Asmara dalam Islam

Posted by Unknown on Thursday, June 04, 2015 with No comments
Asmara dalam Islam
Islam memandang asmara sebagai sesuatu yang biasa dan sederhana, Islam adalah agama fitrah, sedang asmara itu sendiri adalah fitrah kemanusiaan. Allah Swt. telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh dihati manusia, Islam tidak pernah melarang seseorang untuk dicintai dan mencintai, bahkan Rasulullah Saw. mengajarkan agar cinta diutarakan: 

إِذَا أَحَبَّ أَحَدُكُمْ أَخَاهُ فَلْيُعْلِمْهُ أَنَّهُ أَحَبَّهُ

“Jika salah seorang di antara kalian mencintai saudaranya hendaklah dia memberitahu saudaranya itu bahwa dia mencintainya.” (HR. Bukhari)
Seorang muslim dan muslim lainya tidak dilarang untuk saling mencintai. Mereka juga tidak dilarang untuk jatuh cinta, hanya saja Islam menyediakan penyaluran melalui lembaga pernikahan, Karena ini sudah menjadi sebuah tuntutan dasar dalam menjalankan agama. Ketika sudah jatuh cinta maka pernikahan solusinya, Karena tidak ada hal yang menentramkan hati bagi seorang kekasih yang merindukan kekasihnya, kecuali bisa bersama setiap saat. Kebersamaan itu bisa terwujud bila sudah diikat dengan tali pernikahan :
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.“ (QS. Ar-Rum: 21)
Ayat diatas merupakan jaminan bahwa cinta dan kasih sayang akan Allah tumbuhkan dalam hati pasangan yang bersatu karena Allah (setelah menikah). Jadi, kelihatannya tidak perlu menguji kedalaman cinta dengan pacaran berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, Karena mengenal seseorang bisa dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat dari itu, tidak perlu menilai kecocokan dengan berpacaran karena saat ngobrol dalam segi ta`aruf itu pun sudah bisa dikenali apakah cocok atau tidak. Dalam islam ada peringkat-peringkat cinta, siapa yang harus di dahulukan, siapa pula yang harus utamakan, tingkatan ini sebaiknya di pahami oleh remaja, karena bila menempatkan prioritas yang salah. Jika salah maka akan terjadi sebuah kesalahan yang luar biasa, karena hal itu bisa menjadikan kemusrikan karena menandingi cinta Allah dengan cinta kepada mahluknya.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ ۗ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).“ (QS. Al-Baqarah: 165)
Menurut Ibnu Qoyyim, seorang ulama di abad ke-7, terdapat enam peringkat cinta (maratibun-mahabbah) yaitu : Peringkat ke-1 dan yang paling tinggi adalah: Tatayyum yang merupakan kepada Allah semata. “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).“ (QS. Al-Baqarah: 165) Peringkat ke-2: 'Isyk yang merupakan hak Rasulullah Saw.: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. “ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ (QS. Ali Imron : 31) Peringkat ke-3: Syauq yaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami istri, antara orang tua dan anak yang membuahkan rasa Mawaddah Warahmah. Peringkat ke-4: Shababah yaitu cinta yang melahirkan Ukhuwah Islamiyah, cinta ini menuntut sebuah kesabaran untuk menerima perbedaan dan melihatnya sebagai hikmah yang berharga. Peringkat ke–5: yaitu 'Ithf (simpati) yang di tunjukkan kepada sesama manusia. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia. Peringkat ke-6: adalah peringkat yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta atau keinginan kepada selain menusia: harta benda, namun keinginan ini sebatas intifa` (pendayagunaan atau pemanfaatan). Cinta jenis inilah yang sering meggelincirkan manusia. Begitulah pandangan syar'i terhadap asmara, asmara adalah fitrah manusia dan Islam adalah agama fitrah, untuk itu Islam memberi solusi untuk menikah sebagai jalan satu-satunya yang di ridoi Allah.

Categories: