Mbah Abdul Malik; Sesepuh Mursyid Naqsabandiyah Khalidiyah Tanah Jawa
Posted by
Unknown
on
Thursday, December 03, 2015
with
No comments
Mbah Abdul Malik dan muridnya Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan |
Beliau adalah sosok ulama yang cukup di segani di Banyumas Jawa Tengah. Syaikh 'Abdul Malik semasa hidupnya memegang dua Thariqah besar (sebagai mursyid) yaitu: Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah dan Thariqah Asy-Syadziliyah.
Asy-Syaikh 'Abdul Malik lahir di Kedung Paruk, Purwokerto, pada hari Jum'at 3 Rajab 1294 H (1881). Nama kecilnya adalah Muhammad Ash'ad sedang nama'Abdul Malik diperoleh dari ayahnya, KH.Muhammad Ilyas ketika ia menunaikan ibadah haji bersamanya. Sejak kecil Asy-Syaikh 'Abdul Malik telah memperoleh pengasuhan dan pendidikan secara langsung dari kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya yang ada di Sokaraja, Banyumas terutama dengan KH.Muhammad Affandi.
Sang ayah adalah KH.Muhammad Ilyas bin H. Aly Dipowongso. Syaikh Muhammad Ilyas terus berdakwah di wilayah eks-Kerasidenan Banyumas di mulai dari grumbul, Kedungparuk, sekembalinya dari menuntut ilmu selama puluhan tahun di Mekkah. Guru Ilyas demikian nama yang lebih dikenal dilahirkan di Kedung Paruk sekitar tahun 1186 H (1765) dari seorang ibu bernama Siti Zaenab binti Maseh binti KH.'Abdus Shomad (Mbah Jombor). Guru Ilyas mulai menyebarkan luaskan Thariqah An-Naqsabandiyah Al-Khalidiyah sesuai tugas dan amanah gurunya yakni Syaikh Sulaiman Zuhdi Al-Makki sekitar tahun 1246 H/1825 M pada usia 60 tahun.
Setelah belajar Al-Qur'an dengan ayahnya, Asy-Syaikh 'Abdul Malik kemudian mendalami kembali Al-Qur'an kepada KH.Abu Bakar bin H.Yahya Ngasinan (Kebasen, Banyumas). Pada tahun 1312 H, ketika Syaikh 'Abdul Malik sudah menginjak usia dewasa, oleh sang ayah, ia dikirim ke Mekkah untuk menimba ilmu agama. Di sana ia mempelajari berbagai disiplin ilmu agama diantaranya Ilmu Al-Qur'an, Tafsir, 'Ulumul Qur'an, Hadits, Fiqh, Tasawuf dan lain-lain. Asy-Syaikh belajar di Tanah suci dalam waktu yang cukup lama, kurang lebih selama lima belas tahun.
Dalam Ilmu Al-Qur'an, khususnya Ilmu Tafsir dan Ulumul Qur'an, ia berguru kepada Sayyid 'Umar Asy-Syatha dan Sayyid Muhammad Syatha (putra penulis kitab I'anatuth Thalibin Hasyiyah Fathul Mu'in). Dalam Ilmu hadits, ia berguru Sayyid Thaha bin Yahya Al-Magribi ('Ulama Hadramaut yang tinggal di Mekkah), Sayid 'Alwi bin Shalih bin 'Aqil bin Yahya, Sayyid Muhsin Al-Musawwa, Asy-Syaikh Muhammad Mahfuzh bin 'Abdullah At-Tirmisi. Dalam bidang Ilmu Syari'ah dan Thariqah 'Alawiyyah ia berguru pada Al-Habib Ahmad Fad'aq, Al-Habib 'Aththas Abu Bakar Al-'Attas, Al-Habib Muhammad bin 'Idrus Al-Habsyi (Surabaya), Al-Habib 'Abdullah bin Muhsin Al-'Attas (Bogor), Kyai Soleh Darat (Semarang).
Sementara itu, guru-gurunya di Madinah adalah Sayyid Ahmad bin Muhammad Amin Ridwan, Sayyid 'Abbas bin Muhammad Amin Ridwan, Sayyid 'Abbas Al-Maliki Al-Hasani (kakek Sayyid Muhammad bin 'Alwi Al-Maliki Al-Hasani), Sayyid Ahmad An-Nahrawi Al-Makki, Sayyid 'Ali Ridha.
Setelah sekian tahun menimba ilmu di Tanah Suci, sekitar tahun 1327 H, Asy-Syaikh 'Abdul Malik pulang ke kampung halaman untuk berkhidmat kepada kedua orang tuanya yang saat itu sudah sepuh (berusia lanjut). Kemudian pada tahun 1333 H, sang ayah, Asy-Syaikh Muhammad Ilyas berpulang ke Rahmatullah.
Sesudah sang ayah wafat, Asy-Syaikh 'Abdul Malik kemudian mengembara ke berbagai daerah di Pulau Jawa guna menambah wawasan dan pengetahuan dengan berjalan kaki. Ia pulang ke rumah tepat pada hari ke-100 dari hari wafat sang ayah, dan saat itu umur Asy-Syaikh berusia tiga puluh tahun.
Sepulang dari pengembaraan, Asy-Syaikh tidak tinggal lagi di Sokaraja, tetapi menetap di Kedung Paruk bersama ibundanya, Nyai Zainab. Perlu diketahui, Asy-Syaikh 'Abdul Malik sering sekali membawa jemaah haji Indonesia asal Banyumas dengan menjadi pembimbing dan Syaikh. Mereka bekerjasama dengan Asy-Syaikh Mathar Mekkah, dan aktifitas itu dilakukan dalam rentang waktu yang cukup lama.
Sehingga wajarlah kalau selama menetap di Mekkah, ia memperdalam lagi ilmu-ilmu agama dengan Para 'Ulama dan Syaikh yang ada di sana. Berkat keluasan dan kedalaman ilmunya, Syaikh 'Abdul Malik pernah memperoleh dua anugrah yakni pernah diangkat menjadi Wakil Mufti Madzab Syafi'i di Mekkah dan juga diberi kesempatan untuk mengajar. Pemerintah Saudi sendiri sempat memberikan hadiah berupa sebuah rumah tinggal yang terletak di sekitar Masjidil Haram atau tepatnya di dekat Jabal Qubeis. Anugrah yang sangat agung ini diberikan oleh Pemerintah Saudi hanya kepada Para 'Ulama yang telah memperoleh gelar Al-‘Allaamah.
Syaikh Ma'shum (Lasem, Rembang) setiap berkunjung ke Purwokerto, seringkali menyempatkan diri singgah di rumah Asy-Syaikh 'Abdul Malik dan mengaji kitab Ibnu 'Aqil Syarah Alfiyah Ibnu Malik secara tabarrukan (meminta barakah) kepada Asy-Syaikh 'Abdul Malik. Demikian pula dengan Mbah Dimyathi (Comal, Pemalang), KH.Khalil (Sirampog, Brebes), KH.Anshori (Linggapura, Brebes), KH.Nuh (Pageraji, Banyumas) yang merupakan kiai-kiai yang hafal Al-Qur'an, mereka kerap sekali belajar ilmu Al-Qur'an kepada Syaikh 'Abdul Malik.
Kehidupan Syaikh 'Abdul Malik sangat sederhana, di samping itu ia juga sangat santun dan ramah kepada siapa saja. Beliau juga gemar sekali melakukan silaturrahim kepada murid-muridnya yang miskin. Baik mereka yang tinggal di Kedung Paruk maupun di desa-desa sekitarnya seperti Ledug, Pliken, Sokaraja, Dukuhwaluh, Bojong dan lain-lain.
Hampir setiap hari Selasa pagi, dengan kendaraan sepeda, naik becak atau dokar, Syaikh 'Abdul Malik mengunjungi murid-muridnya untuk membagi-bagikan beras, uang dan terkadang pakaian sambil mengingatkan kepada mereka untuk datang pada acara pengajian Selasanan (Forum silaturrahim para pengikut Thariqah An-Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah Kedung paruk yang diadakan setiap hari Selasa dan diisi dengan pengajian dan tawajjuhan)
Pada hari Kamis, 21 Jumadil Akhir 1400 H. yang bertepatan dengan 17 April 1980 M. sekitar pukul 18.30 WIB (malam Jum’at), Syekh Abdul Malik meminta izin kepada istrinya untuk melakukan shalat Isya' dan masuk ke dalam kamar khalwat-nya. Tiga puluh menit kemudian, salah seorang cucunya mengetuk kamar tersebut, namun tidak ada jawaban. Setelah pintu dibuka, rupanya sang mursyid telah berbaring dengan posisi kepala di utara dan kaki di selatan, tanpa sehela nafas pun berhembus. Syeikh Abdul Malik kemudian dimakamkan pada hari Jum’at, selepas shalat Ashar di belakang Masjid Bahaul Haq wa Dhiyauddin Kedung Paruk, Purwokerto
Santri Syaikh 'Abdul Malik yang di berikan Imamah , Khirqoh dan di baiat menjadi Khalifah beliau atau diangkat menjadi Mursyid penganti beliau dalam Thariqah An-Naqsabandiyah dan Thariqoh Syadziliyah adalah Al-Habib Muhammad Luthfi bin 'Ali bin Hasyim bin 'Umar bin Thoha bin Yahya Pekalongan Jawa Tengah.
Categories:
Tokoh Islam
0 komentar :
Post a Comment