Sejarah Tahun Baru Masehi
Posted by
Unknown
on
Wednesday, December 31, 2014
with
No comments
Tiap kali menjelang malam pergantian tahun (Kalender Masehi),
milyaran orang di penjuru dunia merayakannya. Tiupan terompet, pesta
kembang api, hingar bingar pertunjukkan musik, pesta pora di hotel-hotel
berbintang atau tempat wisata, hingga ucapan "Selamat Tahun Baru" atau
"Happy New Year" berkumandang di mana-mana.
Tapi, tak banyak yang mengetahui sejarah di balik perayaan tahun baru masehi ini. Apa sebenarnya dasar penentuan perayaan tahun baru?
Sejarah Tahun Baru Masehi
Tahun baru pertama kali dirayakan pada tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma, ia memutuskan untuk mengganti penanggalan tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes, seorang ahli astronomi dari Iskkitariyah, yang menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat dengan mengikuti revolusi matahari, sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.
Satu
tahun dalam penanggalan baru itu dihitung sebanyak 365 seperempat hari
dan Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM sehingga tahun 46 SM
dimulai pada 1 Januari. Caesar juga memerintahkan agar setiap empat
tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis
bisa menghindari penyimpangan dalam kalender baru ini. Tidak lama
sebelum Caesar terbunuh di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan
Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau Juli. Kemudian, nama bulan
Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar Augustus,
menjadi bulan Agustus.
Setiap perayaan tahun baru pada masa itu diadakan sebagai pemujaan bagi nama-nama dewa bangsa Romawi. Perayaan tahun baru Masehi juga merupakan bagian dari hari suci umat Kristiani, yang waktunya telah ditentukan oleh agama. Bagi orang-orang Kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru Masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa Almasih, sehingga agama Kristen disebut juga agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir disebut tahun sebelum Masehi, dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.
Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan sebagai
salah satu hari suci umat Kristen. Namun kenyataannya, tahun baru sudah
lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum
nasional untuk semua warga Dunia.
Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.
Perayaan Tahun Baru Zaman Dulu
Seperti kita ketahu, tradisi perayaan tahun baru di beberapa negara
terkait dengan ritual keagamaan atau kepercayaan mereka yang tentu saja
sangat bertentangan dengan Islam. Contohnya di Brazil. Pada tengah malam
setiap tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju
pantai dengan pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga di laut,
mengubur mangga, pepaya dan semangka di pasir pantai sebagai tanda
penghormatan terhadap sang dewa Lemanja, Dewa laut yang terkenal dalam
legenda negara Brazil.
Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno pun saling memberikan
hadiah potongan dahan pohon suci untuk merayakan pergantian tahun.
Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan
gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan
Januari diambil dari nama dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke
depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang).
Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.
Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne.
Bagi kita, orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu saja kuranglah tepat apalagi jika sampai terbawa arus kemaksiatan yang umumnya terjadi pada perayaan malam tersebut. Agama Islam punya tahun sendiri, yaitu Tahun Hijriyah yang harus kita ramaikan jika ada perayaan tahun baru sebagai syi'ar agama. Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga kaum muslim di seluruh dunia. (berbagai sumber)
Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman, jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka percaya tidak akan kekurangan pangan selama setahun penuh. Bagi orang kristen yang mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga agama Kristen sering disebut agama Masehi. Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir disebut tahun Masehi.
Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne.
Bagi kita, orang Islam, merayakan tahun baru Masehi, tentu saja kuranglah tepat apalagi jika sampai terbawa arus kemaksiatan yang umumnya terjadi pada perayaan malam tersebut. Agama Islam punya tahun sendiri, yaitu Tahun Hijriyah yang harus kita ramaikan jika ada perayaan tahun baru sebagai syi'ar agama. Semoga Allah selalu melindungi dan menjaga kaum muslim di seluruh dunia. (berbagai sumber)
Categories:
Hikmah
0 komentar :
Post a Comment