Bagaimana Mendapatkan Jawaban dari Shalat Istikharah
Posted by
Unknown
on
Thursday, March 20, 2014
with
No comments
Adalah tabiat manusia manakala dihadapkan pada dua pilihan atau lebih
yang sangat sulit atau di luar kemampuan analisanya untuk memilih, maka
ia akan cenderung meminta pertolongan dari kekuatan supranatural atau
mencari tanda-tanda dari alam dalam menentukan pilihannya.
Ketika
datang Islam, kebiasaan itu diluruskan dengan diajarkannya shalat
Istikharah. Istikharah artinya meminta pilihan. Sholat istikharah adalah
shalat untuk meminta pilihan kepada Allah.
Manusia
adalah makluk yang dengan kesempurnaannya tetap memiliki kekurangan,
terutama dalam menentukan pilihan yang di luar kemampuan analisanya. Ia
tidak mampu melihat kegaiban masa depan apakah itu baik atau buruk
nantinya. Inilah hikmah dari disunnahkannya Istikharah, agar manusia
tetap menjalin hubungan dengan Tuhannya saat akan menentukan pilihan,
meminta pertolonganNya agar ia bisa memilih dengan baik dan tepat.
Allah berfirman: ”Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan
memilihnya. Sekali-sekali tidak ada pilihan bagi mereka (apabila Allah
telah menentukan). Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka
persekutukan. Dan Tuhamnu mengetahui apa yang disembunyikan dalam dada
mereka dan apa yang mereka nyatakan. Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia, bagiNyalah segala puji di dunia
dan di akhirat, dan bagiNyalah segala penentuan dan hanya kepadaNyalah
kami dikembalikan." (QS. al-Qhasas 68-70).
Hukum Istikharah
Para
ulama sepakat mengatakan bahwa shalat istikharah hukumnya sunnah pada
saat seorang muslim dihadapkan pada permasalahan yang memerlukan
keputusan untuk memilih.
Dalil Shalat Istikharah
Dalil shalat Istikharah adalah sbb:
1. عن
جابر بن عبد الله رضي الله عنهما قال: ( كان رسول الله ( يعلمنا
الاستخارة في الأمور كلها كما يعلمنا السورة من القرآن، يقول: (إِذَا
هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ
الْفَرِيضَةِ ثُمَّ لِيَقُلْ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ
وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ فَإِنَّكَ
تَقْدِرُ وَلَا أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلَا أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلَّامُ
الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ هَذَا الْأَمْرَ ثُمَّ
تُسَمِّيهِ بِعَيْنِهِ خَيْرًا لِي فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ قَالَ
أَوْ فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي فَاقْدُرْهُ لِي
وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ اللَّهُمَّ وَإِنْ كُنْتَ
تَعْلَمُ أَنَّهُ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي
أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ فَاصْرِفْنِي عَنْهُ وَاقْدُرْ
لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِي بِهِ)
Artinya:
Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata: Rasulullah saw mengajarkan
kepada kami istiharah pada semua perkara sebagaimana beliau mengajarkan
al-Quran. Beliau bersabda:”Apabila salah satu dari kalian dihadapkan
pada permasalahan maka hendaknya ia shalat dua rakaat selain shalat
fardlu, kemudian hendaknya ia berdoa (artinya) Ya Allah sesungguhnya
aku meminta pilihanMu dengan ilmuMu, dan meminta keputusan dengan
ketentuanMu, Aku meminta kemurahanMu, sesungguhnya Engkaulah yang
menentukan dan aku tidak ada daya untuk menentukan, Engkaulah yang
mengetahui dan aku tidaklah tahu apa-apa, Engkaulah yang Maha
Mengetahui perkara gaib. Ya Allah sekiranya Engkau mengetahui bahwa
perkara ini (lalu menyebutkan masalahnya) adalah baik bagiku saat ini
dan di waktu yang akan datang, atau baik bagi agamaku dan kehidupanku
serta masa depanku maka tentukanlah itu untukku dan mudahkanlah ia
bagiku lalu berkatilah. Ya Allah apabila Engkau mengetahui bahwa
perkara itu buruk bagiku untuk agamaku dan kehidupanku dan masa depan
perkaraku, atau bagi urusanku saat ini dan di masa mendatang, maka
jauhkanlah ia dariku dan tentukanlah bagiku perkara yang lebih baik
darinya, apapun yang terjadi, lalu ridlailah ia untukku.” (HR. Bukhari)
2. Dalil lain shalat Istikharah adalah hadis
riwayat Muslim yang menceritakan pada saat Zainab ra akan dipersunting
leh Rasulullah saw, beliau menjawab “Aku belum bisa memberi jawaban
hingga aku melakukan istikharah kepada Tuhanku. Lalu beliau memasuki
tempat shalatnya dan turunlah al-Qur’an.
Tata cara Shalat Istikharah
Para
ulama menjelaskan bahwa tatacara shalat istikharah adalah seperti
sholat sunnah biasa, dijalankan dalam dua rakaat. Tidak ada waktu khusus
untuk melaksanakannya, namun shalat istikharah disunnahkan serta merta
saat seseorang menghadapi masalah. Imam Nawawi, Ibnu Hajar dan Imam
Iraqi mengatakan, sah melaksanakan istikharah yang dibarengkan dengan
sholat sunnah lainnya asalkan dengan niat. Misalkan seseorang hendak
melaksanakan sholat sunnah rawatib lalu ia juga niat untuk istikharah
maka itu sah. (Fathul Bari juz 11 hlm 221).
Selesai melaksakan
shalat lalu membaca doa di atas. Tidak ada bacaan khusus atau surat
khusus dalam shalat Istikharah. Beberapa referensi menyebutkan aada
raka'at pertama, setelah membaca al-Fatihah disunatkan membaca surat
al-Kaafiruun, dan pada raka'at kedua (setelah al-Fatihah) membaca surat
al-Ikhlas. Itu mengikuti shalat hajat karena Istikharah termasuk
shalat hajat. Begitu juga diperbolehkan mengulang-ulang shalat
Istikharah karena itu termasuk doa dan dalam beberapa riwayat
Rasulullah saw mengulang doa terkadang sampai tiga kali. Bagi
yang berhalangan melaksanakan shalat, misalnya perempuan yang sedang
datang bulan, maka diperbolehkan baginya untuk hanya membaca doa
Istikharah.
Dalam Istikharah siapakah yang memilih?
Allah
memberi kita karunia akal dan nalar yang bebas. Dengan akal dan nalar
kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk dan dengan akal
dan nalar tersebut kita mempunyai kemampuan untuk menganalisa dan
menentukan pilihan dalam perkara dunia. Selain itu banyak petunjuk
agama yang mengajarkan kepada manusia bagaimana menentukan perkara
apakah itu baik atau buruk. Rasulullah saw bersabda:
الْبِرُّ مَا
اطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَاطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ
وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي الْقَلْبِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ
"Kebaikan adalah apa yang membuat hati tenang dan mejadikan nafsu
tenang, keburukan adalah apa yang membuat hati gelisah dan menimbulkan
keraguan.” (HR Ahmad ) Dalam masalah jodoh, Rasulullah saw bersabda:
تُنْكَحُ
الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا
وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
"Seorang perempuan dinikahi karena empat perkara, yaitu karena
hartanya, kedudukannya, kecantikannya, dan agamanya. Carilah yang
mempunyai agama niscaya kamu beruntung.” (HR. Muslim ).
Kedua
hadist tersebut menunjukkan bahwa memilih adalah pekerjaan manusia.
Agama memberikan petunjuk rambu-rambu untuk memilih dengan baik.
Rasulullah saw juga mencontohkan dalam sebuah hadist
مَا
خُيِّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ
أَمْرَيْنِ أَحَدُهُمَا أَيْسَرُ مِنْ الْآخَرِ إِلَّا اخْتَارَ
أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ
أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ
"Rasulullah saw
ketika dihadapkan dua pilihan, beliau selalu memilih yang termudah
selama itu tidak mengandung dosa, apabila itu mengandung dosa maka
beliau menjauhinya.” (HR. Muslim).
Beliau pun ketika memilih sesuatu menggunakan analisa dan nalar beliau, namun selalu mengutamakan yang mudah.
Begitu
juga ketika seorang hamba dihadapkan kepada dua pilihan yang sulit dan
kemudian dia melaksanakan shalat istikharah sesuai ajaran Rasulullah,
tidak berarti ia lantas menyuruh Allah memilihkan pilihannya dan ia
hanya cukup berdoa saja dan menunggu petunjuk dan berpangku tangan. Itu
adalah anggapan yang kurang tepat.
Ilustrasinya sbb:
ketika kita seorang mahasiswa atau murid memasuki ruang ujian biasanya
kita selalu berdoa agar bisa mengerjakan dengan baik dan memilih
jawaban dengan tepat. Apakah mengerjakan ujian dan memilih jawaban
tersebut cukup dengan doa tadi? Tentu tidak. Jawaban ujian dan memilih
jawaban ujian hanya bisa dilakukan melalui belajar sebelumnya,
sedangkan fungsi dia adalah agar ketika mengerjakan ujian dan memilih
jawaban tersebut kita diberi kekuatan dan kemampuan sehingga bisa
mengerjakan dengan tepat.
Begitu juga sholat istikharah adalah doa agar
dalam kita memilih, kita diberikan kekuatan oleh Allah dan tidak salah
pilih, namun pekerjaan memilih itu sendiri harus kita lakukan dengan
baik melalui analisa, kajian, penyelidikan, musyawarah dll. Setelah
proses tersebut kita matangkan, maka dengan disertai doa yaitu shalat
istikharah mudah-mudahan pilihan kita tidak salah.
Yang lebih
salah lagi, manakala pilihan itu ternyata kurang sesuai dengan yang
diharapkan, ia mulai menyalahkan istikharahnya atau na'udzubillah kalau
sampai menyalahkan Tuhannya.
Pada masalah apa kita disunnahkan shalat istikharah?
Sebenarnya
shalat istikharah disunnahkan ketika kita menghadapi pilihan perkara
yang halal, seperti pekerjaan, pernikahan, perdagangan dll. Itu yang
seharusnya dilaksanakan oleh seorang hamba. Rasulullah saw bersabda:
من سعادة ابن آدم استخارته إلى الله ، ومن شقاوة ابن آدم تركه استخارة الله
"Termasuk kemuliaan bani Adam adalah ia mau beristikharah kepada
Allah, dan termasuk kedurhakaannya adalah manakala ia tidak mau
beristikharah kepada Allah.” (HR. Hakim).
Dalam hadist
shalat istikharah di atas juga disebutkan “Rasulullah saw mengajarkan
istikharah kepada kami dalam semua perkara.” Ini menunjukkan pentingnya
istikharah dalam semua perkara yang kita hadapi. Maka sebaiknya kita
sering melaksanakan shalat ini manakala menghadapi semua masalah dunia.
Dan kurang tepat kiranya kalau kita melaksanakan shalat istkhoroh hanya
ketika hendak menikah.
Ibnu Hajar menukil ungkapan
Abu Jumrah mengatakan bahwa shalat Istikharah tidak dilakukan untuk
perkara wajib dan sunnah. Begitu juga istikharah tidak dilakukan untuk
memilih perkara makruh dan haram. Kecuali apalagi terjadi dilema
antara dua perkara wajib atau sunnah, misalnya seseorang yang mampu
melaksanakan ibadah haji, ia beristikharah apakah berangkat tahun ini
atau tahun depan.
Jawaban Istikharah
Tidak
ada dalil yang menunjukkan tanda-tanda jawaban dari shalat istikharah.
Ini memperkuat uraian di atas bahwa yang memilih adalah kita, bukan
Allah memilihkan kita, tetapi kita berdoa agar Allah memberikan kekuatan
kita dalam memilih.
Ulama besar Syafi'iyyah, Syaikh 'Iz bin Abdussalam
mengatakan setelah istikharah seorang hamba hendaknya mengambil
keputusan yang diyakininya dengan pasti. Ulama lain Kamaluddin Zamlakani
mengatakan selesai shalat istikharah hendaknya seseorang mengambil
keputusan yang sesuai keyakinannya, baik itu sesuai dengan bisikan
hatinya atau tidak, karena kebaikan adalah pada apa yang ia yakini,
bukan dari apa yang cocok di hatinya. Bisikan hati kadang dipengaruhi
oleh perasaan subyektif dan tidak ada dalil yang menyatakan seperti itu.
Imam
Qurtubi juga mengatakan hal yang sama dan menambahkan hendaknya
hatinya dibersihkan dari hal-hal yang mempengaruhinya. Ibnu Hajar juga
mengatakan bahwa sebaiknya tidak mengikuti kecenderungan hati karena
biasanya itu dipengaruhi oleh hal lain sebelum melaksanakan shalat
istkharah. Itu benar, misalnya seseorang yang sudah dirundung rasa
cinta mendalam terhadap seseorang, mana mungkin ketika dia istikharah
akan mendapatkan jawaban untuk tidak memilihnya.
Setelah memilih
dengan analisa dan pertimbangannya yang matang, hendaknya juga diikuti
sikap tawakkal, bahwa itu mudah-mudahan pilihan yang tepat dan
mudah-mudahan Allah akan memudahkan semuanya.
Banyak orang menanti
jawaban istikharah melalui mimpi, atau melalui membuka Quran secara
acak lalu mencoba mencari jawabannya melalui ayat yang tak sengaja
terbuka, atau dengan butiran-butiran tasbih dan lain-lain. Itu semua
tidak mempunyai landasan dalil dan hadist.
File Dokumen Fiqh Menjawab
Categories:
Hikmah
0 komentar :
Post a Comment