Benarkah Salafi Wahabi Sejalan dengan Misi Zionis Yahudi?
Posted by
Unknown
on
Sunday, February 22, 2015
with
1 comment
Salafi Wahabi Zionis Yahudi |
Ketika
fatwa Salafi Wahabi bergandengan mesra dengan misi Zionis Yahudi. Beberapa
tahun yang lalu ketika usiaku masih belasan tahun dan sedang mengenyam
pendidikan di sebuah Pesantren, aku mendapati selebaran yang berisi peringatan
terhadap Umat Islam untuk mewaspadai misi Zionis, diantara yang aku ingat
adalah :
1. Pisahkan umat Islam dari
ulamanya
2. Pisahkan umat Islam dari
Nabinya
3. Pisahkan umat Islam dari
kitab sucinya (Al-Quran )
4. Pecah belah dan hancurkan!
Beberapa tahun setelah aku
kembali ke kampung, aku dapati fenomena Salafi Wahabi. Dan ketika aku
mencermati dogma (ajaran) serta cara mereka “berdakwah” (menyampaikan
ajarannya), timbul kecurigaan kuat mereka adalah kaki tangan Zionis.
Kecurigaanku bukan tanpa alasan, berikut mari bersama kita cermati secara
kritis dengan fikiran dan hati yang jernih tentang beberapa fatwa Salafi Wahabi
sekaligus efek yang terjadi dalam konteks keselarasan fatwa-fatwa tersebut
dengan misi Zionis:
Misi Zionis 1: Pisahkan
umat Islam dari ulamanya
Misi ini bertujuan agar umat
Islam kehilangan central command/komando yang terpusat dalam segala hal, baik
dalam berpolitik, bersosial, beragama, serta menghilangkan metode yang benar
dalam memahami agama. Mereka sadar bahwa kegagalan mereka selama ini
diakibatkan oleh kuatnya semangat dan persatuan kaum Muslimin dalam melawan
mereka. Dan semangat serta persatuan kaum Muslimin tersebut faktanya berpusat
pada para ulama. Fakta terbaru, adalah betapa dahsyat akibat/efek dari “Resolusi
Jihad” (22-Okt-1945) yang dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari (NU) juga betapa
dahsyat dampak dari seruan para ulama dalam menumpas PKI.
Fatwa Salafi Wahabi yang
disinyalir “mendukung” misi zionis tersebut di antaranya adalah :
1. Sesatnya Mazhab Asya’irah/
Asy’ariah dan Maturidiah
Bukti paling dekat atas fatwa
tersebut adalah buku yang berjudul “Mulia Dengan Manhaj Salaf” yang ditulis
oleh Ust. Yazid Ibn Abdil Qodir Jawas. Dalam buku tersebut pada bab terakhir
dengan gamblang Ust. Yazid Jawas mengelompokkan Asy’ariyah dan Maturidiyah
sebagai kelompok sesat dan menyesatkan. Sebuah buku yang kontradiktif dengan
buku yang mereka ciptakan sebelumnya yang merupakan Tahrif (penyimpangan) dari
al Ibanah yang berjudul “Buku Putih Imam Al Asy’ari” dengan penerjemah Abu
Ihasan Al Atsari, penerbit At Tibyan.
2. Propaganda : Para Ulama
adalah Manusia yang Tidak Ma’shum (Tidak terjaga dari salah)
Propaganda “Para ulama adalah
manusia yang tidak ma’shum” adalah “Kalimatu Haqqin Uriida Biha Al Bathil”
(pernyataan yang benar yang disertai misi batil). Propaganda ini berperan untuk
mendorong umat Islam keluar dari mazhab-mazhab yang mu’tabar (diakui) dan
beralih kepada “mazhab” yang mereka bangun (mazhab yang tidak bermetode dalam
memahami Al-Quran dan Sunnah). Propaganda ini mengesampingkan pesan Allah: “Maka
bertanyalah kalian pada Ahlidz Dzikri jika kalian tidak tahu.” (An Nahl :
43 dan Al Anbiya’ : 7)
Efek lain dari propaganda ini
dapat Anda buktikan dalam sikap Prof. Salim Bajri ketika berdialog dengan Buya
Yahya dalam Tema “Sampainya pahala kebaikan yang dihadiahkan untuk orang-orang
yang telah meninggal”. Dalam dialog tersebut sang Prof enggan menerima pendapat
para ulama dengan alasan mereka tidak ma’shum.
3. Tuduhan “Ta’ashub” (Fanatik)
kepada Para Penganut Mazhab
4. Tuduhan “Ghuluw”
(Berlebihan) Bahkan Musyrik terhadap Umat Islam yang Menghormati Para Ulama
denga Cara Mencium Tangan
5. Haramnya Tawasul dengan
Orang-orang Shaleh yang Sudah Meninggal.
Efek lain yang ditimbulkan
dari fatwa-fatwa dan propaganda tersebut diantaranya adalah:
a. Hilangnya atau setidaknya
berkurangnya trust/kepercayaan umat Islam terhadap para ulama khususnya yang
bermazhab Asy’ariyah atau Maturidiyah semacam Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani, Imam
An-Nawawi, Imam Al-Haitami, Imam Al-Qurthubi, bahkan sebagian besar Pengarang
“Al Kutub As Sittah” serta ratusan ulama yang lain.
b. Membuang semua/sebagian
pendapat para ulama Asy’ariyah & Maturidiyah yang tidak sesuai misi mereka.
c. Bebas men-tahrif (mengubah)
karya-karya mereka yang tidak sesuai keinginan dan bahkan membakarnya, karena
dianggap karya orang-orang sesat.
d. Menggantikan peran/pendapat
para ulama sejak abad ke-3 hingga abad ke-19 (Munculnya Muhammad Ibnu Abdil
Wahab) dengan para “ulama” yang mereka ciptakan diabad 19 dst.
e. Cukup banyak ulama yang
pemikirannya dijauhkan dari umatnya.
f. Menghilangkan atau
setidaknya mengurangi rasa hormat umat Islam terhadap para ulamanya.
g. Menghilangkan atau
setidaknya mengurangi kepatuhan umat Islam terhadap para ulamanya.
h. Menghilangkan metode yang
benar dalam mamahami Islam. (hal ini penting untuk misi yang lain)
i. Ibarat hutan yang telah
ditinggal “Macan”nya, dan yang tersisa hanyalah “Macan” ompong piaraan dengan
fatwa-fatwa aneh.
j. dll
Misi Zionis 2: Pisahkan
Umat Islam dari Nabinya
Misi ini penting, mengingat
ikatan emosional umat Islam dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah faktor fital yang mampu membuat umat Islam rela mengorbankan segalanya.
Adapun fatwa dan tindakan yang disinyalir “Mendukung” misi tersebut adalah:
1. Haramnya Bepergian
Menziarahi (Qubbatul Khadra’) Makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
Anda yang pernah menziarahi
Makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pasti tahu efek emosional bagi
penziarah baik ketika berziarah maupun sesudahnya. Betapa hati yang normal
takkan mampu membendung air mata ketika berada di pusara mulia beliau. Rasa
haru, bahagia, malu, rindu, bangga, terimakasih, bercampur dalam sebuah
hidangan istimewa berupa “Mahabbah” (rasa cinta) yang tidak dapat diungkapkan
dengan kata.
Anehnya menurut teman-teman
yang pernah muqim di Saudi, ada ulama kebanggaan Wahabi (maaf tidak disebut
nama karena orangnya sudah meninggal) yang bersyukur karena tidak pernah
menziarahi makam Nabi selama 25 tahun tinggal di Madinah, hingga para santri di
sana berkata: “Memang Nabi nggak mau ketemu Anda”.
2. Haramnya Pelaksanaan Maulid
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Mereka sadar betul akan efek
tumbuhnya rasa cinta kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam melalui
pujian dan pembacaan sirah Nabi yang ada dalam kitab-kitab maulid yang identik
lebih mengangkat sisi Irhash dan Mukjizat Nabi. Fakta telah membuktikan efek
Maulid yang terjadi pada masa Shalahuddin Al-Ayyubi, bahkan fakta terbaru
adalah betapa dahsyat efek “Shalawat Badar” dalam membakar semangat umat Islam
guna menumpas PKI.
3. Haramnya Tawasul dengan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah Wafat
Hal ini jika kita cermati
argumentasi mereka kita dapati sebuah fakta: Menghilangkan atau setidaknya
mengurangi pemahaman umat Islam terhadap Nabinya dalam aspek Nubuwwah dan lebih
menonjolkan aspek Basyariyah Nabi (sisi kemanusiaan). Bukti dari efek tersebut
adalah pernyataan ulama kebanggaan mereka yang menyatakan bahwa tongkatnya
lebih berguna daripada Rasulullah yang sudah wafat.
Dan bukti lain adalah sikap
Prof. Salim Bajri ketika berdialog dengan Buya Yahya dalam Tema “Sampainya
pahala kebaikan yang dihadiahkan untuk orang-orang yang telah meninggal”. Dalam
dialog tersebut sang Prof tidak puas ketika diajukan hadis shahih dari Imam
Al-Bukhari dengan dalih Nabi Muhammad bisa salah berdasar QS: ‘Abasa.
4. Menghilangkan Situs-Situs
Bersejarah yang Berkaitan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
Para Sahabat
Efek yang ditimbulkan dari
tindakan tersebut adalah: Hilangnya bukti fisik perjuangan Rasulullah dan para
sahabat yang dapat membangkitkan semangat dan keimanan umat Islam.
Jika dalam penghancuran
situs-situs bersejarah tersebut Salafi/Wahabi beralasan “Syaddudz Dzari’ah”
(mencegah kemungkaran yang mungkin ditimbulkan) yakni sikap “Ghuluw”
(berlebihan), maka faktanya mereka mengalihkan sikap “Ghuluw” tersebut kepada
Syekh Al ‘Utsimin dengan membangun museum Yayasan Al ‘Utsaimin. Dimana dalam
museum tersebut tidak hanya karya sang Syekh yang dihormati, bahkan pena
terakhir sang Syekh-pun ditempatkan di tempat khusus dalam etalase mahal. Aneh.
Misi Zionis 3: Pisahkan
Umat Islam dari Al-Quran
Kita semua tahu arti dan peran
Kitab Suci bagi semua pemeluk agama, maka sangat wajar jika misi ketiga ini
menjadi misi penting. Adapun fatwa dan propaganda Salafi/Wahabi yang disinyalir
“Mendukung” misi tersebut diantaranya adalah:
1. Haram Mengikuti Mazhab
Tertentu
Silahkan Anda baca Fatwa Syekh
Albani tentang masalah tersebut, dan silahkan Anda bayangkan ketika kaum awam
melepaskan diri dari tuntunan para ulama dalam memahami Al-Quran.
Bukti akan adanya efek
tersebut adalah propaganda yang didengungkan MTA, yakni : “Ngaji ko’ kitab
kuning, Ngaji ya Al-Quran sak maknanya”. Dan akibatnya fatwa-fatwa mereka
ngawur dan paling ironis dengan enteng mereka mengafirkan sesama saudara
Muslim.
2. Jargon Kembali kepada
Al-Quran dan Sunnah
Coba kita cermati akibat yang
ditimbulkan dari keberanian orang-orang awam menginterpretasikan Al-Quran tanpa
sarana ilmu yang memadahi. Disamping pemahaman yang kontradiktif, mereka telah
lepas dari nafas Al-Quran itu sendiri, sehingga begitu mudah mereka mengafirkan
sesama umat Islam.
Hal inilah yang diwanti-wanti
Rasulullah dalam sabda beliau:
يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِى شَىْءٍ مَنْ
قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا
سِيمَاهُمْ قَالَ : التَّحْلِيقُ .
“Mereka mengajak pada kitab Allah tetapi justru mereka tidak
mendapat bagian sedikitpun dari Al-Quran. Barangsiapa yang memerangi mereka,
maka orang yang memerangi lebih baik di sisi Allah dari mereka”. Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, apa ciri khas mereka?” Rasul menjawab “Bercukur
gundul”. (Sunan Abu Daud : 4765)
سَيَخْرُجُ قَوْمٌ فِي آخِرِ الزَّمَانِ أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ
سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ قَوْلِ خَيْرِ الْبَرِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ
إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ
مِنْ الرَّمِيَّةِ فَأَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ فِي
قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Akan keluar di akhir zaman, suatu kaum yang masih muda, berucap
dengan ucapan sebaik-baik manusia (Hadis Nabi), membaca Al-Quran tetapi tidak
melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama Islam sebagaimana anak
panah meluncur dari busurnya, maka jika kalian berjumpa dengan mereka,
perangilah mereka, karena memerangi mereka menuai pahala di sisi Allah kelak di
hari kiamat “.(HR. Bukhari Muslim) Selanjutnya adalah misi Zionis ke empat:
Misi Zionis 4. Pecah Belah
Lalu Hancurkan!
Inilah tujuan pokok dari
misi-misi penghantar yang kami sebutkan di atas. Sebagaimana di wanti-wantikan
Allah dalam Al-Quran :
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ
مِلَّتَهُمْ
“Dan orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan rela kepadamu
(Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka” (QS : Al Baqarah:120)
Sedang tindakan kongkrit dalam
mendukung misi ini adalah menciptakan kelompok yang menyimpang yang mereka
lindungi atas nama HAM semisal “AHMADIYAH” di India, dan di saat bersamaan
mereka ciptakan “WAHABI” di Timur Tengah (Arab Saudi), sebuah kelompok yang
berhasil membuat umat Islam saling menghujat, saling mengkafirkan, dst.
Lantas adakah korelasinya misi
Zionis tersebut dengan fatwa dan atau propaganda di atas? Mari kita cermati
bersama:
Apakah jadinya ketika umat
Islam sudah tidak lagi menghormati figur-figur yang dapat meredam pertikaian
dan mempersatukan umat, yakni para ulama? Dan apa jadinya ketika umat Islam
memandang dan memahami Nabinya hanya dari aspek Basyariyah (manusia biasa)? Dan
apa jadinya ketika umat Islam yang tidak memiliki sarana ilmu yang memadai
ikut-ikutan berijtihad dan mengesampingkan tuntunan para ulama?
Fakta yang sudah di depan mata
adalah: PERPECAHAN UMAT ISLAM !
Wal ‘Iyaadzu Billah… (Mundzir
Ahmad)
Categories:
Tausyiyah
1 komentar :
Naudzubillahi min dzalika..
Post a Comment