Kisah Haru 3 Tokoh dalam 2 Malam Pertama Pengantin
Posted by
Unknown
on
Tuesday, July 07, 2015
with
No comments
Ilustrasi pasangan pengantin baru |
Ahmad Salim Badwilan dalam tulisanya tidak pernah menyebut langsung nama dan tempat orang-orang yang terlibat dalam kisah nyata yang ia angkat dari pengalaman dan kesaksian yang ia kumpulkan. Hal ini bertujuan demi menjaga aib atau kerahasiaan orang-orang yang terlibat dalam kisah nyata yang ia angkat.
Tersebutlah, seorang wanita asal Timur Tengah yang tidak hanya shalehah namun juga terkenal akan kesabaran dan ketabahan atas segala ujian yang menimpa dirinya selama 15 tahun.
Saat itu, wanita shalehah baru saja melangsungkan acara pernikahannya dengan seorang lelaki shaleh yang tidak pernah dia sentuh dan lihat sebelumnya. Mereka berjodoh pun tidak melalui proses pacaran, sebagaimana umum dilakukan wanita dan pria jaman sekarang.
Wanita ini begitu paham akan dosa-dosa bila bersentuhan dengan lelaki yang bukan mahromnya. Ia sangat menjaga martabatnya dan selalu menutup aurat karena semata kepada Allah.
Ketika tiba malam pertama dan keduanya sudah berkumpul disebuah ruang dapur untuk jamuan makam malam (sebelum melangkah ke tahap 'khusus dalam kamar'), mereka pun bermesraan terlebih dahulu di meja makan sambil menyantap hidangan pembuka.
Ada kemesraan dan kehangatan yang terpancar dari pasangan yang sedang menikmati masa-masa indah sebagai pengantin baru. Mereka saling bercengkrama, tersipu malu dan saling melempar pujian.
Namun tiba-tiba, disaat mereka sedang melayari kemesraan, dari luar mendengar suara ketukan pintu tanda bahwa ada seseorang yang mungkin hendak bertamu. Dengan gusarnya si suami wanita solehah itu bangun dengan menggebrak kakinya ke lantai dan dengan amarah dia berkata, “Siapa tamu yang sangat mengganggu ini?”
Istrinya juga terkejut dan berlari menuju pintu lalu bertanya sambil melongo, “Siapa?”.
Orang dari balik pintu lalu menjawab, “Saya..saya seorang pengemis mau minta sedikit makanan, saya sangat lapar”.
Buru-buru sang istri menyampaikan kabar itu kepada suaminya yang sedang dongkol, “dia pengemis, mau minta sedikit makanan”.
Amarah si suami semakin memuncak, “hanya gara-gara pengemis ini kemesraan kita jadi terganggu, padahal kita sedang menikmati malam pertama?”.
Si suami yang sedang dirasuki amarah ini langsung menghampiri si pengemis dan tanpa pikir panjang menghajar si pengemis dengan brutal. Ada suara mengaduh dan rintihan menyayat yang keluar dari mulut si pengemis yang sedang kelaparan tersebut.
Sambil menahan sakit, lapar yang melilit perutnya dan luka sekujur tubuh, si pengemis lalu terseok-seok pergi dengan hati yang luka.
Tanpa merasa bersalah, si suami dari istri yang solehah itu kembali lagi menemui istrinya didalam kamar pengantin, tapi masih dengan emosi yang merasuki dirinya. Dia menganggap kedatangan si pengemis telah merusak suasana romantisme yang sedang dia nikmati dengan istrinya di malam pertama yang sakral.
Namun entah mengapa, tidak ada angin dan hujan, tidak ada penyebab apa-apa, tiba-tiba suami ini menggelepar didalam kamar seperti kerasukan (kesambet). Dia memegang kepalanya dan sekujur badannya seakan terhimpit dengan sangat keras yang membuat dia meraung-raung menahan sakit. Dia berlarian kesana kemari sambil menjerit-jerit kesakitan, dia meraung-raung dan membuat istrinya panik luar biasa.
Entah mengapa, setelah kerasukan itu, si suaminya pergi tak jelas rimbanya dan meninggalkan istrinya seorang diri dirumah tanpa dikunjungi lagi selama belasan tahun. Suaminya telah meninggalkan istrinya itu tanpa alasan yang jelas. Namun wanita shalehah ini melalui semua prahara yang menimpa dirinya dengan kesabaran tinggi dan menyerahkan semua msalah itu kepada Allah SWT.
Tak terasa 15 tahun sudah berlalu peristiwa kerasukan yang menimpa suaminya itu dan selama itu pula dia menghabiskan hari-harinya seorang diri di rumah. Wanita ini betul-betul menjaga marwahnya. Tiba-tiba seorang pria alim datang meminangnya dan dia menerima pinangan tersebut lalu melangsungkan pernikahan.
Pada malam pertama, suami istri tersebut berkumpul di depan hidangan pembuka yang telah disajikan, persis seperti yang pernah dia lakukan dengan suaminya yang pertama yang telah meninggalkan dirinya dalam waktu yang cukup lama, sehingga hilang hak-haknya sebagai istri.
Saat mereka mendengar suara ketukan dari pintu depan, sang suami berkata pada istrinya, “Pergilah bukakan pintunya”.
Si istri menuju pintu dan bertanya, “Siapa?”.
“Pengemis, mau minta sesuap nasi”, kata tamu tersebut dari luar.
Si istri buru-buru menemui suaminya, “seorang pengemis, dia meminta sesuap nasi untuk makan”.
“Panggil dia kemari dan siapkan seluruh makanan ini diruang tamu lalu persilahkan dia makan sampai kenyang”. perintah suaminya.
Istrinya dengan cekatan langsung bergegas menyiapkan hidangan, lalu membukakan pintu lalu mempersilahkan si pengemis untuk makan. Tapi tiba-tiba si istri itu menemui suaminya sambil menangis tersedu.
“Ada apa, mengapa menangis? Apa yang terjadi? Apakah pengemis itu menghinamu?” tanya suaminya keheranan
Dengan linangan air mata, istrinya menjawab dengan menahan sesak didada, “Tidak”.
“Dia mengganggumu?”, tanya suaminya lagi.
“Tidak”.
“Dia menyakitimu?”,
“Tidak”.
“Lalu mengapa engkau menangis wahai istriku?”,
Dengan menahan rasa sesak didada, akhirnya istrinya menjawab dengan terbata-bata, “Pengemis yang duduk di ruang tamu dan menyantap hidangan adalah mantan suamiku lima belas tahun yang lalu. Pada malam penganti itu, ada pengemis datang dan suamiku memukulinya dengan kasar. Setelah itu dia kesurupan dan menjerit-jerit lalu menemuiku dengan tangan di dadanya yang sakit. Aku mengira dia diganggu jin atau kesurupan. lalu dia lari meninggalkan rumah tanpa ada kabar sampai malam ini, ternyata dia sekarang menjadi pengemis.”
Tiba-tiba suaminya ikut menangis.
Istrinya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
“Taukah kamu siapa pengemis yang dipukul oleh mantan suamimu itu?”
“Siapa dia?”, tanya sang istri.
“Sesungguhnya...pengemis itu adalah aku sendiri”, suaminya menjelaskan dengan uraian air mata.
Suasana berubah menjadi haru-biru. Keduanya tidak menyangka mengalami kisah yang begitu dramatis. Suami pertamanya mendapat akhir yang begitu tragis. Sesungguhnya Allah sangat murka kepada orang yang tega berbuat kejam terhadap hambanya yang sedang mengalami penderitaan. Allah telah membalas suami pertama dari istri solehah itu dengan kehinaan, dan memuliakan pengemis yang dizalimi itu menjadi suami dari istri yang solehah dan tawadhu.
Rasulullah jauh-jauh sudah mengingatkan dalam hadisnya:
إن الله تعالى جواد يحب الجود ويحب معالي الأخلاق ويكره سفسافها
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu Maha Memberi, Ia mencintai kedermawanan serta akhlak yang mulia, Ia membenci akhlak yang buruk." (HR.Baihaqi)
Categories:
Hikmah
0 komentar :
Post a Comment