Hukum Facebook

Posted by Unknown on Tuesday, March 25, 2014 with No comments
Berikut ini adalah salah satu hasil bahtsul masail diniyyah atau pembahasan masalah keagamaan oleh Forum Musyawarah Pondok Pesantren Putri (FMP3) se-Jawa Timur di Pondok Pesantren Putri Hidayatul Mubtadiat Lirboyo Kediri 20-21 Mei 2009 lalu. Beberapa media massa sempat memberitakan bahwa forum ini mengharamkan Facebook, sebuah jaringan komunikasi dunia maya. Ternyata tidak sesederhana itu.

Dewasa ini, perubahan yang paling ngetop dengan terciptanya fasilitas komunikasi ini adalah tren hubungan muda-mudi (ajnabi) via HP yang begitu akrab, dekat dan bahkan over intim. Dengan fasilitas audio call, video call, SMS, 3G, Chatting, Friendster, Facebook, Twitter, dan lain-lain. Jarak ruang dan waktu yang tadinya menjadi rintangan terjalinnya keakraban dan kedekatan hubungan lawan jenis nyaris hilang dengan hubungan via HP.

Lebih dari itu, nilai kesopanan dan keluguan seseorang bahkan ketabuan sekalipun akan sangat mudah ditawar menjadi suasana fair dan vulgar tanpa batas dalam hubungan ini. Tren hubungan via HP ini barangkali dimanfaatkan sebagai media menjalin hubungan lawan jenis untuk sekedar "main-main" atau justru lebih ekstrim dari itu. Sedangkan bagi mereka yang sudah mengidap "syndrome usia," hubungan lawan jenis via HP sangat efektif untuk dimanfaatkan sebagai media PDKT (pendekatan) untuk menjajaki atau mengenali karakteristik kepribadian seseorang yang dihasrati yang pada gilirannya akan ia pilih sebagai pasangan hidup atau hanya berhenti pada hubungan sahabat.

Pertanyaan pertama:

Bagaimana hukum PDKT via HP (telpon, SMS, 3G, chatting, friendster, facebook, dan lain-lain) dengan lawan jenis dalam rangka mencari jodoh yang paling ideal atau untuk penjajakan dan pengenalan lebih intim tentang karakteristik kepribadian seseorang yang diminati untuk dijadikan pasangan hidup, baik sebelum atau pasca khitbah (pertunangan)?

Jawaban:

Komunikasi via HP pada dasarnya sama dengan komunikasi secara langsung. Hukum komunikasi dengan lawan jenis tidak diperbolehkan kecuali ada hajat seperti dalam rangka khitbah, muamalah, dan lain sebagainya.

Mengenai pengenalan karakter dan penjajakan lebih jauh terhadap lawan jenis seperti dalam deskipsi tidak dapat dikategorikan hajat karena belum ada ‘azm (keinginan kuat untuk menikahi orang tertentu). Sedang hubungan via 3G juga tidak diperbolehkan bila menimbulkan syahwat atau fitnah.

(Kitab-kitab rujukan: Bariqah Mahmudiyyah juz. IV hal. 7, Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah juz. I hal. 12763,  Ihya ‘Ulumiddin juz III hal. 99, Hasyiyah al-Jamal juz. IV hal. 120, Is’adur Rafiq juz II hal. 105, Al-Fiqhul Islamy juz. IX  hal. 6292, I’anatut Thalibin juz. III hal. 301, Qulyuby ‘Umairah juz. III hal. 209, I’anatut Thalibin juz. III hal. 260, Al-Fatawi al-Fiqhiyyah al-Kubra juz. I hal. 203, Tausyih ‘ala ibn Qosim hal.197)

Pertanyaan kedua:

Mempertimbangkan ekses negatif yang ditimbulkan, kontak via HP (telpon, SMS, 3G, chatting, Friendster, facebook, dan lain-lain) dengan ajnaby (bukan muhrim), bisakah dikategorikan atau semakna dengan khalwah (mojok) jika dilakukan di tempat-tempat tertutup?

Jawaban:

Kontak via HP atau sejenisnya sebagaimana dalam deskripsi di atas yang dapat menimbulkan syahwat atau fitnah tidak dapat dikategorikan khalwah namun hukumnya haram jika tanpa hajat yang memperbolehkannya.

(Beberapa kitab yang dirujuk: Hasyiyah Al-Jamal juz. IV hal. 125, Al-Qamus al-Fiqhy juz. I hal. 122, Bughyatul  Mustarsyidin hal. 200, Asnal Mathalib juz. IV hal. 179, Al-Mausu’atul Fiqhiyyah juz. IXX hal. 267, Hasyiyah Al-Jamal juz IV hal. 467, Al-Fatawi al-Fiqhiyyah al-Kubra juz. IV hal. 107-107, Hasyiyah Jamal juz. IV hal. 121, Is’adur Rafiq juz II hal. 93, dan Hasyiyah Al-Jamal juz. IV hal. 121 I’anatut Thalibin juz III hal. 301, Qulyuby ‘Umairah juz III hal. 209)

حاشية القليوبي وعميرة ج : 3 ص : 210
والنظر بشهوة حرام قطعا لكل منظور إليه من محرم وغيره , غير زوجته وأمته والتعرض له هنا بعض المسائل ليس للاختصاص بل لحكمة تظهر بالتأمل . (والنظر بشهوة حرام قطعا ) هو مفهوم كلام المصنف قبله الذي هو محل الخلاف , ومراد الشارح بذلك دفع ما يقال تقييدا لمصنف بعدم الشهوة لا محل له لأن الحرمة معها أيضا , وحاصل الدفع أن الحرمة مع الشهوة معلومة لا تحتاج إلى تنبيه , والتعرض لها ليس لأجل اعتبار مفهوم , وإنما هو لأجل حكمة تتوقف على التأمل , والمراد بكل منظور إليه مما هو محل الشهوة لا نحو بهيمة وجدار قاله شيخنا الزيادي ولم يوافقه بعض مشايخنا , وجعله شاملا حتى للجماد وفيه نظر ظاهر , وكلام الشارح ظاهر في الأول فتأمله اهـ .

إعانة الطالبين - (ج 3 / ص 263)
وضابط الشهوة كما في الإحياء إن كل من تأثر بجمال صورة الأمرد بحيث يظهر من نفسه الفرق بينه وبين الملتجي فهو لا يحل له النظر ولو انتفت الشهوة وخيف الفتنة حرم النظر أيضا  قال ابن الصلاح وليس المعنى بخوف الفتنة غلبة الظن بوقوعها بل يكفي أن لا يكون ذلك نادرا  وما ذكره من تقييد الحرمة بكونه بشهوة هو ما عليه الرافعي والمعتمد ما عليه النووي من حرمة النظر إليه مطلقا سواء كان بشهوة أو خوف فتنة أم لا
 
إحياء علوم الدين ومعه تخريج الحافظ العراقي - (3 / 338)
وتحصيل مظنة المعصية معصية ونعني بالمظنة ما يتعرض الإنسان به لوقوع المعصية غالبا بحيث لا يقدر على الانكفاف عنها فإذا هو على التحقيق حسبة على معصية راهنة لا على معصية منتظرة الركن

File Dokumen Fiqh Menjawab
Categories: