Seputar Niat
Posted by
Unknown
on
Friday, December 13, 2013
with
No comments
Manusia diciptakan oleh Allah swt sebagai makhluk yang sempurna.
Dengan kesempurnaan itu pula mereka diberi kelebihan akal yang dapat
mereka gunakan untuk berfikir dengan normal. Di samping kesempurnaan
yang mereka miliki tentunya mereka mempunyai berbagai kekurangan salah
satunya dalam mengolah jiwa, terutama hati yang acapkali menjerumuskan
mereka dalam kenistaan. Terkadang apa yang mereka anggap baik dan
sempurna ternyata dinilai oleh Allah swt sebaliknya karena niat dalam
hati yang tidak sesuai dengan apa yang mereka kerjakan. Sabda Rosululloh
saw :
إِنَّـمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّ لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Artinya: “Sesungguhnya amal ibadah (manusia) tergantung pada niatnya, dan setiap perkara menurut apa yang ia niatkan." (HR. Bukhori Muslim)
إِنَّ اللهَ تَعَالَى لاَيَنْظُرُ إِلَى صُـوَرِكُمْ وَأَمْـوَالِكُمْ وَإِنّـَمَا يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ
Artinya: “Sesungguhnya Allah swt tidak melihat pada bentuk dan harta kamu semuanya, tetapi sesungguhnya Allah swt melihat hati dan amal kamu semuanya." (HR. Muslim)
Jelas
bahwa Allah swt menilai seseorang tergantung pada apa yang dia niati,
kalau niat orang tersebut karena Allah swt, Allah swt pun akan membalas
sesuai yang dia niati, begitu juga sebaliknya. Sabda Rosululloh saw,
إِنَّ
الْعَـبْدَ لَيَعْمَلُ أَعْمَالاً حَسَنَةً فَتَصْعُدُ الْمَلاَئِـكَةُ
فِى صُحُفٍ مُـخَتَّمَةٍ فَتُلْقَى بَيْنَ يَدَيِ اللهِ تَعَالَى
فَيَقُوْلُ أُلْقُوْا هَذِهِ الصَّحِيْفَةَ فَإِنَّهُ لَمْ يُرِدْ بِـمَا
فِيْهَا وَجْهِي ثُـمَّ يُنَادِي الْمَلاَئِكَةَ أُكْـتُبُوْا لَهُ كَذَا
وَكَذَا فَيَقُوْلُوْنَ يَارَبَّـنَا إِنَّهُ لَمْ يَعْمَلْ شَيْئًا ذَلِكَ
فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى إِنَّهُ نَوَاهُ
Artinya:”Sesungguhnya
ada seorang hamba yang berbuat kebaikan, kemudian malaikat membawa buku
catatan hamba tersebut yang telah dicap ke hadapan Allah swt, kemudian
Allah swt berfirman pada malaikat tadi “Jatuhkanlah buku itu!
Sesungguhnya hambaku ini beramal tidak karena aku”. Kemudian Allah swt
memanggil malaikat dan berfirman, “Catatlah untuk hambaku seperti ini.” Malaikat tadi berkata, “Wahai Tuhanku! Sesungguhnya orang ini tidak beramal apapun seperti itu.” Kemudian Allah swt berfirman, “Sesungguhnya hambaku telah berniat akan melakukan perbuatan itu.” (HR. Daruquthni)
مَنْ هَمَّ بِحَــسَنَةٍ وَلَـمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَ لَهُ حَـسَنَةٌ
Artinya: ”Barangsiapa mempunyai niatan bagus namun ia tidak melakukannya maka akan ditulis satu pahala kebaikan baginya.” (HR. Bukhori Muslim)
Niat terbagi menjadi tiga, yaitu:
- Maksiat. Perbuatan maksiat tidak akan bisa berubah menjadi sebuah kebaikan, walaupun diniati dengan niatan baik.
- Taat. Ketaatan harus diniati karena Allah swt. Apabila diniati bukan karena Allah swt maka akan menjadi sebuah kemaksiatan. Akan tetapi apabila seseorang berniat taat karena Allah swt namun tidak bisa melakukannya maka Allah swt akan menulis kebaikan atas niat baiknya.
- Mubah. Perbuatan mubah (diperbolehkan) dapat berubah sesuai niatnya. - Apabila diniati baik akan menjadi sebuah ketaatan yang berbuah pahala.- Apabila diniati buruk akan menjadi sebuah kemaksiatan yang mengakibatkan dosa. Sebagaimana sabda Rosululloh saw :
مَنْ تَطَيَّبَ للهِ
تَعَالَى جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَرَيْـحُـهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ
وَمَنْ تَطَيَّبَ لِغَيْرِ اللهِ تَعَالَى جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
وَرَيْـحُهُ أَنــْتَنُ مِنَ الْجِيْفَةِ
Artinya:
“Barangsiapa yang memakai pewangi karena Allah swt, maka akan datang
pada hari kiamat dengan bau yang melibihi bau minyak misik (kasturi),
adapun orang yang berniat tidak karena Allah swt, maka pada hari kiamat
baunya lebih busuk dari bau bangkai.” (Ihya’ Ulumiddin)
Bhakan dalam hal hutang saja, niat sangat berpengaruh. Sabda Rosul,
مَنْ أَخَذَ اَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيْدُ أَدَّاهَا اَدَّى اللهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَهَا يُرِيْدُ إِتْلاَفَهَا أتْلَفَهُ اللهُ
Artinya: “Barangsiapa meminjam harta orang lain disertai niat akan
mengembalikannya, niscaya Alloh akan menjadikannya mampu untuk
mengembalikannya. Barangsiapa meminjamnya dengan tujuan untuk
merusaknya, niscaya Alloh akan merusaknya (tidak mampu
mengembalikannya).” (HR. Bukhori)
Sebelum
kita niat melakukan suatu tindakan, alangkah baiknya kita berpikir dulu
apa efek adripada tindakan kita, Rosul telah mengingatkan,
إِذَا اَرَدْتَ أَنْ تَفْعَلَ أَمْرًا فَتَدَبَّرْ عاَقبِتَهَ فَإِنْ كَانَ خَيْرًا فَامْضِ وَإِنْ كَانَ شَرًّا فَانْتَهِ
Artinya: “Apabila
engkau hendak mengerjakan perkara, maka pikirlah dahulu akibatnya,
apabila akibatnya baik, maka kerjakanlah, dan apabila akibatnya buruk,
maka tinggalkanlah.” (HR. Ibnu Mubarak)
رُبَّ عَمَلٍ صَغِــيْرٍ تُعَظِّمُهُ النِّيَةُ وَرُبَّ عَمَلٍ كَبِـيْرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَةُ
Artinya: “Banyak amal kecil menjadi besar (pahalanya) karena niat. Begitu juga banyak amal besar menjadi kecil (pahalanya) karena niat."
File Dokumen Fiqh Menjawab
Categories:
Syariah
0 komentar :
Post a Comment