Kisah Nabi Sulaiman Dan Singgasana Ratu Balqis

Posted by Unknown on Wednesday, February 04, 2015 with No comments
Sisa-sisa Kerajaan Saba' singgasana Ratu Balqis di Yaman
Dalam surat An-Naml ayat 38-40 diceritakan tentang dialog antara Nabi Sulaiman dengan Jin 'Ifrit dan seseorang yang ahli ilmu dalam upaya memindahkan singgasana Ratu Balqis. Siapakah manusia yang disebut dalam ayat tersebut?

Ashif bin Barkhiya (آصف بن برخياء), Asif dengan huruf sod (ص) bukan sin (س). Beliau ialah anak saudara Nabi Sulaiman atau sepupunya. Bertugas sebagai penulis di zaman pemerintahan Nabi Sulaiman ASW sekaligus menteri. Juga sebagai teman rapat dan pengawal Nabi Sulaiman yang sentiasa mengikut ke mana Nabi Sulaiman pergi dan beliau adalah perunding atau juru bicara utama bagi kerajaan Nabi Sulaiman. 

Balqis ialah Balqis binti Syarahil (بلقيس بنت شراحيل) yang memerintah Yaman pada kurun ke 10 SM dan menjadikan Saba’ sebagai ibu kotanya. Kerajaan ini menyembah matahari, melalui bisikan salah seorang tentera Nabi Sulaiman yaitu burung hud-hud baginda Nabi mengetahui wujudnya kerajaan besar di Yaman.
قال يا أيها الملأ أيكم يأتيني بعرشها قبل أن يأتوني مسلمين . قال عفريت من الجن أنا آتيك به قبل أن تقوم من مقامك وإني عليه لقوي أمين . قال الذي عنده علم من الكتاب أنا آتيك به قبل أن يرتد إليك طرفك فلما رآه مستقرا عنده قال هذا من فضل ربي ليبلوني أأشكر أم أكفر ومن شكر فإنما يشكر لنفسه ومن كفر فإن ربي غني كريم .

Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." (38) Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya." (39) Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (40)

Tafsir Ibnu Katsir



Muhammad bin Ishaq berkata bahwasannya Yazid bin Ruman berkata, ketika para utusan kembali kepada sang ratu dengan membawa pesan dari Sulaiman, ratu pun berkata: "Sungguh demi Allah, aku tahu dia bukanlah seorang raja dan kita tidak memiliki kemampuan serta tidak kuasa untuk menentangnya sedikitpun. Aku akan mengutus kepadanya untuk mengabarkan bahwa aku akan datang membawa raja-raja kaumku, untuk aku lihat apa perintahnya dan agama apa yang ia serukan kepada kami."



Kemudian dia memerintahkan penjagaan singgasana kerajaan tempat kekuasaannya, lalu dibuatlah tujuh buah pertahanan yang saling menyambung dan dikuncinya pintu-pintu tersebut. Lalu ia berkata kepada para pengawal yang yang ditinggal di kerajaannya: "Jagalah apa yang sudah ada sebelummu dan singgasana kerajaanku. Jangan ada seorang hamba Allah yang mampu lolos menembusnya dan jangan pula ada seorang pun yang melihatnya sampai aku datang."



Lalu sang ratu menuju kerajaan Sulaiman dengan didampingi 12.000 orang. Satu pendapat mengatakan bahwa para raja Yaman berada di bawah kekuasaannya. Pendapat lain mengatakan, lebih dari 12.000 orang, hingga Sulaiman mengutus jin untuk mengawasi mereka, baik di perjalanan maupun di tempat ketika sampai sepanjang siang dan malam. Sehingga ketika rombongan itu sudah dekat, Sulaiman mengumpulkan bala tentaranya dari kalangan jin dan manusia yang berada di bawah kekuasaannya.


Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar, siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri." (38)

Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin Mujahid berkata, "Yaitu jin pembangkang." Syu'aib al-Jubbai berkata, "Namanya adalah Kuzan." Demikian yang dikatakan oleh Muhammad bin Ishaq, dari Yazid bin Ruman dan dikatakan pula oleh Wahb bin Munabbih. Sedangkan Abu Shalih berkata, "Dia seakan-akan seperti gunung." Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Ibnu ‘Abbas berkata, "Yaitu sebelum engkau berdiri dari majelismu." Mujahid berkata, "Yaitu dari tempat dimana ia duduk untuk memberikan keputusan dan hukuman kepada manusia serta untuk makan dari pagi hingga tergelincir matahari." Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya. (39)
Ibnu ‘Abbas berkata, "Yaitu kuat untuk membawanya dan dapat dipercaya untuk menjaga rahiasa yang ada di dalamnya." 

Lalu Sulaiman  berkata, "Aku ingin yang lebih cepat dari itu." Dari sini tampak jelas bahwa Sulaiman ingin mendatangkan singgasana tersebut untuk menujukkan kebesaran kerajaan yang diberikan Allah kepadanya serta bala tentara yang dikuasainya, dimana hal tersebut belum pernah diberikan kepada seorangpun sebelumnya serta tidak ada sesudahnya. Begitu pula hal tersebut menjadi hujjah kenabiannya dihadapan Ratu Balqis dan rakyatnya. Karena hal ini merupakan peristiwa yang sangat besar dan luar biasa, dimana ia dapat membawa singgasana sang ratu sebelum mereka datang, padahal semuanya ditutup secara rapat dan terjaga.

Ketika Sulaiman berkata, "Aku ingin yang lebih cepat daripada itu." Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab. Ibnu ‘Abbas berkata, "Yaitu Ashif, sekretaris Sulaiman." Demikian yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishaq, dari Yazid bin Ruman bahwa laki-laki itu adalah آصف بن برخياء (Ashif bin Barkhiya). Dia adalah orang shiddiq (patuh beragama) yang mengetahui al-Ismu al-A'dzam. Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip yaitu angkat pandanganmu dan lihatlah sepanjang kemampuan pandanganmu, karena engkau tidak akan melelahkan pandanganmu itu kecuali singgasana itu sudah hadir di hadapanmu. Wahb bin Munabbih berkata, "Tutuplah matamu, maka tidak mencapai sekejap pasti aku sudah membawanya kepadamu. Mereka menceritakan bahwa dia diperintahkan untuk memandang Yaman, tempat singgasana yang dicari itu berada, kemudian ia berdiri dan berwudlu’ serta berdoa kepada Allah Ta’ala."

Muhahid berkata, "Dia berdoa, 'Yaa dzal jalaali wal ikraam (wahai Rabb yang memiliki keagungan dan kemuliaan)." az-Zuhri berkata, "Ia berdoa, 'Yaa Ilahanaa wa ilaaha kullu syai-in ilaahaw waahidal laa ilaaha illaa anta i’tunii bi’arsyihaa (Ya Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan kecuali Engkau, datangkanlah kepadaku singgasananya).' Dia mencontohkannya di hadapannya."

Mujahid, Sa’id bin Jubair, Muhammad bin Ishaq, Zubair bin Muhammad dan selain mereka berkata, "Tatkala ia berdoa dan meminta kepada Allah untuk didatangkan singgasana Balqis yang berada di Yaman, sedangkan Sulaiman berada di Baitul Maqdis, tiba-tiba singgasana itu hilang menembus bumi, kemudian muncul di hadapan Sulaiman."

Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata, "Sulaiman tidak merasakan sesuatu kecuali singgasana itu telah berada di hadapannya." Dia berkata, "Ini dibawa oleh para hamba Allah yang ada di laut." Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku yaitu ini adalah di antara nikmat-nikmat Allah kepadaku, untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (40) yaitu Dia Maha Kaya terhadap hamba-hamba-Nya dan tidak membutuhkan peribadahan mereka. Dia Maha Mulia, yaitu Maha Mulia pada diri-Nya sendiri meskipun tidak ada satu pun yang beribadah kepada-Nya. Karena kebesaran-Nya tidak membutuhkan kepada seseorang pun.

Dalam shahih Muslim dijelaskan: “Allah Ta’ala berfirman, ‘Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang yang pertama hingga yang terakhir di antara kamu, manusia maupun jin semuanya bertakwa kepada-Ku seperti orang yang paling bertakwa di antara kamu, maka hal tersebut tidak akan menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang yang pertama hingga yang terakhir di antara kamu, manusia maupun jin berhati jahat seperti orang paling jahat di antara kamu, maka hal tersebut tidak akan mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun. Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya semua itu adalah perbuatanmu, kemudian Aku akan membalasnya. Barangsiapa yang mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah. Dan barangsiapa yang mendapatkan selain itu, maka janganlah menyesali kecuali dirinya sendiri."

Hikmah dari cerita ini, penulis berpendapat bahwa sehebat apapun golongan jin atau iblis masih lebih hebat dari golongan manusia yang mempunyai ilmu dan dekat dengan Sang Khaliq. 

Categories: