18. Prosentase Pemikiran
Posted by
Unknown
on
Tuesday, March 04, 2014
with
No comments
Prosentase
Pemikiran. Hampir semua manusia akan timbul padanya suatu pemikiran
akal sebagai respon terhadap apa saja yang dijumpainya atau dialaminya.
Dalam al Khulashah fi Ushul al Fiqh disebutkan bahwa akal dalam berpikir
dibagi menjadi empat tingkatan:
- Yakin atau tahu ('ilmu), 100%
- Prasangka (dzan), 51% - 99%
- Ragu-ragu (syak), 50%
- Angan-angan (wahm), 49% - 1%
- Yakin atau tahu ('ilmu), 100%
- Prasangka (dzan), 51% - 99%
- Ragu-ragu (syak), 50%
- Angan-angan (wahm), 49% - 1%
Ketika berprasangka
terhadap dua kemungkinan, maka prosentase prasangka yang lebih besar
itulah dinamakan dzhan, dan prosentase yang lebih kecil dinamakan wahm.
Mengenai prasangka, firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain." [QS. Hujurat : 12]
Dalam ayat di atas, Allah swt memerintahkan untuk menjauhi kebanyakan dari prasangka dan tidak mengatakan agar kita menjauhi semua prasangka. Karena memang prasangka yang dibangun di atas suatu pertanda atau petunjuk (qarinah) yang menunjukkan ke arah tersebut tidaklah terlarang.
Merupakan tabiat manusia bila ia mendapatkan pertanda yang kuat maka timbulah prasngka dalam dirinya, baik itu prasangka yang baik (husnudzan) ataupun yang tidak baik (su'udzan). Manusia memang mau tidak mau akan tunduk menuruti prasangka yang ada. Yang seperti ini tidaklah apa, adapun yang terlarang adalah berprasangka semata-mata tanpa adanya petunjuk. Inilah prasangka yang diperingatkan oleh Nabi, "Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, sebab prasangka buruk adalah ucapan yang paling bohong." [Syarhu Riyadhis Shalihin]
Dalam hadis lain Rasul juga berpesan,"Sesungguhnya setan itu berada di dalam aliran darah tubuh manusia dan aku khawatir akan menimbulkan prasangka buruk di hati kalian atau mengatakan sesuatu." [HR. Muslim]
Jadi, sudahlah pasti kita akan sering berprasangka terhadap apa saja yang kita jumpai, yang kita lihat, yang kita dengar. Semoga yang ada adalah prasangka yang baik (husnudzan), bukanlah prasangka yang buruk (su'udzan).
Mengenai prasangka, firman Allah, "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain." [QS. Hujurat : 12]
Dalam ayat di atas, Allah swt memerintahkan untuk menjauhi kebanyakan dari prasangka dan tidak mengatakan agar kita menjauhi semua prasangka. Karena memang prasangka yang dibangun di atas suatu pertanda atau petunjuk (qarinah) yang menunjukkan ke arah tersebut tidaklah terlarang.
Merupakan tabiat manusia bila ia mendapatkan pertanda yang kuat maka timbulah prasngka dalam dirinya, baik itu prasangka yang baik (husnudzan) ataupun yang tidak baik (su'udzan). Manusia memang mau tidak mau akan tunduk menuruti prasangka yang ada. Yang seperti ini tidaklah apa, adapun yang terlarang adalah berprasangka semata-mata tanpa adanya petunjuk. Inilah prasangka yang diperingatkan oleh Nabi, "Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, sebab prasangka buruk adalah ucapan yang paling bohong." [Syarhu Riyadhis Shalihin]
Dalam hadis lain Rasul juga berpesan,"Sesungguhnya setan itu berada di dalam aliran darah tubuh manusia dan aku khawatir akan menimbulkan prasangka buruk di hati kalian atau mengatakan sesuatu." [HR. Muslim]
Jadi, sudahlah pasti kita akan sering berprasangka terhadap apa saja yang kita jumpai, yang kita lihat, yang kita dengar. Semoga yang ada adalah prasangka yang baik (husnudzan), bukanlah prasangka yang buruk (su'udzan).
Categories:
Tausyiyah
0 komentar :
Post a Comment