Para Ulama Menolak Tarawih 4 Rakaat Sekali Salam
Posted by
Unknown
on
Saturday, February 14, 2015
with
No comments
Jama'ah Shalat Tarawih |
Banyak orang mengerjakan shalat Tarawih dengan cara 4 rakaat sekali salam dengan dalil hadis Siti Aisyah sebagai berikut:
مَا كَانَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى
عَشْرَةَ رَكْعَة يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ
وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ
وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلَاثًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
أَتَنَامُ قَبْلَ أَنْ تُوتِرَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ عَيْنَيَّ
تَنَامَانِ وَلَا يَنَامُ قَلْبِي.
Artinya: Rasulullah tidak
pernah melakukan shalat malam (sepanjang tahun) pada bulan Ramadhan dan
bulan lainnya lebih dari 11 rakaat. Beliau shalat 4 rakaat jangan engkau
bertanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat 4 rakaat
jangan engkau bertanya tentang bagus dan panjangnya. Kemudian beliau
shalat 3 rakaat. Kemudian aku bertanya ”Ya Rasulullah apakah kamu tidur
sebelum shalat Witir”? Kemudian beliau menjawab: ”Aisyah, meskipun kedua
mataku tidur, hatiku tidaklah tidur”.
Banyak orang terkecoh dan
terjebak dalam memahami penjelasan Imam Muhammad al-Shan’âniy dalam
kitab Subul al-Salâm Syarh Bulûgh al-Marâm, sehingga mereka mengatakan
tata cara shalat Tarawih dengan 4 rakaat sekali salam disebutkan dalam
kitab itu. Untuk menjawab tuduhan itu, mari kita lihat secara langsung
redaksi Imam Muhammad al-Shan’âniy, sebagai berikut:
وَعَنْ
عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : مَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي
غَيْرِهِ عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ثُمَّ فَصَّلَتْهَا بِقَوْلِهَا (
يُصَلِّي أَرْبَعًا ) يُحْتَمَلُ أَنَّهَا مُتَّصِلَاتٌ وَهُوَ الظَّاهِرُ
وَيُحْتَمَلُ أَنَّهَا مُنْفَصِلَاتٌ وَهُوَ بَعِيدٌ إلَّا أَنَّهُ
يُوَافِقُ حَدِيثَ صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى .
Artinya;
Rasulullah tidak pernah melakukan shalat malam (sepanjang tahun) pada
bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat. Kemudian Siti
A’isyah merincikan shalat Rasulullah dengan perkataannya:”Beliau shalat 4
rakaat”. Redaksi ini memiliki kemungkinan 4 rakaat dilakukan sekaligus
dengan 1 salam, ini adalah yang zhahir, dan juga bisa dipahami 4 rakaat
itu dilakukan secara terpisah (2 rakaat- 2 rakaat), tetapi pemahaman ini
jauh hanya saja ia sesuai dengan hadis Shalat malam itu dilakukan
dengan 2 rakaat- 2 rakaat.
Maksud perkataan Imam Muhammad
al-Shan’âniy:” 4 rakaat dilakukan dengan sekali salam, dipahami menurut
zhahir/tekstual hadis. Sedangkan pelaksanaan 4 rakaat dengan 2 salam
menjadi jauh bila tidak ada keterangan dari hadis lain. Tetapi 4 rakaat
dengan cara 2 salam memiliki kekuatan dengan adanya keterangan hadis
Shalat malam itu dilakukan dengan 2 rakaat- 2 rakaat.Dalam hal ini Imam
Syafii mengatakan dalam kitab al-Risâlah sebagai berikut:
فَكُلُّ
كَلَامٍ كَانَ عَامًا ظَاهِرًا فِي سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ فَهُوَ عَلَى
ظُهُوْرِهِ وَعُمُوْمِهِ حَتَّى يُعْلَمَ حَدِيْثٌ ثَابِتٌ عَنْ رَسُوْلِ
اللهِ .
Artinya: “Setiap perkataan Rasulullah dalam hadis yang
bersifat umum/zhahir diberlakukan kepada arti zhahir dan umumnya
sehingga diketahui ada hadis lain yang tetap dari Rasulullah”.
Maksud dari perkataan Imam Syafii adalah redaksi hadis yang masih
bersifat umum/zhahir, boleh-boleh saja dipahami demikian adanya, dengan
catatan selama tidak ada keterangan lain dari hadis Rasulullah. Tetapi
bila ditemukan hadis Rasulullah yang menjelaskan redaksi zhahir dan umum
satu hadis, maka hadis tersebut tidak boleh lagi dipahami secara zhahir
dan umum.Jika hendak dipertentangkan, hadis tentang shalat yang
dikerjakan 2-2 lebih kuat dan lebih banyak diamalkan oleh umat sebab ia
merupakan hadis Qauliy (perkataan Nabi) dalam riwayat lain dikatakan
juga sebagai hadis Fi’liy (perbuatan Nabi), sedangkan hadis Siti Aisyah
4-4 hanya merupakan hadis Fi’liy (perbuatan Nabi).
Ketika terjadi
perbedaan antara perkataan Nabi dengan perbuatannya maka yang harus
dilakukan umatnya adalah mengamalkan apa yang diperintahkannya
(perkataannya), sebabnya adalah lantaran perbuatan Nabi bisa jadi
merupakan kekhususan bagi beliau yang tidak berlaku bagi umatnya.
Contohnya adalah tentang kandungan surat annisa ayat 3 sebagai perintah
Nabi kepada para sahabat dan umatnya agar tidak memiliki istri lebih
dari 4 orang. Padahal beliau sendiri di akhir hayatnya meninggalkan 9
orang istri. Dalam hal ini yang berlaku adalah kita tetap tidak boleh
memiliki istri lebih dari 4. Sementara beristri lebih dari 4 merupakan
kekhususan yang hanya boleh bagi Nabi. Dengan kaidah ini, maka
mengerjakan shalat malam dengan 2-2 rakaat lebih tepat ketimbang
mengerjakannya dengan 4-4 rakat sekali salam, sebab bisa jadi shalat 4-4
rakaat merupakan sesuatu yang khusus bagi Nabi.
Masih ada cara
lain yang paling mudah untuk memahami hadis Siti Aisyah yakni dengan
mencari ucapan Aisyah sendiri pada lain kesempatan. Kita tentu berhak
mempertanyakan kembali apakah yang dimaksud Siti Aisyah 4 rakaat
benar-benar sekali salam??? Ternyata Siti Aisyah sendiri sebagai
periwayat hadis 4-4 menjelaskan dalam hadis lain bahwa yang dimaksud
dengan 4 rakaat pelaksanaannya adalah dengan 2-2. Perhatikanlah
penjelasan Siti Aisyah pada hadis berikut ini:
عَنْ عَائِشَةَ
قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي
فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ وَهِيَ الَّتِي
يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ فَإِذَا سَكَتَ
الْمُؤَذِّنُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ
وَجَاءَهُ الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ
اضْطَجَعَ عَلَى شِقِّهِ الْأَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمُؤَذِّنُ
لِلْإِقَامَةِ.
Artinya: Dari Aisyah berkata: ”Seringkali
Rasulullah melakukan shalat antara selesai shalat Isya yang disebut
orang dengan shalat ’Atamah sampai Fajar beliau mengerjakan shalat 11
rakaat, beliau melakukan salam pada tiap 2 rakaat dan melakukan 1 rakaat
Witir. Apabila seorang Muadzzin selesai dari azan shalat Shubuh yang
menandakan fajar telah datang, Muadzzin tersebut mendatangi beliau
beliau pun melakukan shalat 2 rakaat ringan setelah itu beliau berbaring
(rebah-rabahan) atas lambungnya yang kanan sampai Muadzzin itu
mendatangi beliau untuk Iqamah. Hadis tersebut disebutkan oleh Imam
Muslim dalam kitab Shahihnya hadis no: 1216, Imam al-Hakim dalam
al-Mustadrak hadis no: 1671, Imam al-Darimiy dalam sunannya hadis no:
1447, Imam al-Bayhaqiy dalam al-Sunan al-Shughra hadis no: 600, al-sunan
al-Kubra hadis no: 4865 dan Ma’rifah Sunan Wa al-Atsar hadis no:
1435.
Dalam risalah الجـواب الصحيح لمن صلى أربعا بتسليمة
من التراويــح, penulis telah sebutkan lebih dari 80 kitab Mu’tabar dari
berbagai cabang ilmu, baik dari keterangan kitab Syarh hadis, fiqh,
Ushul Fiqh dan Taswwuf, yang menyatakan bahwa shalat Tarawih yang
dikerjakan dengan 4 rakaat sekali salam itu tidak sah. Di antaranya:
1. Imam Nawawiy al-Dimasyqiy:
يَدْخُلُ وَقْتُ التَّرَاوِيْحِ بِالْفَرَاغِ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ
ذَكَرَهُ الْبَغَوِيُّ وَغَيْرُهُ وَيَبْقَى إِلَى طُلُوْعِ اْلفَجْرِ
وَلْيُصَلِّهَا رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ كَمَا هُوَ اْلعَادَةُ
فَلَوَْصَلَّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمةٍ لَمْ يَصِحَّ ذَكَرَهُ
الْقَاضِى حُسَيْنٌ فيِ فَتَاوِيْهِ ِلاَنَّهُ خِلاَفُ الْمَشْرُوْعِ قَالَ
وَلاَ تَصِحُّ بِنِيَّةٍ مُطْلَقَةٍ بَلْ يَنْوِى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ
أَوْ صَلاَةَ التَّرَاوِيحِ أَوْ قِيَامَ رَمَضَانَ فَيَنْوِيْ فِي كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ مِنْ صَلاَةِ التَّرَاوِيحِ . )المجموع شرح
المهذب: ج 4 ص : 38 (دار الفكر 2000)
Artinya:”Masuk waktu shalat
Tarawih itu setelah melaksanakan shalat Isya. Imam al-Baghawi dan
lainnya menyebutkan: “waktu tarawih masih ada sampai terbit fajar”.
Hendaklah seseorang mengerjakan shalat Tarawih dengan dua rakaat- dua
rakaat, sebagaimana kebiasaan shalat sunah lainnya. Seandainya ia shalat
dengan 4 rakaat dengan satu salam, maka shalatnya tidak sah. Hal ini
telah dikatakan oleh al-Qâdhi Husain dalam fatwanya, dengan alasan hal
demikian menyalahi aturan yang telah disyariatkan. Al-Qâdhi juga
berpendapat seorang dalam shalat Tarawih ia tidak boleh berniat mutlak,
tetapi ia berniat dengan niat shalat sunah Tarawih, shalat Tarawih atau
shalat Qiyam Ramadhan. Maka ia berniat pada setiap 2 rakaat dari shalat
Tarawih.
2. Imam Ahmad Ibn Hajar al-Haytamiy:
اَلتَّرَاوِيْحُ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً , وَيَجِبُ فِيْهَا أَنْ تَكُوْنَ
مَثْنَى بِأَنْ يُسَلِّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ , فَلَوْ صَلَّى
أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ لِشِبْهِهَا بِاْلفَرْضِ فِي طَلَبِ
الْجَمَاعَةِ فَلاَ تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ بِخِلاَفِ نَحْوِ سُنَّةِ
الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ ) فتح الجواد شرح الارشاد:ج 1 ص
: 163 (مكتبة اقبال حاج ابراهيم سيراغ ببنتن 1971)
Artinya: Shalat
Tarawih itu 20 rakaat, wajib dalam pelaksanaanya dua-dua, dikerjakan
dua rakaat-dua rakaat. Bila seseorang mengerjakan 4 rakaat dengan satu
salam, maka shalatnya tidak sah karena hal tersebut menyerupai shalat
fardhu dalam menuntut berjamaah, maka jangan dirubah keterangan sesuatu
yang telah warid (datang). Lain halnya dengan shalat sunah Zuhur dan
Ashar (boleh dikerjakan empat rakaat satu salam) atas Qaul Mu’tamad.
3. Imam Muhammad Ibn Ahmad al-Ramliy:
وَلَا تَصِحُّ بِنِيَّةٍ مُطْلَقَةٍ كَمَا فِي الرَّوْضَةِ بَلْ يَنْوِي
رَكْعَتَيْنِ مِنْ التَّرَاوِيحِ أَوْ مِنْ قِيَامِ رَمَضَانَ .وَلَوْ
صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ إنْ كَانَ عَامِدًا عَالِمًا ،
وَإِلَّا صَارَتْ نَفْلًا مُطْلَقًا ؛ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ.)
نهاية المحتاج شرح المنهاج : ج 1 ص :127 (دار الفكر 2004)
Artinya:
Tidak sah shalat Tarawih dengan niat shalat Mutlak, seharusnya seseorang
berniat Tarawih atau Qiyam Ramadhan dengan mengerjakan salam pada
setiap 2 rakaat. Seandainya seseorang shalat Tarawih dengan 4 rakaat
satu salam, jika ia sengaja-ngaja dan mengetahui maka shalatnya tidak
sah. Kalau tidak demikian maka shalat itu menjadi shalat sunah Mutlak,
Karena menyalahi aturan yang disyariatkan”.
4. Imam Muhammad al-Zarkasyiy:
صَلاَةُ التَّرَاوِيْحِ وَهِيَ عِشْرُونَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ
وَحَكَى الرُّوْيَانِيُّ عَنِ اْلقَدِيْمِ أَنَّهُ لاَحَصْرَ
لِلتَّراوِيْحِ وَهُوَ غَرِيْبٌ . وَيُسَلِّمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
وَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ يَصِحَّ ذَكَرَهُ فِي
التَّحْقِيْقِ وِثَاقًا لِلْقَاضِي حُسَيْنٍ فِي فَتَاوِيْهِ وَلِأَهْلِ
الْمَدِيْنَةِ فَعْلُهَا سِتًّا وَثَلاَثِيْنَ قَالَ الشَّافِعِيُّ
وَاْلأَصْحَابُ : مِنْ خَصَائِصِهِمْ . (الديباج في توضيح المنهاج : ج 1 ص :
198 (دار الحديث 2005)
Artinya: Shalat Tarawih dikerjakan 20
rakaat dengan 10 salam. Imam al-Rûyâniy menghikayatkan pendapat dari
Qaul Qadim ”Sesungguhnya pernyataan shalat Tarawih tidak ada batasan
adalah pendapat yang Gharib (aneh)”. Seseorang yang mengerjakan shalat
Tarawih hendaknya memberi salam pada tiap 2 rakaatnya. Seandainya
seseorang shalat 4 rakaat dengan satu salam, maka shalatnya tidak sah.
Imam Nawawiy al-Dimasyqiy telah menyebutkan hal itu dalam kitabnya
al-Tahqîq, yang bersandar kepada al-Qâdhi Husain dalam fatâwanya. Adapun
penduduk kota Madinah mereka mengerjakan shalat Tarawih 36 rakaat. Imam
Syafii dan para pengikutnya berkata:” Khusus bagi penduduk Madinah
saja”.
5. Imam Ahmad Ibn Muhammad al-Qasthallaniy:
وَ
فُهِمَ مِمَّا سَبَقَ مِنْ أَنَّها بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ أَنَّهُ لَوْ
صَلَّاهَا أَرْبَعًا أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ ، وَبِهِ
صَرَّحَ فِي الرَّوْضَةِ لِشَبَهِهَا بِالْفَرْضِ فِي طَلَبِ الْجَمَاعَةِ
فَلَا تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ .)ارشاد الساري شرح صحيح البخاري : ج 3 ص :
426 (دار الفكر 1984)
Artinya: “Dipahami dari ungkapan yang lalu
sesungguhnya shalat Tarawih itu pelaksanaannya dengan 10 kali salam,
Seandainya seseorang shalat Tarawih dengan 4 rakaat sekali salam, maka
shalat Tarawihnya tidak sah. Seperti inilah keterangan yang telah
dijelaskan oleh Imam Nawawiy dalam kitab al-Rawdhah, Karena shalat
Tarawih menyerupai shalat fardhu dalam menuntut berjamaah (tiap 2 rakaat
melakukan Tasyahhud), maka jangan dirubah keterangan sesuatu yang telah
warid (datang).”
6. Imam Zakariya al-Anshariy:
وَسُمِّيَتْ كُلُّ أَرْبَعٍ مِنْهَا تَرْوِيحَةً لِأَنَّهُمْ كَانُوا
يَتَرَوَّحُونَ عَقِبَهَا أَيْ : يَسْتَرِيحُونَ ، وَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا
بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ يَصِحَّ لِأَنَّهَا بِمَشْرُوعِيَّةِ الْجَمَاعَةِ
فِيهَا أَشْبَهَتْ الْفَرِيضَةَ فَلَا تُغَيَّرُ عَمَّا وَرَدَ . )فتح
الوهاب شرح منهج الطلاب: ج1 ص : 58 ( منارا قدس د ت)
Artinya: Pada
setiap 4 rakaat dinamai satu Tarwihah karena para sahabat
bersantai-santai setelahnya artinya beristirahat. Jika seseorang shalat
Tarawih 4 rakaat dengan satu salam maka tidak sah, karena anjuran
berjamaah pada shalat Tarawih menyerupai shalat fardhu, maka jangan
diubah aturan yang telah ada keterangannya.”
7. Imam Jalaluddin Muhammad al-Mahalliy:
( وَمَعْنَى الشَّرْعِيِّ ) الَّذِي هُوَ مُسَمَّى مَا صَدَقَ
الْحَقِيقَةُ الشَّرْعِيَّةُ ( مَا ) ، أَيْ : شَيْءٌ ( لَمْ يُسْتَفَدْ
اسْمُهُ إلَّا مِنَ الشَّرْعِ ) كَالْهَيْئَةِ الْمُسَمَّاةِ بِالصَّلَاةِ (
وَقَدْ يُطْلَقُ ) ، أَيْ : الشَّرْعِيُّ ( عَلَى الْمَنْدُوبِ ،
وَالْمُبَاحِ ) ، وَمِنْ الْأَوَّلِ قَوْلُهُمْ مِنْ النَّوَافِلِ مَا
تُشْرَعُ فِيهِ الْجَمَاعَةُ ، أَيْ : تُنْدَبُ كَالْعِيدَيْنِ . وَمِنْ
الثَّانِي قَوْلُ الْقَاضِي الْحُسَيْنِ لَوْ صَلَّى التَّرَاوِيحَ
أَرْبَعًا بِتَسْلِيمِة لَمْ تَصِحَّ ؛ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمَشْرُوعِ .)
شرح جمع الجوامع : ج 1 ص : 304 (مطبعة مصطفى البابي الحلبي 1973)
Artinya: Makna Syar’i itu dinamakan sesuatu yang berbetulan dengan
hakikat syara’ adalah sesuatu yang tidak dipahami namanya melainkan dari
syara’ seperti bentuk shalat. Digunakan juga makna syar’i itu atas
perbuatan yang mandub dan mubah, dari definisi pertama para ulama
berpendapat shalat sunah yang disyari’atkan berjamaah artinya disunahkan
berjamaah seperti shalat dua hari raya idul fitri dan idul Adha. Dari
definisi kedua ini perkataan al-Qadhi Husein yang mengatakan “Seandainya
ia mengerjakan shalat Tarawih dengan 4 rakaat dengan satu salam, maka
shalat Tarawihnya tidak sah”.
8. Imam Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthiy:
(وَيَقُوْمُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ بِعِشْرِيْنَ
رَكْعَةً) بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ بَيْنَ صَلاَةِ
اْلعِشَاءِ وَ طُلُوْعِ اْلفَجْرِ، فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ
لَمْ يَصِحَّ، كَمَا نَقَلَهُ فِي الرَّوْضَةِ عَنِ الْقَاضِي حُسَيْنٍ
وَأَقَرَّهُ ِلأَنَّهُ خِلاَفُ اْلمَشْـرُوْعِ .) شرح التنبيه في فروع
الفقه الشافعي:ج 1 ص : 134 (دار الفكر 1996)
Artinya: “Seseorang
mengerjakan shalat Tarawih pada tiap malam bulan Ramadhan dengan 10 kali
salam pada tiap malam antara shalat Isya sampai terbit fajar. Jika
seseorang shalat Tarawih 4 rakaat dengan satu salam maka hukumnya tidak
sah. Sebagaimana Imam Nawawi menukilkannya dalam kitab Rawdhah dari
al-Qadhi Husain dan beliau menetapkan hal itu karena menyalahi aturan
yang disyariatkan”.
9. Imam Abdur Rauf al-Munawiy
(يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلَا تَسَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ) اَيْ
اِنَّهُنَّ مِنْ كَمَالِ الطُّوْلِ وَالْحُسْنِ عَلَى غَايَةٍ ظَاهِرَةٍ
مُغْنِيَةٍ عَنِ السُّؤَالِ اَيْ اِنَّهُنَّ فِي غَايَةِ الْحُسْنِ وَ
الطُّوْلِ بِحَيْثُ يُعْجِزُ الِّلسَانُ عَنْ بَيَانِهَا , فَمَنْعُ
السُّؤَالِ كنِاَيَةٌ عَنِ الْعَجْزِ عَنِ الْجَوَابِ . وَالْمُرَادُ
أَنَّهُ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَتَيْنِ لِيُوَافِقَ خَبَرَ زَيْدِ
السَّابِقِ وَاِنَّمَا جُمِعَ اْلأَرْبَعُ لِتَقَارِبِهَا طُوْلاً
وَحُسْنًا لاَ لِكَوْنِهِمَا بِسَلاَمٍ وَاحِدٍ .شرح الشمائل المحمدية ج 2 ص
: 91 (دار الأقصى 1988)
Artinya: Beliau shalat 4 rakaat, jangan
anda tanya bagaimana bagus dan lamanya beliau shalat. Artinya 4 rakaat
yang beliau lakukan tergolong dari saking sempurna lama dan eloknya atas
puncak yang zhahir yang tidak butuh pertanyaan, artinya 4 rakaat
tersebut menggambarkan puncak keelokan dan lamanya waktu dari segi lidah
akan payah dari menjelaskannya. Penolakan Aisyah dari pertanyaan orang
yang bertanya merupakan kiasan dari tidak mampunya Aisyah untuk
memberikan jawaban. Yang dimaksud Rasulullah shalat 4 rakaat itu
dikerjakan dengan 2 salam agar menjadi sesuai dengan keterangan hadis
dari Zaid yang telah lalu. Hanya sanya digabungkan penyebutan 4 rakaat
karena berdekatan antara keduanya dalam hal lama dan eloknya, bukan
berarti 4 rakaat itu dipahami dengan satu salam.
10. Imam Zaynuddin al-Malibariy:
(وَ) صَلاَةُ (التَّرَاوِيْحِ) وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ
تَسْلِيْمَاتٍ، فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، لِخَبَرِ: مَنْ قَامَ
رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاْحتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ. وَيَجِبُ التَّسْلِيْمُ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ، فَلَوْ صَلَّى
أَرْبَعًا مِنْهَا بِتَسْلِيْمَةٍ لَمْ تَصِحَّ ، بِخِلاَفِ سُنَّةِ
الظُّهْرِ وَاْلعَصْرِ وَالضُّحَى وَاْلوِتْرِ. وَيَنْوِي بِهَا
التَّرَاوِيْحَ أَوْ قِيَامَ رَمضَانَ) . فتح المعين شرح قرة العين بمهمات
الدين: ص : 33( منارا قدس د ت)
Artinya: Shalat Tarawih 20 rakaat
dengan 10 kali salam pada setiap malam di bulan Ramadhan. Karena ada
hadis: Siapa saja melaksanakan Qiyam Ramadhan karena iman dan mengharap
pahala, maka dosanya yang terdahulu di ampuni. Wajib setiap 2 rakaat
mengucapkan salam. Jika seseorang shalat Tarawih 4 rakaat dengan satu
salam maka hukum shalat Tarawihnya tidak sah. Berbeda dengan shalat
sunah Zuhur, Ashar, Dhuha dan witir. Seharusnya bagi yang mengerjakan
shalat Tarawih, ia berniat dengan niat Tarawih atau Qiyam Ramadhan.
11. Imam Muhammad Ibn Qasim
اَلتَّرَاوِيحُ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ فيِ
كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ وَجُمْلَتُهَا خَمْسُ تَرْوِيْحَاتٍ,
وَيَنْوِيْ الشَّخْصُ بِكُلِّ رَكْعَتَيْنِ التَّرَاوِيْحَ أَوْ قِيَامَ
رَمَضَانَ, فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ بِتَسْلِيْمَةٍ وَاحِدَةٍ
لَمْ تَصِحَّ . )فتح القريب المجيب شرح متن غاية والتقريب ص : 13 ( منارا
قدس د ت)
Artinya: Shalat Tarawih dikerjakan 20 rakaat, terdiri
dari 10 salam pada tiap malam bulan Ramadhan. Jumlahnya 5 tarwihah
(istirahat). Seseorang yang mengerjakannya ia berniat tiap 2 rakaat akan
shalat Tarawih atau Qiyam Ramadhan. Jika ia shalat Tarawih dengan 4
rakaat satu salam maka shalat Tarawihnya tidak sah .
12. Imam Murtadha Muhammad al-Zabidiy:
اَلتَّرَاوِيْحُ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ
وَكَيْفِيَّتُهَا مَشْهُوْرَةٌ قَالَ النَّوَوِيُّ فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا
بِتَسْلِيمِة لَمْ يَصِحَّ. (اتحاف السادة المتقين شرح احياء علوم الدين: ج
3 ص : 415 (دار الفكر د ت)
Artinya: Shalat Tarawih itu 20 rakaat
dengan 10 kali salam. Tata caranya telah diketahui banyak orang. Imam
Nawawi berkata “Seandainya seseorang shalat Tarawih 4 rakaat dengan
sekali salam, maka shalat Tarawihnya tidak sah.”
13. Imam Muhammad Amin Kurdiy:
اَلتَّرَاوِيْحُ وَهِيَ عِشْرُوْنَ رَكْعَةً بِعَشْرِ تَسْلِيْمَاتٍ فِي
كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ, فَلَوْ صَلَّى أَرْبَعًا بِتَسْلِيْمَةٍ
لَمْ يَصِحَّ , وَيُسَنُّ كَوْنُهَا جَمَاعَةً .) تنويرالقلوب في معاملة
علام الغيوب : ص : 199 (دار الفكر 1994)
Artinya; Shalat Tarawih
itu dikerjakan 20 rakaat dengan 10 salam. Bila seseorang shalat setiap 4
rakaat dengan satu salam maka shalatnya tidak sah. Disunahkan
pelaksanaannya berjamaah.”
14. Syaikh Mahmud Muhammad Khatthab al-Subkiy
وَيُطْلَبُ السَّلاَمُ عَلَى رَأْسِ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ , فَلَوْ صَلَّى
أَرْبَعًا أَوْ أَكْثَرَ بِتَسْلِيْمَةٍ وَاحِدَةٍ وَقَعَدَ عَلَى رَأْسِ
كُلِّ رِكْعَتَيْنِ صَحَّتْ صَلاَتُهُ مَعَ الْكَرَاهَةِ عِنْدَ غَيْرِ
الشَّافِعِي , وَلاَ تَصِحُّ عِنْدَ هُمْ , لِأَنَّ السَّلاَمَ مِنْ كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ فَرْضٌ عِنْدَهُمْ . وَكَذَا اِذَا لَمْ يَقْعُدْ عَلَى
رَأْسِ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ فَلاَ تَصِحَّ عِنْدَهُمْ بِالْأَوْلَى . وَبِهِ
قَالَ محمدٌ وَ زُفَرُ لِأَنَّ الْقُعُوْدَ عَلَى رَأْسِ كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ فَرْضٌ فِي التَّطَوُّعِ . (الدين الخالص أو ارشاد الخلق الى
دين الحق ج 4 ص : 170 (مطبعة السعادة 1964)
Artinya: Dituntut
melakukan salam pada tiap 2 rakaat,. Seandainya seseorang shalat Tarawih
dengan 4 rakaat atau lebih dengan satu salam dan ia duduk tasyahhud,
maka shalatnya sah tetapi makruh menurut ulama selain Mazhab Syafii, dan
tidak sah menurut Mazhab Syafii. Alasannya karena memberi salam pada
tiap 2 rakaat itu wajib dalam Mazhab Syafii, begitu juga bila seseorang
tidak melakukan duduk tasyahhaud pada tiap 2 rakaat maka lebih
teristimewa tidak sah. Dalam hal ini Syaikh Muhammad dan Zufar
mengatakan: ”Duduk tasyahhud pada tiap 2 rakaat dalam shalat sunah
hukumnya wajib.
15. Syaikh Shiddiq Hasan Ali al-Qanujiy al-Bukhariy
قَالَ الْحَلِيمِيُّ وَالسِّرُّ فِي كَوْنِهَا عِشْرِينَ أَنَّ
الرَّوَاتِبَ فِي غَيْرِ رَمَضَانَ عَشْرُ رَكَعَاتٍ فَضُوعِفَتْ لِأَنَّهُ
وَقْتُ جِدٍّ وَتَشْمِيرٍ ،وَفُهِمَ مِمَّا سَبَقَ مِنْ أَنَّها بِعَشْرِ
تَسْلِيْمَاتٍ أَنَّهُ لَوْ صَلَّاهَا أَرْبَعًا بِتَسْلِيمَةٍ لَمْ
يَصِحَّ . وَبِهِ صَـرَّحَ اْلاِمَـامُ النَّوَوِيُّ فِي الرَّوْضَةِ
لِشَبَهِهَا بِالْفَرْضِ فِي طَلَبِ الْجَمَاعَةِ فَلَا تَغَيُّرَ عَمَّا
وَرَدَ .( عون الباري لِحَلِّ أدلة البخاري ج 2 ص : 862 دار الرشيد : حلب
سوريا 1992)
Artinya; Imam al-Halimi berkata ”Hikmah dan rahasia
20 rakaat shalat Tarawih adalah shalat Rawatib yang Muakkad itu 10
rakaat, di bulan Ramadhan digandakan karena bulan Ramadhan itu bulan
yang penuh semangat dan gairah untuk mengerjakan ibadah. Dipahami dari
ungkapan yang telah lalu sesungguhnya shalat Tarawih itu pelaksanaannya
dengan 10 kali salam, Seandainya seseorang shalat Tarawih dengan 4
rakaat satu salam, maka shalatnya tidak sah. Seperti inilah keterangan
yang telah dijelaskan oleh Imam Nawawiy dalam kitab al-Rawdhah, Karena
shalat Tarawih menyerupai shalat fardhu dalam menuntut berjamaah, maka
jangan dirubah keterangan sesuatu yang telah warid (datang). Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah
Categories:
Syariah
0 komentar :
Post a Comment