Seputar Qurban
Posted by
Unknown
on
Friday, March 21, 2014
with
No comments
Pengertian Qurban atau udhiyyah menurut Imam Zakariya Al Anshori dalam Fathul Wahhabnya,
وهي ما يذبح من النعم تقربا إلى الله تعالى من يوم عيد النحر إلى آخر أيام التشريق
“Qurban
adalah hewan ternak yang disembelih sebagai sarana untuk mendekatkan
diri kepada Allah pada hari raya nahr (tanggal 10 Dzulhijjah) sampai
akhir hari tasyriq (tanggal 13 Dzulhijjah).”
Hukum
qurban adalah sunnah muakad bagi muslim yang sudah mampu
melaksanakannya. Dan berqurban untuk dihadiahkan kepada orang yang telah
meninggal hukumnya sah dan diperbolehkan.
(ولا)
تضحية (عن ميت لم يوص بها) لقوله تعالى “وان ليس للانسان الا ما سعي ” فان
اوصى بها جاز الى ان قال وقيل تصح التضحية عن الميت وان لم يوص بها لانها
ضرب من الصدقة وهى تصح عن الميت وتنفعه
“Tidak sah
berkorban atas nama mayit yang tidak mewasiatkannya, karena firman Allah
swt, ”Dan sesungguhnya bagi manusia hanyalah apa yang ia usahakan.”
Jadi, jika ia mewasiatkannya maka boleh . -sampai ungkapan Dikatakan- :
Sah berkorban atas nama mayit walaupun dia tidak mewasiatkannya, karena
berkurban merupakan bagian daripada shadaqah dan shadaqah atas nama
mayit adalah sah dan dapat memberi manfaat.” (Kitab Mugnil Muhtaj juz 4 hal 293)
Menggabungkan
antara qurban dan aqiqah pada seekor ternak terdapat perbedaan pendapat
diantara ulama, menurut Imam Ibnu Hajar hukumnya tidak boleh sedangkan
menurut Imam Romli boleh dan keduanya bisa mendapatkan pahala atau
hasil.
مسئلة) لو نوي العقيقة والضحية لم تحصل غير واحد عند حج ويحصل الكل عند مر
“(Persoalan)
Apabila seseorang meniati aqiqah dan qurban, maka tidak hasil kecuali
satu (niat) menurut Imam Ibnu Hajar dan bisa hasil keseluruhannya
menurut Imam Romli.” (Kitab Itimadul ‘Ain hal 77 atau Kitab Qulyubi syarh Al Mahally juz 4 hal 256)
Daging
qurban wajib disedekahkan dalam keadaan mentah dan boleh bagi orang
yang berqurban memakan sebagiannya, kecuali jika qurban itu dinadzarkan
(quran wajib) maka tidak boleh ikut memakannya dan harus disedekahkan
keseluruhannya.
ويشترط فى اللحم ان يكون نيأ ليتصرف فيه من يأخذه بما شاء من بيع وغيره
“Disyaratkan
untuk daging qurban agar dibagikan dalam kondisi masih mentah agar
orang yang menerima bebas mentasarufkan dengan sekehendaknya apakah akan
dijual atau untuk keperluan yang lain.” (Kitab Bajuri juz 2 hal 302)
Qurban dilihat dari macamnya ada 2 : qurban wajib dan qurban sunnah.
-
Qurban wajib yaitu qurban yang di nadzari atau ditentukan, dan hukumnya
haram memakan dagingnya bagi orang yang berqurban dan wajib
menyedekahkan semuanya kepada faqir miskin.
- Hewan qurban sunnah
adalah qurban tanpa dinadzari wajib mensedekahkan dagingnya namun boleh
bagi orang yang menyembelihnya untuk memakan sedikit dari daging
tersebut asal tidak melebihi sepertiganya.
ولا يأكل المضحى شيأ من الأضحية المنذورة (قوله ولا يأكل) اى لايجوزله الأكل فان أكل شيأ غرمه (قوله المضحى ) وكذا من تلزمه
“Orang
yang berqorban tidak boleh memakan sedikitpun dari qurban yang
dinadzarkan. Yakni ia tidak boleh memakannya, lalu jika memakannya
sedikit saja maka wajib mengganti. Begitu juga orang-orang yang wajib
ditanggung nafkahnya maka haram memakan qurban tersebut.
Adapun yang berhak menerima daging qurban adalah orang faqir sebgaimana yang dijelaskan oleh al-Qur’an:
فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ
“Maka makanlah sebagian daripadanya dan berikanlah (sebagian yang lain) untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS. Al Hajj : 27)
Menurut ijtihad para fuqaha’ tentang pembagian daging qurban ini setidaknya ada tiga pendapat :
1. Disedekahkan seluruhnya kecuali sekedar untuk lauk-pauk.
2. Dimakan sendiri sebagian dan disedekahkan sebagian yang lainnya.
3. Sepertiga dimakan sendiri, sepertiga dihadiahkan dan sepertiga lagi disedekahkan. (Kitab Kifayatul Akhyar juz 2 hal 241)
Memindahkan daging qurban ke daerah lain atau disalurkan kepada masyarakat yang lebih membutuhkan hukumnya diperbolehkan.
فرع) محل التضحية بلد المضحى وفى نقل الاضحية وجهان يخرجان من نقل الزكاة والصحيح هنا الجواز
“Tempat
penyembelihan qurban adalah ditempat orang yang berkorban. Dalam hal
memindah qurban terdapat dua pendapat ulama yang ditakhrij dari masalah
memindah zakat dan menurut pendapat yang shahih dalam hal qurban adalah
diperbolehkan.” (Kitab Kifayatul Akhyar juz 2 hal 242)
Menjual
atau menjadikan sebagai ongkos dengan menggunakan kulit, kepala, kaki ,
atau yang again lainnya dari hewan oleh pihak orang yang berqurban
maupun wakil/panitia hukumnya adalah tidak boleh,
bahkan untuk qurban wajib/nadzar wajib disedekahkan keseluruhannya dan
sama sekali tidak boleh memanfaatkan semisal kulitnya. Beda halnya
dengan qurban sunat, walaupun juga tidak boleh menjual sedikitpun tetapi
memanfaatkan semisal kulitnya masih diperbolehkan.
(قوله
ولايبيع) اى يحرم على المضحى بيع شيئ (من الاضحية ) اى من لحمها اوشعرها
اوجلدها ويحرم ايضا جعله اجرة للجزار ولوكانت الاضحية تطوعا)
“(Tidak
boleh menjual), maksudnya haram atas orang yang berqurban (mudlahhi)
menjual sedikit saja (dari qurban) baik dagingnya, bulunya atau
kulitnya. Haram juga menjadikannya sebagai ongkos penyembelih walaupun
qurban itu qurban sunat.” (Kitab Bajuri juz 1 hal 311)
ولايجوز بيع شيئ من الهدي والأضحية نذرا كان او تطوعا )
“Tidak diperbolehkan menjual sedikitpun dari hewan hadiah dan qurban baik itu nadzar ataupun sunat.” (Kitab Majmu’ juz 1 hal 150)
Berbeda jika yang menjual kulit itu adalah orang yang sudah menerima bagian dari qurban, maka baginya boleh menjualnya.
Kesimpulannya :
Hukum penjualan daging, kulit atau bagian lain dari qurban adalah tafsil :
1.
Haram dan tidak sah, apabila yang menjualnya adalah mudlohhi (orang
yang qurban) atau orang kaya yang telah menerima daging atau kulit dari
mudlohhi. Selain itu ia wajib menggantinya apabila dijual kepada selain
mustahiq (orang faqir), dan bila dijual kepada mustahiq maka ia wajib
mengembalikan uangnya dan daging atau kulit yang telah diterima menjadi
sodaqoh.
2. Boleh dan Sah, apabila yang menjualnya adalah si penerima qurban dan juga orang yang faqir atau miskin.
(قوله
ولا بيع لحم اضحية الخ) ومثل اللحم الجلد والشعر والصوف ومحل امتناع ذلك
فى حق المضحى اما من انتقل اليه اللحم او نحوه فان كان فقيرا جاز له البيع
او غنيا فلا -إلى أن قال- ولا فرق فى الاضحية بين الواجبة والمندوبة. اهـ
(Kitab Syarqowi juz 3 hal 21)
وللفقير
التصرف فيه ببيع وغيره بخلاف الغنى اذا أرسل اليه شيئ او اعطيه فانما
يتصرف فيه بنحو اكل وتصدق وضيافة لان غايته انه كالمضحى والقول بانهم اى
الاغنياء يتصرفون فيه بما شاؤا ضعيف. اهـ
(Kitab Al-Mauhibah Dzawil Fadlol juz 4 hal 295)
(ولا
يبيع) اى يحرم على المضحى بيع شيئ (من الاضحية) اى من لحمها او شعرها او
جلدها. (قوله ولا يبيع) اى ولا يصح البيع مع الحرمة -إلى أن قال- لكن البيع
صورة يقع الموقع ان كان المشترى من اهلها بان كان فقيرا فيقع صدقة له
ويسترد الثمن من البائع. اهـ
(Kitab Bajuri juz 2 hal 301)
ولا يجوز له ان يأكل منها شيئا قياسا على جزاء الصيد ودماء الجبرنات فلو اكل منها شيئا غرم ولا يغرمه اراقة دم ثانيا لانه قد فعله
(Kitab Kifayatul Akhyar juz 2 hal 295)
Akan
tetapi realita yang banyak terjadi di sekitar masyarakat menyebutkan
bahwa mereka menjual kulit hewan qurban dan hasil dari penjualan kulit
tersebut ada yang untuk kepentingan pribadi ataupun untuk kepentingan
bersama seperti dialokasikan ke masjid, musholla atau madrasah dan
sebagainya.
Solusinya adalah kulit tersebut diberikan
kepada salah satu panitia yang berhak menerima qurban, selanjutnya
panitia tersebut diperbolehkan menjual kulit kurban dan kemudian hasil
penjualan dibagikan kepada seluruh panitia atau diberikan pada masjid
atau madrasah.
File Dokumen Fiqh Menjawab
Categories:
Syariah
0 komentar :
Post a Comment