Banyak Kalangan Salah Paham atau Tak Mau Paham Islam Nusantara

Posted by Unknown on Saturday, July 04, 2015 with No comments


NU Online. Wacana Islam Nusantara belakangan bergema di Indonesia setelah menjadi tema utama Muktamar ke-33 NU. Sayangnya, banyak kalangan yang salah paham atau memang tak mau paham. Mereka menganggap Islam Nusantara sebagai aliran baru atau mazhab baru bahkan ada yang menuduh sinkretis antara Islam dan agama Jawa. 

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menegaskan apa yang dikatakan orang-orang tersebut sama sekali tidak benar. “Ini bukan aliran baru, kita tetap Islam aswaja yang berpegang teguh pada mazhab Asy’ari dan Syafii,” katanya di gedung PBNU, Jum’at (3/7).

Ia menjelaskan, Islam Nusantara merupakan Islam yang menghargai budaya lokal. Secara umum, masyarakat Nusantara sudah memiliki budaya yang beragam, tradisi yang beragam sebelum kedatangan Islam. 

“Islam datang tidak menghapus budaya, tidak memusuhi khazanah peradaban. Tidak menyingkirkan tradisi yang ada, asalkan jelas tidak bertentangan dengan Islam. Kalau ritual hubungan seks bebas atau minum arak, itu kita tidak menerima.”

“Selama tradisi tidak bertentangan dengan prinsip kita, maka Islam melebur dengan tradisi tersebut karena dakwah di Nusantara itu pendekatannya pendekatan budaya, bukan pendekatan senjata seperti di Timur Tengah,” tandasnya. 

Dengan strategi dakwah kebudayaan seperti itu, pelan-pelan budaya yang ada di Nusantara sekarang sudah bernapaskan Islam. “Islam menjadi kuat karena menyatu dengan budaya, budaya menjadi Islami karena disitu ada nilai Islam.”

Ia mencontohkan transformasi tradisi non Islam yang kemudian diislamkan seperti pemberian sesajen kepada para dewa yang kemudian menjadi slametan. Slametan tujuh bulan kehamilan tadinya budaya Jawa, kemudian diislamkan dengan nilai Islam, salah satunya dengan membacakan surat Lukman pada peringatan tujuh bulan tersebut, supaya anaknya baik, taat pada orang tua sebagaimana Lukmanul Hakim dalam kisah Al-Qur’an. 

“Jadi budaya yang sudah ada kita masuki dengan nilai Islam. Ini berangkat dari sinergi antara teologi dan budaya, maka NU memberi nama Islam Nusantara,” tegasnya. (Mukafi Niam)

Sumber: nu.or.id
Categories: