Hakikat Ulang Tahun
Posted by
Unknown
on
Monday, December 29, 2014
with
No comments
Saat
manusia merayakan ulang tahun akan kelahirannya yang
sering terlihat dengan gegap gempita atau pesta pesta pora, sebenarnya
saat itulah jatah umurnya berkurang setahun dari jumlah yang telah
ditetapkan oleh Allah swt terhadapnya. Siapakah manusia itu? Dia adalah
makhluk kecil yang berasal dari setetes nutfah, namun tidak sedikit darinya yang lupa akan kecilnya keberadaan mereka di alam jagat dengan masihnya membangkang dan
menentang perintah-Nya. Sadar atau tidak, mau atau tidak mau bahkan suka
atau tidak, sesungguhnya kita akan binasa atau hancur dan kembali
kepada Alloh SWT, karena “Sesunggunya setiap segala sesuatu pasti akan
hancur (binasa)." (QS Al-Qhasash : 88)
Bukankah kita sering mengharap dengan harapan yang berlebihan dan bertindak pula secara over hingga sering melupakan kewajiban utama manusia yaitu ibadah. Manusia terlalaikan dengan godaan yang membuatnya sibuk dan paranoid tentang kedudukan, status, jabatan, dan kehormatan di dunia yang belum pasti dan bersifat sesaat, sedangkan kita lupa sesuatu yang pasti dan kekal, yaitu mati. Pada dasarnya menikmati dunia, bersenang-senang itu dalam Islam sah-sah dan boleh-boleh saja, asalkan tidak berlebih-lebihan, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada unsur mubadzir, tidak melampaui batas (isrof) atau bahkan menjurus kemaksiatan dan dosa naudzubillah. Alloh SWT mengingatkan kepada manusia “Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS.
Al-‘Arof: 31)
Bukankah kita sering mengharap dengan harapan yang berlebihan dan bertindak pula secara over hingga sering melupakan kewajiban utama manusia yaitu ibadah. Manusia terlalaikan dengan godaan yang membuatnya sibuk dan paranoid tentang kedudukan, status, jabatan, dan kehormatan di dunia yang belum pasti dan bersifat sesaat, sedangkan kita lupa sesuatu yang pasti dan kekal, yaitu mati. Pada dasarnya menikmati dunia, bersenang-senang itu dalam Islam sah-sah dan boleh-boleh saja, asalkan tidak berlebih-lebihan, tidak ada unsur pemaksaan, tidak ada unsur mubadzir, tidak melampaui batas (isrof) atau bahkan menjurus kemaksiatan dan dosa naudzubillah. Alloh SWT mengingatkan kepada manusia “Dan makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (QS.
Al-‘Arof: 31)
Ulang tahun, adalah momen untuk
muhasabah (intropeksi diri) bagi seseorang mengenai segala amal yang telah
diperbuat selama ini, apakah amal perbuatan tersebut sudah sesuai
dengan apa yang di perintahkan oleh Alloh swt ataukah malah sebaliknya?
Rasulullah saw yang sangat sayang umatnya mengingatkan dalam sebuah
hadit:
Dari Syaddan bin Aus ra. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang yang cerdas itu adalah yang menghitung dirinya di dunia sebelum dihitung di hari kiamat. Dan yang bekerja untuk masa sesudah kematiannya. Dan orang yang lemah itu adalah yang mengikuti hawa nafsunya tapi berharap kepada Allah." Juga diriwayatkan bahwa Umar ra berkata, "Hitung-hitunglah dirimu sebelum kamu dihitung di hari kiamat."
Namun, sering kita jumpai hari di mana umur kita dikurangi dari tahun ke tahun bukan dipakai untuk bermuhasabah terhadap apa yang telah diperbuat malah justru digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat bahkan sampai meninggalkan sholat dan maksiat.
Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa segala macam tindakan yang kita lakukan sangat tergantung pada niatnya, innamal a’malu bin niyyat. Niat itu sendiri yang akan menentukan nilai kepada tindakan tersebut. Akankah tindakan itu akan bernilai ibadah ataukah hanya sekedar kegiatan semata yang tidak ada unsur 'ubudiyah sama sekali di dalamnya. Begitu pula dengan merayakan hari kelahiran maupun kegiatan lainnya.
Semoga di hari ulang tahun, kita semua bisa meresapi makna yang terkandung, selalu bersyukur atas limpahan rahmat, berterima kasih akan kesempatan menghirup udara di alam ini gratis, menikmati kesehatan jasmani dan ruhani tanpa harus membayarnya.
Masih pantaskah kenikmatan-kenikmatan itu semua jika kita selalu meminta lebih dariNya?
Dari Syaddan bin Aus ra. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang yang cerdas itu adalah yang menghitung dirinya di dunia sebelum dihitung di hari kiamat. Dan yang bekerja untuk masa sesudah kematiannya. Dan orang yang lemah itu adalah yang mengikuti hawa nafsunya tapi berharap kepada Allah." Juga diriwayatkan bahwa Umar ra berkata, "Hitung-hitunglah dirimu sebelum kamu dihitung di hari kiamat."
Namun, sering kita jumpai hari di mana umur kita dikurangi dari tahun ke tahun bukan dipakai untuk bermuhasabah terhadap apa yang telah diperbuat malah justru digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat bahkan sampai meninggalkan sholat dan maksiat.
Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa segala macam tindakan yang kita lakukan sangat tergantung pada niatnya, innamal a’malu bin niyyat. Niat itu sendiri yang akan menentukan nilai kepada tindakan tersebut. Akankah tindakan itu akan bernilai ibadah ataukah hanya sekedar kegiatan semata yang tidak ada unsur 'ubudiyah sama sekali di dalamnya. Begitu pula dengan merayakan hari kelahiran maupun kegiatan lainnya.
Semoga di hari ulang tahun, kita semua bisa meresapi makna yang terkandung, selalu bersyukur atas limpahan rahmat, berterima kasih akan kesempatan menghirup udara di alam ini gratis, menikmati kesehatan jasmani dan ruhani tanpa harus membayarnya.
Masih pantaskah kenikmatan-kenikmatan itu semua jika kita selalu meminta lebih dariNya?
Categories:
Hikmah
0 komentar :
Post a Comment