Makna Ukhuwah Islamiyah
Posted by
Unknown
on
Monday, April 14, 2014
with
No comments
Selama ini, masyarakat seringkali memaknai ukhuwah Islamiyah sebagai
persaudaraan terhadap sesama orang Islam. Mestinya tidak demikian.
Ukhuwah Islamiyah (Islamic brotherhood) berbeda dengan ukhuwah baynal-muslimin atau al-Ikhwanul-Muslimun (moslem brotherhood).
Makna persaudaraan antara sesama orang Islam itu bukan ukhuwah Islamiyah, tetapi ukhuwah baynal-muslimin/ al-Ikhwanul-Muslimun (Moslem Brotherhood). Jika dikaji dari segi nahwu, ukhuwah Islamiyah adalah dua kata yang berjenis mawshuf atau kata yang disifati (ukhuwah) dan shifat atau kata yang mensifati (Islamiyah). Sehingga, ukhuwah Islamiyah
seharusnya dimaknai sebagai persaudaraan yang berdasarkan dengan
nilai-nilai Islam. Sedangkan persaudaraan antar sesama umat Islam
dinamakan dengan ukhuwah diniyyah.
Dari pemaknaan tersebut, maka dapat dipahami bahwa ukhuwah diniyyah (persaudaraan terhadap sesama orang Islam), ukhuwah wathâniyyah (persaudaraan berdasarkan rasa kebangsaan), dan ukhuwah basyâriyyah (persaudaraan berdasarkan sesama makhluk Tuhan) memiliki peluang yang sama untuk menjadi Ukhuwah Islamiyah. Ukhuwah Islamiyah
tidak sekedar persaudaraan dengan sesama orang Islam saja, tetapi juga
persaudaraan dengan setiap manusia meskipun berbeda keyakinan dan agama,
asalkan dilandasi dengan nilai-nilai keislaman, seperti saling
mengingatkan, saling menghormati, dan saling menghargai.
Implementasi Ukhuwah Islamiyah
Revitalisasi makna ukhuwah Islamiyah tersebut
merupakan sebuah pencerahan terutama ketika jaman ini sudah didominasi
oleh sikap radikal dan agresif meski itu dalam bidang agama dan
keyakinan. Peristiwa saling menyerang dan merugikan dalam internal agama
meski berbeda paham sudah sangat sering dijumpai di negeri ini, negeri
yang katanya paling religius dan memiliki norma paling halus di antara
negeri lain.
Hanya karena berbeda penafsiran dari ayat Al Qur’an dan Hadits, tak
jarang suatu kelompok menjelek-jelekkan kelompok lain, bahkan sampai
keluar kata “kafir dan sesat”. Tidak hanya sampai itu, kebencian
terhadap kelompok lain yang sejatinya masih seagama itu juga disebarkan
ke kalangan awam. Terlebih lagi kebencian terhadap kalangan agama lain,
yang seringkali disertai argumentasi yang berasal dari fantasi sendiri
sehingga menjadi bumbu penyedap yang pada akhirnya virus kebencian
tersebut benar-benar menyebar.
Indonesia, 90% lebih penduduknya beragama Islam. Kondisi ini membuat
Indonesia menajdi negara yang penduduk Islamnya terbanyak sedunia. Di
dalam agama Islam itu sendiri, tidak dapat dipungkiri dan sudah menjadi sunnatulah,
bahwa terdapat bermacam penafsiran terhadap teks Al Qur’an dan Hadits
sebagai sumber hukum Islam. Pada akhirnya muncul berbagai paham dan madzhab dalam Islam. Hal ini pun sudah diprediksi oleh Nabi Muhammad SAW bahwa Islam akan terpecah menjadi 73 golongan (Sunan al-Tirmîdzî [2565]).
Kondisi yang mustahil untuk dihindari ini mestinya disikapi dengan
bijak, terlebih lagi Islam adalah agama yang tidak hanya sekedar membuat
pengikutnya selamat di akhirat, tetapi juga di dunia. Islam berasal
dari kata “salimu” yang artinya selamat, bahkan Nabi Muhammad
SAW mempertegas orang tidak dikatakan beragama Islam jika orang yang
berada di sekitarnya belum selamat dari mulut, tangan, dan sikapnya.
Pemaknaan ini yang juga mempertegas bahwa Islam adalah rahmat untuk
seluruh alam.
Revitalisasi makna Ukhuwah Islamiyah tersebut
seharusnya menjadi spirit baru dalam kehidupan beragama, sehingga agama
menjadi sebuah institusi yang menyejukkan, bukan institusi yang menebar
virus kebencian. Di satu sisi, keteguhan dalam memegang prinsip dan
tafsir yang diyakini adalah penting, tetapi di sisi lain, keteguhan
tersebut tidak menjadi kebenaran ketika disertai dengan sikap memaksa,
mengkafirkan, menyesatkan, dan menyebarkan kebencian. Pada taraf inilah,
ukhuwah (persaudaraan) dengan orang Islam tidak menjadi ukhuwah Islamiyah,
ketika disertai dengan sikap saling merugikan dan mendhalimi. Tetapi,
ketika persaudaraan dengan orang lain meskipun berbeda keyakinan, pada
saat itu juga persaudaraan itu menjadi ukhuwah Islamiyah.
Implementasi dari ukhuwah Islamiyah ini memang
harus benar-benar ditegakkan. Ditegakkan bukan hanya sekedar simbol dan
semboyan. Tetapi juga harus berusaha diinternalisasikan kepada seluruh
orang Islam. Seringkali penulis masih menemui kondisi yang tidak
mencerminkan ukhuwah Islamiyah meskipun sesama orang
Islam sendiri. Padahal, seluruh pimpinan ormas-ormas Islam di Indonesia
mencontohkan kerukunan dan persaudaraan yang tinggi, misalkan antara
para petinggi di PBNU dan PP Muhammadiyah. Pada taraf ini, persaudaraan
sudah terjalin dengan baik.
Namun, satu hal yang tertinggal, bahwa internalisasi nilai ukhuwah Islamiyah
tersebut juga harus sampai pada tingkat “akar rumput”, misalkan tingkat
desa. Hal yang seringkali terjadi adalah pada tingkat atas sudah dapat
mengimplementasikan ukhuwah Islamiyah dengan baik sedangkan pada tingka “akar rumput” belum mampu melaksanakannya. Kondisi ini harus menjadi perhatian khusus.
Selain itu, bagaimana ukhuwah Islamiyah ini bisa
terimplementasikan dengan baik tidak hanya sekedar ketika bertemu dengan
orang yang berlainan pemahaman, tetapi juga ketika tidak bertemu
sekalipun. Masih banyak majelis-majelis yang membicarakan kejelekan
saudara Islam dan menjatuhkannya meski hanya persoalan perbedaan
pemahaman. Ini menjadi PR besar untuk semua umat Islam di Indonesia.
Pada konteks eksternal, ukhuwah Islamiyah inter
keyakinan dan agama ini juga masih harus ditingkatkan demi
kemaslahatan. Sikap saling menghargai dan menghormati baik itu ketika
berada “di depan” maupun ketika berada “di belakang” harus lebih
ditingkatkan dengan memahamkan masyarakat bahwa berbeda itu bukan
berarti lawan, karena semua manusia adalah makhluk Tuhan yang memiliki
hak asasi dalam beragama. Sikap ukhuwah ini tentunya tetap disertai dengan sikap keteguhan dan memegang prinsip dan keyakinan sebagai jati diri beragama.
Dengan demikian, sikap ukhuwah Islamiyah akan menjadi representasi Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam. Ukhuwah Islamiyah
akan merepresentasikan bahwa agama adalah institusi yang menyelamatkan
dan menyejukkan. Pada akhirnya kerukunan dan persaudaraan pada agama
Islam pada khususnya dan Indonesia pada umumnya akan menjadi kuat dan
kokoh. Dengan ukhuwah, umat akan terberdayakan. Dengan ukhuwah, umat akan mencapai kemaslahatan. (http://www.nu.or.id/)
Categories:
Hikmah
0 komentar :
Post a Comment