Posted by
Unknown
on
Sunday, December 06, 2015
with
No comments
Jika Rasulullah SAW itu ma’shum (terlindungi dari berbagai maksiat), maka para wali Allah itu mahfudz (terjaga dari berbagai maksiat). Allah mengganti mujahadah (usaha keras) mereka -dalam mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah (pada awalnya)-, dengan hadiah penjagaan Allah (pada akhirnya).
Berikut, Kisah Gus Dur dan rombongan ketika berada di Australia. Mereka hendak menghadiri sebuah undangan, terkait dengan jabatan Gus Dur -yang saat itu menjadi ketua umum PBNU-. Karena acara diselenggarakan selama beberapa hari, mereka diinapkan di sebuah hotel.
Di suatu pagi, Gus Dur bersama rombongan telah berada di depan meja makan. Mereka akan sarapan dengan hidangan yang telah disediakan oleh pihak hotel. Ketika Gus Dur akan menyantap sebuah daging, beliau tidak langsung memakannya, tetapi beliau menciumnya terlebih dahulu. Tiba-tiba beliau berkata, “ini jangan dimakan, ini daging babi”. Rombongan pun segera mencarikan makanan lain yang jelas-jelas halal.
H sulaiman -asisten Gus Dur yang menemaninya sejak tahun 1986- menuturkan bahwa Gus Dur sangat menjaga makanan yang halal. Ketika mengetahui sopirnya meminum segelas minuman yang mengandung kadar alkohol ringan, beliau menegurnya dengan keras, “kayak nggak ada minuman lain aja”. Dalam sebuah kesempatan -ketika menghadiri undangan di Perancis- Gus Dur juga pernah disuguhi sebuah anggur putih, dengan halus Gus Dur pun menolaknya.
Dalam kondisi apapun seorang wali Allah akan menjaga agar setiap makanan yang masuk ke dalam perutnya adalah makanan yang benar-benar halal. Bahkan ketika orang-orang awam tidak mengetahui bahwa itu adalah daging yang haram, wali Allah bisa mengetahuinya, tentu saja atas ijin Allah SWT. Laa haula walaa quwwata illa billah.
Sumber: Embunhati.com
0 komentar :
Post a Comment