majenang Cilacap mengantar Gus Dur dan beberapa orang anggota rombongan dalam dua mobil. Saat itu sudah jam 12 siang dan Gus Dur mengajak pulang karena di rumah ada tamu yang harus ditemuinya pada jam 13.00.

Ia pun segera putar arah dan mobil rombongan di belakang mengikutinya di belakang. Karena sudah ada janji, ia ngebut, tetapi tak yakin bisa segera sampai di Ciganjur, tempat tinggal Gus Dur tepat waktu. Ia berpikiran, paling-paling bisa sampai di Jakarta pukul 3 atau 4 sore mengingat jaraknya yang sangat jauh. Rute yang harus dilalui masih sangat jauh karena harus melewati kawasan Puncak yang jalannya kecil, berliku-liku dan naik turun. Saat itu belum ada tol Cipularang.

Ia pun tetap menggeber mobilnya secepat yang bisa ia lakukan. Mobil rombongan satunya di belakang tidak kelihatan, tampaknya sudah jauh ketinggalan.

Singkat kata, sampailah mobil yang disetirinya di rumah Gus Dur dan ia merasa lega selamat sampai di rumah. Ia menengok jam tangannya. Angka yang masih diingatnya sampai sekarang, “pukul 13.12 menit”. Jakarta Cilacap hanya ditempuh dalam waktu 1 jam lebih sedikit. Dan Gus Dur tidak terlambat menerima tamunya yang juga baru saja sampai. Rombongan mobil di belakangnya baru sampai di Ciganjur pukul 16.30, beda empat jam lebih dari perjalanannya.

Kisah lainnya adalah ketika Gus Dur berjanji menjemput tamunya di bandara Soekarno Hatta pada pukul 1 siang. Ia masih di ujung Tol Cikampek, yang kondisinya sedang macet sehingga diperkirakan baru jam tiga sampai di bandara, tapi faktanya. Tapi ia bisa sampai tepat waktu di bandara untuk menemui tokoh kehormatan tersebut.

Yang lebih spektakuler lagi kejadian ketika Gus Dur mau berangkat ke NTB untuk memenuhi undangan di sana dan hanya ada satu kali penerbangan dari Jakarta. Pikirannya sudah dag dig dug, “Bisa ngejar pesawat apa tidak.” Mereka bertiga bersama dengan Aries Junaidi, mantan sekretaris Gus Dur dalam perjalanan di kawasan Kuningan yang terkenal sebagai daerah kemacetan. Semuanya terdiam dalam perjalanan yang menegangkan tersebut, suasana dan mobil yang biasanya penuh obrolan dan canda ini sunyi.. Matanya melirik ke arah Gus Dur yang dilihatnya sedang komat-kamit sambil menundukkan kepala.

Aries minta turun di Mampang Prapatan karena mau membesuk salah satu kenalannya yang sedang dirawat di RS MMC. Ia pun segera meneruskan perjalanannya ke Bandara. Disana staff Gus Dur, Sulaiman dan Yuni sudah mengurus check in tiket dan ketika ampai, Gus Dur bisa tinggal boarding saja.

18 menit kemudian, Aries Junaidi meneleponnya, menanyakan sudah sampai dimana, ternyata ia sudah balik dari bandara menuju ke Ciganjur sementara Aries sendiri masih belum turun dari ojek.

“Iki, nek nurut akal ora iso, wong aku sing nyekel (kejadian itu, kalau menurut akal ngak mungkin, karena saya sendiri yang nyetir mobilnya.”

Monday, January 28, 2013

Dzikir 3


Dalil-dalil lafadz Wiridan Ba’da Sholat.

Berdasarkan hadist Nabi :

كان رسول الله صلى الله عليه و سلم إِذَا سَلَّمَ لَمْ يَقْعُدْ إِلاَّ مِقْدَارَ مَا يَقُوْلُ أَلَّلهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَإِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ يَا ذَاْلجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ
Artinya: “Rosululloh saw setelah mengucapkan salam (selesai Sholat), maka beliau duduk sekedar untuk membaca Allohumma anta salam dst.(HR. Muslim)

مَنْ قَرَأَ أَيَةَ اْلكُرْسِى وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ دُبُرَ كُلَّ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ اْلجَنَّةِ إِلاَّ اْلمَوْتُ
Artinya: “Barang siapa yang membaca ayat kursi dan surat al Ikhlash setelah sholat fardlu maka tidak ada yang menghalanginya untuk masuk surga kecuali kematian (yakni ketika kematian itu dilalui, dia akan masuk surga).” (HR. Nasa'i)

عن عقبة ابن عامر قال أمرني رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ أَلْمُعَوِّذَاتِ دُبُرَ كُلَّ صَلاَةٍ
Artinya: Dari Uqbah bin 'Amir ia berkata, “Rosululloh saw menyuruhku agar membaca surat al-Ikhlash, al Falaq dan an-Nas setiap selesai sholat.”  (HR. Nasa'i)
               
عَنْ أَبِىْ هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ أَبُوْذَرٍّ يَارَسُوْلَ اللهِ ذَهَبَ أَصْحَابُ الدُّثُوْرِ بِاْلأُجُوْرِ يُصَلُّوْانَ كَمَانُصَلِّيْ وَيَصُوْمُوْنَ كَمَانَصُوْمُ وَلَهُمْ فُضُوْلَ أَمْوَالٍ يَتَصَدَّقُوْنَ بِهَا وَلَيْسَ لَنَا مَاْلٍ نَتَصَدَّقُ بِهِ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَبَاذَرٍّ أَلاَ أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ تُدْرِكُ بِهِنَّ مَنْ سَبَقَكَ وَلاَيَلْحَكُكَ مَنْ خَلْفَكَ إِلاَّمِنْ أَخَذَبِمِثْلِ عَمَلِكَ قَالَ بَلَى يَارَسُوْلَ اللهِ قَالَ تُكَبِّرُاللهَ عَزَّوَجَلَّ دُبُرَ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَتَحْمَدُهُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَتُسَبِّحُهُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِيْنَ وَتَخْتِمُهَا بِلاَاِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ غُفِرَتْ لَهُ ذُنُوْبُهُ وَلَوْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِاْلبَحْرِ 

Artinya: Dari Abu Hurairoh ra berkata, "Bahwa Abu Dzar ra, bertanya kepada Rosulullah saw, "Wahai Rosulalloh, orang–orang kaya itu mempunyai banyak pahala, mereka melaksanakan sholat sebagaimana kami mendirikan sholat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka, namun kami (tidak mampu bersedekah karena) tidak memiliki harta benda yang dapat kami sedekahkan." Lalu Rosululloh SAW bersabda, "Wahai Abu Dzar maukah Aku ajarkan kepadamu beberapa kalimat yang bisa menyamakan derajatmu dengan orang– orang yang mendahuluimu, dan orang-orang yang datang sesudahmu tidak akan dapat menyamaimu kecuali kalau mereka juga membaca kalimat itu." Abu Dzar menjawab, "Iya wahai Rosululloh.” Maka kemudian Rosululloh bersabda, "Hendaklah kamu membaca takbir 33 kali, tahmid 33 kali , dan tasbih 33 kali setiap setelah sholat, kemudian diakhiri dengan bacaan :لاَاِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر
 Maka dosa-dosanya akan diampuni meskipun seperti buih di lautan. (HR. Abi Dawud)

Adapun hikmah dianjurkannya dzikir diatas, karena bisa menutupi kekurangan yang dilakukan ketika sholat, sementara doa merupakan jalan untuk menuju kehormatan melalui pahala dari Allah setelah melakukan pendekatan diri (Taqorrub)  kepada Allah.

لأَنّ اْلاِسْتِغْفَارَ يَعُوْضُ نَقْصَ الصَلاَةِ وَالدُّعَاءُ سَبِيْلُ الخَظْوَةِ بِالثَّوَابِ وَاْلأَجْرِ بَعْدَ التَّقَرُّبِ اِلَى اللهِ بِالصَّلاّةِ
Artinya: “Karena sesungguhnya bacaan istighfar itu mengganti kekurangan sholat dan do'a merupakan jalan menuju kehormatan melalui pahala setelah mendekatkan diri kepada Allah swt dengan sholat." (al Fiqh al-Islami juz I hal. 800)
                Dapat disimpulkan bahwa berdzikir setelah sholat sangat dianjurkan dalam agama, karena dapat menutupi kekurangan dari sholat yang kita laksanakan dan sangat disayangkan apabila waktu setelah sholat tersebut disia-siakan tanpa berdzikir. Terlebih waktu setelah shalat merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa.