Kenapa Tidak Memperingati Hari Wafatnya Rasulullah?

Posted by Unknown on Saturday, February 07, 2015 with No comments

Tidak pernah kita jumpai acara Haul (wafatnya) Nabi Muhammad Saw. tapi yang masyhur adalah peringatan maulid (kelahiran) Rasulullah Saw. Syariat Islam telah mengajarkan apa yang harusnya dilakukan berkaitan dengan dua peristiwa tersebut. Sayyid Al-Maliki dalam kitabnya memerikan jawabannya:

ﺣﻮﻝ ﺍﻻﺣﺘﻔﺎﻝ ﺑﺬﻛﺮﻯ ﺍﻟﻤﻮﻟﺪ ﺍﻟﻨﺒﻮﻯ ﺍﻟﺸﺮﻳﻒ ﻟﺴﻴﺪ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﻮﻯ ﺍﻟﻤالﻜﻰ ﺍﻟﺤﺴﻨﻰ
 
Kitab  Haul al-Ihtifal bi Dzikri al-Maulid an-Nabi asy-Syari li Sayyidi Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani

ﻭﻧﻘﻮﻝ : ﺇﻥ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻌﻼﻣﺔ ﺟﻼﻝ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺴﻴﻮﻃﻰ ﻗﺪ ﻛﻔﺎﻧﺎ ﺍﻟﺮﺩ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﻐﺎﻟﻄﺔ ﻓﻘﺎﻝ ﻓﻰ ﻛﺘﺎﺑﻪ ﺍﻟﺤﺎﻭﻯ.

Saya berkata, Sesungguhnya al-imam al-'allamah Jalaluddim as-Suyithi sudah mencukupi kita dalam menolak kesalahan besar tersebut. Beliau berkata dalam kitabnya Al-hawi.

ﻧﺼﻪ : ﺇﻥ ﻭﻻﺩﺗﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺃﻋﻈﻢ ﺍﻟﻨﻌﻢ ﻭﻭﻓﺎﺗﻪ ﺃﻋﻈﻢﺍﻟﻤﺼﺎﺋﺐ ﻟﻨﺎ. ﻭﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﺣﺜﺖﻋﻠﻰ ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺷﻜﺮ ﺍﻟﻨﻌﻢ ﻭﺍﻟﺼﺒﺮﻭﺍﻟﺴﻜﻮﻥ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﺼﺎﺋﺐ  

Redaksinya: Sesungguhnya kelahiran Nabi Saw. merupakan agung-agungnya semua nikmat dan meninggalnya Beliau merupakan paling agungnya segala musibah. Syariat islam selalu mendorong untuk menampakkan syukur atas nikmat-nikmat dan sabar serta diam (tidak mengeluh) ketika tertimpa musibah-musibah.

ﻭﻗﺪ ﺃﻣﺮ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﺑﺎﻟﻌﻘﻴﻘﺔ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻮﻻﺩﺓ ﻭﻫﻰ ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺷﻜﺮ ﻭﻓﺮﺡ ﺑﺎﻟﻤﻮﻟﻮﺩ . ﻭﻟﻢ ﻳﺄﻣﺮ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﺑﺬﺑﺢ (ﻋﻘﻴﻘﺔ) ﻭﻻ ﺑﻐﻴﺮﻩ , ﺑﻞ ﻧﻬﻰ ﻋﻦ ﺍﻟﻨﻴﺎﺣﺔ ﻭﺇﻇﻬﺎﺭ ﺍﻟﺠﺰﻉ .  

Sesungguhnya Syara' telah memerintahkan untuk melaksanakan aqiqoh saat kelahiran bayi. Dan Syara' tidak pernah pada saat ada kematian untuk menyembelih hewan aqiqoh dan juga tidak dengan yang lainnya. Akan tetapi Syara' melarang untuk menangis meratapi dan menampakkan rasa duka.

ﻓﺪﻟﺖ ﻗﻮﺍﻋﺪ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻳﺤﺴﻦ ﻓﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺍﻟﻔﺮﺡ ﺑﻮﻻﺩﺗﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺩﻭﻥ ﺇﻇﻬﺎﺭ ﺍﻟﺤﺰﻥ ﻓﻴﻪ ﺑﻮﻓﺎﺗﻪ  

(dengan demikian) Maka, Qaidah-Qaidah syariat menunjukkan bahwasanya sangat bagus dalam bulan ini (Robiul Awwal) untuk menampakkan kebahagiaan sebab lahirnya Nabi Saw, bukan menampakkan duka sebab meninggalnya Beliau.

ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﺍﺑﻦ ﺭﺟﺐ ﻓﻰ ﻛﺘﺎﺑﻪ ( ﺍﻟﻠﻄﺎﺋﻒ ) ﻓﻰ ﺩﻡ ﺎلرﺍﻓﻀﺔ ﺣﻴﺚ ﺍﺗﺨﺬﻭﺍ ﻳﻮﻡ ﻋﺎﺷﻮﺭﺍﺀ ﻣﺄﺗﻤﺎ ﻷﺟﻞ ﻣﻘﺘﻞ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ  

Sungguh telah berkata Ibnu Rojab dalam kitabnya "Al-Lathoif" dalam mencela Kaum Rofidloh, sekira mereka menjadikan hari Asyuro' sebagai hari berbela sungkawa atas kematian sayyidina Husain.
  ﻭﻟﻢ ﻳﺄﻣﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﺭﺳﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﺎﺗﺨﺎﺫ ﺃﻳﺎﻡ ﻣﺼﺎﺋﺐ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ ﻭﻣﻮﺗﻬﻢ ﻣﺄﺗﻤﺎ ﻓﻜﻴﻒ ﻣﻤﻦ ﻫﻮ ﺩﻭﻧﻬﻢ . ﺍﻫ

Alloh dan RasulNya tidak pernah memerintahkan untuk menjadikan hari-hari tertimpa musibahnya dan kematiannya para Nabi sebagai hari bela sungkawa. Lantas bagaimana untuk orang dibawah mereka ?  Wallahu A'lam

Adapun masalah kenapa para pengikut Nabi justru yang diperingati bukan hari kelahiran (maulid) akan tetapi yang sering kita lihat adalah peringatan hari meninggalnya (haul) bisa dilihat di artikel http://fiqhmenjawab.blogspot.com/2015/01/antara-maulid-dan-haul.html
 
Categories: