11. Kejahatan Ada Karena Kesempatan

Kata Bang Napi, "Kejahatan timbul bukan hanya ada niat dari pelakunya saja, melainkan juga adanya kesempatan. Waspadalah..."

Di Indonesia, selalu saja ada pusat prostitusi yang diakui resmi secara legal-formal. Hal ini hanya berbeda sedikit dengan negara Barat pada umumnya. Di negara-negara tersebut, prostitusi merupakan industri resmi sebagai bidang usaha yang menambah income pemerintah. Bagi Indonesia, memang masih malu-malu mengakuinya dan (mungkin) berpura-pura ramai memperbincangkan undang-undang pornografi, dan sekali-kali mengadakan razia-razia di tempat tersebut sebagai alibinya.

Dari kota besar sampai kota kecil, bahkan tingkat kabupaten banyak kita jumpai tempat-tempat tersebut. Di Yogyakarta ada Sarkem (Pasar Kembang), Purwokerto dengan GS-nya (Gang Sadar), di Tegal juga dengan nama GS (Gang Sempit), di Semarang ada Satem, Cilacap ada Selarang-nya. Di Surabaya, lokalisasi paling besar bernama Gang Doli, yang konon tempat ini terbesar di Asia Tenggara, dan masih banyak lainnya.

Meskipun sedikit mengamini kata bang Napi di atas, tapi inti dari semua itu dikembalikan kepada pelaku. Keimanan manusialah yang paling menentukan antara mau dan tidaknya melakukan sebuah kemaksiatan atau kejahatan. Sabda Nabi saw riwayat Muslim, "Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri ketika mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman."

Tapi, meskipun kita (semoga saja) tidak melakukannya, Rasulullah juga mengingatkan dalam hadis riwayat Abu Daud, "Apabila suatu kesalahan diperbuat di muka bumi maka orang yang melihatnya dan tidak menyukainya seolah-olah tidak hadir di tempat, dan orang yang tidak melihat terjadinya perbuatan tersebut tapi rela maka seolah-olah dia melihatnya."

Dengan realita yang melanda negeri ini, kita yang hanya sebagai "wong cilik" minimal mengingkari dan protes di dalam hati bahwa kita tidak rela akan semua itu agar tidak ikut berdosa.