Nasab dan Sabab
Posted by
Unknown
on
Saturday, December 27, 2014
with
No comments
Orang yang hebat adalah orang yang tidak mengandalkan nasab,
melainkan orang yang bisa membuktikan usaha dari diri sendiri. Tapi, akan
lebih beruntung lagi seseorang yang juga terlahir dari nasab atau
keturunan orang yang baik.
Banyak orang belajar ilmu (agama)
tanpa berguru dengan orang yang mempunyai jalur keilmuan (sanad) yang
jelas, cukup dengan memahami buku dan memanfaatkan teknologi canggih merasa
sudah bisa pintar dengan sendirinya. Tapi, akan jauh lebih beruntung
lagi orang yang mempunyai guru dengan sanad keilmuan yang jelas.
Firman Allah swt, “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu
(dzuriyyah) mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak
cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari
pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.” [QS. Ath Thuur : 21]
Orang-orang yang mempunyai banyak amal baik akan ditinggikan derajatnya dengan dimasukan ke surga. Anugerah Allah tidak berhenti sampai di situ, keturunan (dzuriyyah) dari mereka juga akan ikut menikmati hasilnya sebab perkumpulan (ijtima’) yang tercipta, walaupun belum beramal sebaik seperti amalan mereka. [Jalalain : 367]
Dzuriyyah bukan hanya bil-nasab tapi juga bil-sabab; berupa rasa cinta (mahabbah) lantaran hubungan seorang guru dengan seorang murid dalam proses belajar ilmu. Murid juga merupakan dzuriyyah dari gurunya. Ketika gurunya masuk surga, murid akan ikut merasakannya. [Showi 4 : 170] Di sinilah jalur keilmuan (sanad) seorang guru yang jelas sampai pada Rasulullah saw berperan penting dan kelak benar-benar akan bisa dirasakan di akhirat. Berbahagialah bagi yang ber-nasab dan ber-sabab.
Orang-orang yang mempunyai banyak amal baik akan ditinggikan derajatnya dengan dimasukan ke surga. Anugerah Allah tidak berhenti sampai di situ, keturunan (dzuriyyah) dari mereka juga akan ikut menikmati hasilnya sebab perkumpulan (ijtima’) yang tercipta, walaupun belum beramal sebaik seperti amalan mereka. [Jalalain : 367]
Dzuriyyah bukan hanya bil-nasab tapi juga bil-sabab; berupa rasa cinta (mahabbah) lantaran hubungan seorang guru dengan seorang murid dalam proses belajar ilmu. Murid juga merupakan dzuriyyah dari gurunya. Ketika gurunya masuk surga, murid akan ikut merasakannya. [Showi 4 : 170] Di sinilah jalur keilmuan (sanad) seorang guru yang jelas sampai pada Rasulullah saw berperan penting dan kelak benar-benar akan bisa dirasakan di akhirat. Berbahagialah bagi yang ber-nasab dan ber-sabab.
Categories:
Hikmah
0 komentar :
Post a Comment